11. Bye

4.4K 464 22
                                    

Seperti kata rianda, ibu sudah tiba pagi ini di sekolah. Rianda menemani ibunya ke kantor kepala sekolah. Tak lama urusan ibu selesai, rianda mengantar ibu hingga ke gerbang.

"Kamu udah bicara sama non alana?"

"Sudah bu"

"Ibu balik ya" pamit ibu. Rianda kembali ke kelas setelah ibu pergi. Ketika akan masuk kelas rianda berpapasan dengan alana yang hendak keluar kelas dengan teman lain. Mata mereka bertemu sejenak, lalu alana melewati rianda dengan sedikit menyenggol bahunya. Saat itu rianda tak merasakan sakit selain hatinya yang teriris. Pedih ketika alana cuek padanya, padahal waktu mereka tak banyak. Ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama alana, ingin berbicara lebih banyak dari biasanya.

"Hai Nda, tumben kamu ke perpus" ucap arif. Rianda hanya tersenyum dan duduk dikursi tempat arif biasa menghabiskan waktu istirhatnya.

"Kamu gak kesepian?" Tanya rianda, melihat arif ia merasa melihat dirinya yang tak punya siapa-siapa di sekolah.

"Tidak, aku nyaman begini" ucap arif sambil memperbaiki kaca mata dan mengucek matanya yang lelah.

"Kamu kesepian?" Tanya arif balik. Rianda mengangguk dan menghela napas panjang.

"Aku ingin seperti alana. Banyak teman, periang, disukai banyak orang" jelas rianda singkat. Arif meletakkan bukunya kembali ke rak dan duduk di atas meja.

"Itu semua tergantung kenyamanan diri kamu. Kalau kamu nyaman seperti ini, jalani. Kalau kamu merasa ingin berubah lebih baik agar kamu nyaman, lakukan" ujar arif

"Aku akan pindah sekolah rif" ujar rianda, arif mengangguk.

"Its Ok, selama itu demi kebaikan kamu. Aku masih disini, kamu bisa hubungin aku kalau perlu aku, kamu kan punya nomor aku" ucap arif. Senyum arif membuat hangat hati rianda, ia senang bisa berbicara dengan arif.

"Terima kasih ya, walau kita baru banget kenal. Kamu terlalu ramah ke aku" ucap rianda. Arif menepuk lembut bahu rianda.

Setelah dari perpustakaan, rianda berjalan menyusuri tiap lorong sekolah yang sepi karena semua siswa sudah masuk kelas. Rianda tak berniat masuk, ia terus saja berjalan hingga sampai ke rooftop sekolah. Rianda berbaring disana menatap langit yang mulai sendu.

"Sengaja bolos?"

Rianda mengangkat kepalanya. Alana berjalan mendekatinya, ia duduk disamping rianda yang masih berbaring. Alana meletakkan sebuah bingkisan di antara mereka.

"Hadiah perpisahan" ucap alana singkat. Rianda beranjak duduk dan melihat isi bingkisan.

"Sepatu?"

"Hmm, aku beli yang sama dengan punyaku" ucap alana. Rianda ingat sepatu yang alana beli untuk keperluan dancenya.

"Aku gak punya apa-apa buat kamu" ucap rianda

"Sketsa itu sudah cukup" jawab alana. Alana berbaring diikuti rianda, mereka berdua menatap langit.

"Kamu akan kembali?" Tanya alana

"Kamu mau aku kembali?"

"Hmm, kembalilah dengan keadaan yang lebih baik. Lebih percaya diri, lebih cantik dan lebih suskes tentunya" ucap alana sembari memiringkan wajahnya menghadap rianda

"Ok"

"Apa yang kamu harapkan tentang aku?" Tanya alana, rianda memutar bola matanya. Baginya saat ini alana yang terbaik, ia tak memiliki kekurangan apapun.

"Kamu akan menerimaku kembali jika aku datang terlalu lama. Kamu.., kamu tetap menyukaiku seperti sekarang" ucap rianda, ia menelan air liurnya setelah mengucapkan itu. Matanya terkunci dengan tatapan alana. Alana menjulurkan jari kelingkingnya, rianda menautkan jari kelingkingnya. Mereka sepakat untuk kembali bersama nanti, dan saling menerima alasan jika mereka datang terlambat.

Light in YouWhere stories live. Discover now