16. Dibalik cerita

5.4K 504 6
                                    

Rianda merapikan meja nya yang berserakan, kemarin ia belum sempat membereskan mejanya sebelum pulang. Pagi ini suasana kantor lebih terasa dingin. Alana masuk tanpa merespon sapaan karyawannya,  ia juga membatalkan meeting pagi ini. Rianda sesekali melirik ruangan alana, apa dia baik-baik saja?.

"Nda ntar siang makan diluar yuk, aku traktir deh" ujar risa yang baru tiba. Rianda menimbang sejenak sebelum mengangguk.

Klik... Pintu ruangan bos terbuka, semua orang kembali mode serius di depan laptop. Risa masih santai berdiri di samping rianda.

"Sa" panggil alana. Risa segera mendekat, mata alana dan rianda bertemu namun alana bersikap datar ketika rianda tersenyum padanya. Rianda merasa kesal dicuekin alana, ia menopang dagu ditangannya sambil terus menatap ruangan bos yang kembali tertutup.

Rianda yang masih menatap pintu itu terkejut ketika pintu terbuka. Risa keluar menatap lurus ke rianda dengan senyum di bibirnya. Rianda menaikkan alisnya menanyakan maksud tatapan risa. Risa kembali kemejanya dan menyiapkan beberapa berkas yang perlu di bawa sembari mengirim rianda pesan.

"Ayo ikut aku meeting" pesan singkat risa. Rianda mendongak ke arah risa, risa memberi isyarat untuk segera bersiap. Rianda sedikit berlari mensejajarkan langkah dengn risa.

"Loh, ibu gak ikut?"

"Kita berdua aja"

"Kenapa"

"Ibu lagi gak enak badan"

"Ha?" Rianda mengerutkan keningnya, ia merasa khawatir menoleh ke belakang.

Tak ada yang dipikirkan rianda saat ini selain alana. Apa yang alana rasakan sekarang, sampai ia meminta risa dan dirinya meeting. Rianda risa pergi dengan mobil perusahaan, mobil ini memasuki basement sebuah gedung di pusat kota.

"Kita meeting sama siapa?, aku gak ada persiapan apa-apa sa" ujar rianda.

"Kamu gak tahu gedung ini?" Tanya risa, rianda menggeleng.

"Kita di kantor pusat Nda, kita ikut meeting bulanan disini"

"Ha?, aduh gimana dong?"

"Udah tenang aja, aku udah biasa kok. Kamu cukup duduk manis temenin aku" ujar risa. Rianda pun mengangguk lega. Mereka memasuki gedung, rianda melihat ke sekeliling. Gedung ini jauh lebih besar dari kantor mereka.

Mereka masuk ke sebuah ruangan rapat. Disana sudah berkumpul perwakilan dari masing-masing team dan anak perusahaan. Rapat ini selalu dipimpin oleh direktur utama yaitu bu mega. Rianda terpana melihat bu mega yang duduk di kursi direktur. Wibawanya terlihat mahal, sangat berbeda dengan yang ia lihat ketika di rumah bu mega berganti peran menjadi nyonya atau mama dari alana.

Rapat selesai dengan baik. Bu mega meminta masing-masing perwakilan mengikuti pelatihan dan beberapa arahan dari wakil direktur. Namun, pengecualian terhadap rianda. Semua orang menatap rianda ketika bu mega memanggil dan memintanya ikut ke ruangan.

"Masuk Nda" ujar bu mega. Rianda merasa sangat segan memasuki ruangan ini. Matanya terbelalak melihat pemandangan dibalik meja besar bertuliskan direktur utama itu. Gedung-gedung tinggi serta birunya langit memanjakan mata. Bu mega memasuki bilik untuk mengganti pakaian yang lebih nyaman. Rianda pun berputar mengitari ruangan bu mega.

Matanya terpaku pada banyaknya foto diruangan ini, dan foto didominasi oleh foto alana. Rianda juga melihat foto keluarga, foto papa alana, dan ia berhenti di satu foto.

"Itu foto papa alana waktu ada kerjaan di singapura. Pertama kalinya juga ia membawa supir yang ia anggap seperti sahabatnya" jelas bu mega, rianda segera meletakkan bingkai foto itu ke tempatnya.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang