11. Kabar

2.7K 378 105
                                    

"Eh, itu kak Ra, ya?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eh, itu kak Ra, ya?!"

"Kak Ra dateng!!"

"Kakak Ra!~"

Dio dengan terburu-buru menurunkan anak yang awalnya berada dalam gendongannya.

Laki-laki itu mencari sosok yang dipanggil anak panti dengan sangat antusias.

Kilauan terik matahari membuat Dio sedikit menyipitkan mata, dari pagar lapangan basket, seorang perempuan manis datang membawakan sekantong jajanan.

Dio hampir lupa berkedip, perasaannya saat ini masih sama ketika mereka masih SMA. Ia berkelahi hebat dengan pikirannya sendiri, apakah ini salahnya sehingga mereka tak bersama?

"Dio," sapa gadis itu sembari mengibaskan telapak tangan.

Keduanya kini saling berhadapan dengan gestur yang tidak seperti biasanya. Canggung serta penuh kesunyian.

"Congrats, Ra. Maaf aku baru bisa ngucapinnya sekarang." serak Dio, sekaligus membuka percakapan setelah satu menit hanya bertatapan.

"Maafin Ra, ya?" sahut Kiran lirih sebelum menurunkan sorot matanya.

Kondisi kedua insan itu tak ada bedanya sekarang, manik hitam mereka berlinang air mata, dada seperti dipenuhi sebongkah batu, sulit sekali rasanya untuk bernafas.

"Tapi, kamu harus tau, Ra.." bibir Dio mengulum erat. Menahan kuat isak tangis yang rasanya ingin pecah.

"Kapanpun kamu perlu bahu untuk sandaran atau curhat. Aku selalu ada." lanjutnya sayu, memberi lengkungan bibir yang dipaksa.

Sepasang mata besar Kiran menatap laki-laki tinggi itu kembali, nyeri menyebar di dadanya ketika melihat garis wajah Dio yang begitu sedih ketika mereka harus berpisah dengan cara seperti ini.

"Ra...?"

Kedua insan itu menoleh pada sumber suara halus dari arah samping.

Bulir bening dari ujung mata Kiran tak dapat tertampung lagi ketika melihat siapa yang datang.

Talia seketika membawa gadis itu masuk ke pelukannya. Kiran menangis hebat disana, isakan darinya menambah aliran air mata Dio.

"Tante pikir, Ra mau jadi mantu tante.."

".. Apa karena Dio belum cukup selama ini? Apa dia pernah sakitin kamu?" Talia menangkup pipi panas Kiran.

"Ngga, tante..." gadis itu menggeleng.

"Trus kenapa, Ra? Dari dulu, tante punya mimpi besar tentang kalian mengurus panti asuhan ini..."

"Tapi.. kalau menikah dengan orang lain kebahagiaan Ra, tante bisa apa?"

"Udah, ma. Ini keputusan Kiran, biarin dia bahagia" Dio menyeka ujung matanya yang perih karena berkali-kali telah ia usap.

Talia menarik dan menghembuskan nafas berat, dengan rasa kecewa ia hanya membelai surai hitam Kiran. Lalu pergi dan disusul oleh putranya.

Married With BenefitWhere stories live. Discover now