5. Sahabat

5.1K 517 14
                                    

Hari pertama masuk sekolah setelah melewati 3 hari MOS. Alana dan rianda berangkat pagi ini dengan riang. Rianda gugup ketika menginjakkan kakinya di pekarangan sekolah. Ia tidak menyangka akan sekolah di sekolah elite bertaraf internasional. Rianda masih mematung memperhatikan gedung sekolah, ia menarik napas dalam sebelum menyusul alana yang berteriak memanggilnya.

"Semoga kita satu kelas ya!" Ucap alana, rianda hanya mengangguk. Wajahnya terlihat tegang ketika menaiki anak tangga menuju kelas mereka. Alana dan rianda berdiri dibelakang kerumunan anak baru, dimading sekolah sudah ada pengumuman pembagian kelas mereka. Mereka menunggu hingga kerumunan berkurang, alana merengsek masuk ke depan dan mencari nama mereka.

"Yeay kita sekelas. Ayo!" Ajak alana menggandeng tangan rianda. Mereka berjalan menyusuri beberapa kelas, hingga masuk ke kelas mereka. Beberapa kursi sudah terisi, tentu saja kursi belakang jadi incaran, ternyata negeri swasta sama saja. Sayangnya sudah tidak ada kursi berdua yang kosong. Alana memilih kursi ditengah barisan kedua, sedangkan rianda duduk barisan belakang, di kursi bagian kiri sebelah dinding. Kursi ini sama persis dengan tempat duduknya saat smp.

Tak lama duduk. Seorang guru pria memasuki kelas. Wajahnya tampan, semakin menarik dengan senyumannya. Seisi kelas tenang dan mendengarkan arahan guru itu. Beliau adalah Pak jason, bertugas sebagai wali kelas mereka sekaligus pengajar matematika.

Setelah memberi arahan dan peraturan kelas, pak jason memulai pelajaran pertamanya. Rianda terlihat tak tertarik, namun ia berusaha mengikuti pelajaran. Baru hari pertama belajar di sekolah baru, alana sudah mencuri perhatian kelas. Ia tampak cakap dengan pertanyaan guru di kelas. Rianda tercengang ketika alana menjawa pertanyaan guru dengan benar, ia juga merasa kagum pada alana.

Ketika jam istirahat, beberapa teman mendekati alana. Mereka mengulurkan tangan dan saling berkenalan. Rianda melihat itu, herannya rianda berharap alana menoleh ke belakang sekali saja melihat bahwa temannya ada disini. Namun harapan rianda pupus, beberapa dari mereka menggandeng alana membawanya pergi dari kelas. Rianda menghela napas berat, ia pun merebahkan kepalanya di meja dan menutup wajahnya dengan buku.

Tok..tok... baru saja rianda memejamkan matanya, ia kembali membuka mata dan menoleh ke orang yang menganggunya.

"Mau ke kantin gak?" Tanya alana, rianda mengangkat kepalanya dan memperbaiki rambutnya.

"Mau ke kantin gak?" Ulang alana, rianda pun bangkit dan mengikuti alana keluar kelas. Alana memeluk lengan rianda agar mereka jalan beriringan.

"Kamu mau apa?" Tanya alana, rianda yang jarang jajan di sekolah pun bingung melihat banyaknya makanan di kantin.

"Kamu aja deh, bukannya nanti kita makak siang?" Ujar rianda, ia ingat sekali bahwa sekolah menyediakan makan siang untuk siswa.

"Beli minum ya" ucap alana membeli dua kaleng minuman soda. Mereka jalan perlahan menuju kelas. Mereka berhenti ketika sudah di depan kelas, berdiri bersender di dinding memperhatikan lapangan sekolah.

"Hai adik-adik, baca brosur ini ya. Kalau ada yang mau gabung ekskul silahkan hubungin nomor yang tertera" ujar seorang wanita yang membagikan brosur kepada anak baru yang mereka temui. Rianda dan alana mengambil brosur itu.

Bel masuk berbunyi, mereka kembali belajar hingga waktu pulang. Para siswa berhamburan keluar kelas. Mobil-mobil mewah berjejeran di depan gerbang menjemput mereka, begitu juga dengan alana dan rianda.

"Kamu mau ikut ekskul?" Tanya rianda ketika mereka berdua di kamar alana. Rianda berbaring dikasur alana membaca brosur yang mereka dapat saat disekolah. Rianda hanya tertarik pada ekskul penyiar.

"Hmm, ada ekskul nari nih. Ok juga" jawab alana. Yang duduk di meja belajarnya, ia sedang membaca untuk pelajaran esok.

"Kamu bisa nari?" Tanya rianda

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang