1. Kejutan di Pagi Hari

9.3K 572 9
                                    

Ini masih pagi buta saat Mama membangunkan Marsha dan meminta ia untuk segera siap-siap. Marsha jelas kebingungan. Untuk apa ia harus mengguyur badan dengan air di pukul 5 pagi di hari Minggu? Tidak bisakah acara mereka ditunda menjadi lebih siang dan biarkan Marsha tidur lebih lama?

"Cepeetttt. Tamu kita jam 8 udah dateng. Sekalian sarapan bareng."

Nyawa Marsha masih mengawang entah dimana. Bahkan matanya belum bisa terbuka sama sekali. Kantuk menyerang tanpa ampun.

"5 menit lagi..."

"Nggak bisa. MUA-nya udah dateng, kasihan mereka nungguin kamu."

Marsha mau bertanya kenapa harus sampai datangkan perias. Apa tamu mereka itu Presiden? Tapi sayang rasa malas menggerakkan mulut lebih tinggi daripada rasa keingintahuannya.

"Kalau 5 menit lagi mama balik kamu belum bangun juga, kartu kredit yang dari Papa biar Mama bekuin aja."

Marsha dengan cepat bangun dan masuk ke dalam kamar mandi setelah mendengar ancaman Mama.

Walau uang dari bisnisnya sendiri sudah banyak, tapi Marsha termasuk orang yang pelit untuk memakai duit sendiri. Ia lebih suka gunakan kartu dari Papa untuk jajan ini itu. Pemasukkan miliknya bersifat mutlak tidak bisa diganggu untuk sekedar jajan tas atau sepatu yang disuka.

Marsha hanya gosok gigi dan cuci mata, tidak berniat sama sekali menyentuh air. Toh sebelum tidur semalam dia sudah mandi. Masih wangi kok. Nanti juga Marsha akan pakai parfum saja.

"Mamaaa, aku pake baju apaa?!" Marsha teriak dari dalam kamar.

"Pake baju rumah aja dulu! Abis itu turun, di-make up-in dulu baru ganti baju!" Mama pun ikut teriak di luar sana.

Marsha memilih untuk tetap memakai bathrobe miliknya dan langsung berjalan keluar kamar.

Entah matanya yang salah melihat atau Marsha yang belum bangun dari tidur, rumah yang semalam masih sepi mendadak ramai dengan hiasan bunga di sepanjang pegangan tangga, kursi-kursi di ruang tengah yang sudah disusun rapi dengan beberapa hiasan lainnya di dinding serta beberapa asisten rumah tangga yang mondar-mandir di bawah sana.

"Shaa! Buruan ih!" Mama menarik tangan Marsha untuk dan membawa anaknya itu ke dalam kamar tamu di lantai bawah yang telah disulap menjadi kamar rias.

"Kok ada eyang?"

"Ya masa cucu ku nikah aku ndak dateng." Eyang Uti yang telah rapi dengan kebaya biru muda lengkap dengan riasan yang memenuhi muka dan sanggul angkat bicara.

"Kak Oniel kan udah nikah tahun lalu... Nikah lagi?" tanya Marsha kebingungan. Oniel adalah sepupu yang udah tinggal di rumahnya dari kecil sampe dianggap anak sama keluarga Marsha.

"Ya kamu toh nduk yang nikah." Eyang Uti mencium pipi Marsha kanan dan kiri lalu meminta perias untuk langsung merias cucunya.

Alih-alih duduk di depan kaca yang telah disediakan oleh MUA yang datang. Marsha langsung keluar kamar mencari keberadaan Mamanya.

"Maksudnya apa? Kok eyang bilang aku yang nikah? Bercanda kan ma? Kak Oniel punya istri baru? Hah gimana sih kok aku nggak ngerti."

"Sayang... tenang dulu. Dengerin Mama." Mama pegang kedua pundak Marsha . Mengajak anak semata wayangnya ini untuk mengambil nafas dan tenang terlebih dahulu.

"Kamu dijodohin. Sama anak dari keluarga Natio. Mereka bakal dateng beberapa jam lagi dan langsung persunting kamu jadi istrinya."

Marsha menggeleng kuat. Tangannya reflek menarik rambut frustasi. Marsha berharap bahwa semua ini hanya bunga mimpi belaka. Marsha ingin seseorang pastikan kepadanya bahwa ia belum bangun dari tidur.

NIKAH PAKSA [ZEESHA] END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang