25. Pengakuan Gavin

3.1K 527 338
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Atmosfir kamar Clara sangat sejuk, rapi, dan menenangkan. Siapapun yang terbaring di kasurnya pasti tidak sulit untuk terlelap.

Namun, berbeda dengan sang pemilik kamar. Gadis itu sedang duduk di meja yang dilengkapi lampu belajar.

Tangannya bergerak lincah mengetik di tombol-tombol laptop. Ia memasukkan beberapa file untuk seleksi berkas.

Sepasang mata Clara juga tergulir fokus, mendaftar lowongan pekerjaan yang tersedia di Jakarta.

Bukan hanya sibuk dengan layar, Clara juga menggoreskan tulisan di notebook kecilnya. Mencatat apa saja syarat-syarat yang diperlukan.

"Pliss, keterima satuuu aja.. La gak mau ngerepotin kakak lagi..." gumam gadis itu, berdoa dalam hati.

***

Sedangkan, di kamarnya, Kiran telah selesai melakukan skincare rutin.

Ia mengayun kaki ke tempat tidur dengan riang karena puas seharian bermain bersama Regal. Yay, sekarang waktunya mengistirahatkan diri.

Kiran duduk di sisi ranjang lalu merebahkan dirinya-dengan posisi memunggungi Gavin yang sedari tadi menunggunya selesai merawat wajah.

"Seru ngga, main sama Regal?" bisik laki-laki itu, bergeser perlahan mendekati posisi istrinya.

"Seru!~ Besok mau Ra ajak jalan pagi-"

Kalimat gadis itu terputus ketika Gavin tiba-tiba menyelipkan tangan, mengelus perut ratanya.

Hembusan udara dari hidung Gavin di ceruk lehernya membuat Kiran merapatkan bibir.

"Udah puas main sama Regal, sekarang gantian, ya, Ra.."

"Main sama daddynya," lanjut Gavin.

Deru nafas Gavin membuat sekujur lehernya merinding, Kiran reflek bergeser menjauh.

Kini gadis itu bertahan tidur di ambang kasur. Membuat senyum Gavin mengembang. Heran dengan gadis langka yang selalu menjauhinya.

Padahal di luar sana, tak terhitung berapa jumlah perempuan yang ingin bersama apalagi sampai menikah dengannya.

"Ra, mau aku ingetin sesuatu, ga?" Gavin mencuil pundak gadis itu.

Gadis dengan piyama satin itu berpikir sejenak, lalu akhirnya mau membalikkan badan.

Seperti dugaan Gavin, Kiran hampir saja kehilangan keseimbangan alias jatuh dari tempat tidur.

Dua detik sebelum jatuh, laki-laki itu berhasil meraih pinggang Kiran lalu menariknya mendekat.

Dalam hati, gadis itu menyumpah serapah saat dirinya lagi-lagi berhasil dibodohi oleh suaminya yang ahli dalam hal ini.

Kini hidungnya dengan Gavin hanya terpisah jarak tiga centi. Bahkan jantungnya berdegup kencang saat melihat sorot sayu laki-laki itu.

"Ada satu cewe yang buat gue kecewa banget di suatu malem.." Gavin memulai ceritanya.

"Katanya dia bakal mau buat baby kalo gue udah putus sama Mila.."

Kiran menelan ludah dengan susah payah. Gawat! Gavin akhirnya memakai seluruh sel otaknya, sampai masih mengingat kata-katanya.

Married With BenefitWhere stories live. Discover now