mami penyuka berondong

122 12 1
                                    

Kirana berada di luar kantor dan memantau turnamen e-sport yang mana Aesoft terlibat di dalamnya.

Di break makan siang, ia baru akan berbalik ke arah kafetaria ketika sosok tidak asing tiba-tiba muncul.

"Kirana, mana berondong lo?"

Lelaki berbahu lebar dengan pinggang ramping berjalan mendekat sambil bertanya frontal.

"Jensen?!"

Jika melihat 18 tahun yang lalu, ketika duduk di bangku SMA, Kirana dan lelaki di depannya ini adalah teman satu geng yang sering menggeruduk warnet game online ramai-ramai bersama teman-teman yang lain. Mereka selalu bermain tiap pulang sekolah dan hari libur.

Terakhir Kirana berkomunikasi dengannya adalah lima tahun lalu.

.
.
.

Kirana: (reply to Jensen's story)
lucu banget anak lo😍

Jensen: kawin lu makanya
biar punya yang kaya gini

Kirana: hehe
lu ada kenalan cowo yang ok gak
buat gw

Jensen: hmmmm.....

Jensen: lo suka berondong kan

Jensen: mau jadi orang tua asuh?

Kirana: maksudnya?
gw cari suami bukan jd orang tua asuh

Jensen: anaknya udah kuliah
lo tinggal bayarin kuliahnya satu semester ini, ntar dia bisa bikin lo 'seneng'

Kirana:bikin gw 'seneng' maksudnya gimana
apakah seperti yg gw pikirkan

Jensen: iya
kaya yang lo pikirin

Jensen pernah memergoki Kirana jalan dengan lelaki muda di mall, makanya ia mengirim pesan seperti itu.

Jensen: nih fotonya
Photo
Photo
Photo

Jensen: nih akun ig nya
andikapatra

Kirana: lucu hehe

Dan ternyata Kirana mau, tentunya setelah wanita itu bertemu langsung dan mengulik info lebih dalam tentang Andy.

"Gak ngeberondong lagi lah. Kan udah kawin." balas Kirana.

"Lo udah kawin? Kok gak ngundang?"

"Siapa bilang, undangannya gue titip ke bini lo waktu kita gak sengaja ketemu di salon."

"Udah bukan bini gue lagi."

"Hah?"

Jensen hanya tertawa kecil, kemudian mengalihkan pembicaraan, "Lo kawin ama berondong mana jadinya? Gue jarang ngikutin kehidupan lo di IG soalnya. Jadi gak tau."

"Bukan ama berondong."

"Terus?"

"Lo kenal."

"Hah? Siapa?" Dahi Jensen mengernyit. "Temen SMA kita? Atau temen kampus?"

"Harris."

"Harris? Yang mana?"

"Harris, masa gak inget. Yang suka nongkrong di warnet dulu."

Dua puluh detik kemudian Jensen baru ingat, "HARRIS?!!!"

Seingat Jensen, Harris itu pentolan gamers online di warnet yang dulu mereka datangi. Yang kalau main game matanya bisa terus melotot ke layar komputer selama dua hari dua malam. Orangnya friendly namun sedikit aneh, seperti Kirana versi pria. Harris juga sempat berpacaran dengan Kirana.

"Buset. Lo kawin ama Harris jadinya?"

"Iyaaa."

"Gila. Lo udah berkelana kemana-mana ngeberondong kesana kemari, ternyata jodoh lo udah deket dari dulu. Gak nyangka gue. Gue kira lo kawin ama salah satu berondong-berondongan lo."

"Gue juga masih gak nyangka tau." kata Kirana. "Oiya, gue baru tau lo udah gak sama Nadine lagi."

"Hehe."

"Kenapa?" tanya Kirana kepo.

Kalau bukan Jensen, ia tidak akan berani mengulik privasi seperti ini.

"Kenapa ya? Mungkin karena.." Jensen menjeda sejenak, "..menikah bukan buat semua orang."

"Halah, palingan lu main cewek kan."

Melihat sepak terjang Jensen sebelum menikah, Kirana langsung menuding secara frontal.

Kemudian, Jensen menanggapi dengan tertawa.

"Haha, enggak lah!"

*****

Ting tong!

Harris sedang menonton Netflix sambil tangannya bermain nakal di balik baju wanita di sebelahnya ketika bel rumah berbunyi.

Kirana beranjak dari tempat tidur dan membenarkan penampilannya, kemudian berjalan ke arah pintu depan.

Ceklek.

Gadis berambut pendek dengan poni rata sudah berdiri di hadapannya dengan senyum lebar.

Windy langsung nyelonong masuk begitu saja dan mencari keponakannya.

"Sansan mana, Mba?"

"Lagi tidur."

"Yah, tidur."

Wanita muda itu menaruh oleh-oleh ke atas meja ruang tengah dan melepas jaketnya.

"Mas Harris pergi?"

"Enggak, tu di kamar." Kirana membuka keresek yang dibawa Windy tadi. Isinya ayam bumbu tinggal goreng, chiffon cake, dan beberapa sayuran segar.

Kirana lantas menaruh ayam dan sayurnya ke dalam kulkas.

"Aku jadinya ketrima di tempat Mas Harris lho. Hehe."

"Serius?"

"Iya, Mba. Baru aja dikabarin HR-nya. Moga aja betah."

"Lo ketrima, Wind?" Harris muncul dari kamar dengan rambut berantakan.

"Iya, Mas."

"Admin jadinya?"

"Iya, aku ngelamar yang admin itu."

"Yaudah, moga betah."

"Semoga."

"Dimana-mana kerja gak ada yang enak, mau itu yang sesuai passion, tetep aja ada fase stresnya." kata Kirana.

"Iya sih."

"Ntar lo palingan jadi anak buahnya Bang Dyo. Kalo ama dia lo kudu jaga sikap. Katanya kemaren ada tuh admin yang ngeluh dikit langsung dikeluarin ama dia." Harris menambahi.

"Seriusan? Kok jadi takut ya. Dia galak?"

"Lebih tepatnya kaku."

"Huft."

"Santai aja, yang penting lo kalo mau ngeluh-ngeluh jangan pas ada dia." kata Harris yang kemudian meneguk air putih dari gelasnya.

Kirana selesai mengiris chiffon yang dibawa Windy tadi, "Intinya lo perlu peka sama hal yang disukain sama gak disukain leader lo."

Sansan Family [HIATUS]Where stories live. Discover now