32 | Tiga Puluh Dua

28 1 0
                                    

Kantin kampus masih cukup lengang sewaktu Andra menginjakkan kaki di sana. Dia melangkah menuju satu meja kosong terdekat. Diletakkannya tas ransel yang sedari tadi dia sandang di punggung. Begitu mendudukkan diri di kursi, helaan napas beratnya terlepas, seperti baru saja dia melewati hari yang berat. Padahal belum juga lewat tengah hari. Masih ada dua kelas lagi yang menanti untuk dihadiri.

Andra hanya duduk-duduk di sana tanpa membeli makanan dan minuman. Hari ini dia bawa bekal makan siang dari rumah. Selama beberapa saat, cowok itu fokus menekuni tugasnya di laptop. Dicicil dulu sekarang. Finishing bisa belakangan. Dikumpulinnya masih minggu depan.

Beberapa saat berselang, Ben datang dan duduk di depan Andra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa saat berselang, Ben datang dan duduk di depan Andra.

"Lo habis dari mana? Nyelonong kabur aja habis selesai kelas."

"Hehe." Ben malah nyengir.

"Habis nyamperin Nadya?"

Ben mengangguk.

"Pacaran aja teruusss." Andra memberengut sebal.

"Apaan, sih, Ndra? Hahaha. Orang gue mulangin tumbler doang."

"Bukannya bisa ntar aja pas lo nganter dia balik ke kosan?"

"Kalo ntar-ntar, takutnya gue lupa." Ben mendapati sebuah buku cukup tebal tergeletak di samping laptop Andra. Hanya dengan melihat sampul bukunya, Ben bisa tahu judul buku tersebut. "Wah, lo udah dapet aja bukunya. Pinjem siapa?"

Buku yang Ben maksud adalah buku referensi untuk mengerjakan tugas kuliah mereka. Setahu Ben, perpustakaan kampus hanya menyimpan beberapa buah buku tersebut. Saat Ben ke perpustakaan kemarin, buku itu sudah habis terpinjam. Kemungkinan kembali pasti minggu depan. Kalau menunggu selama itu, bisa dipastikan tugasnya tidak bakal selesai.

"Pinjem Nadya."

"Loh? Dia punya?"

Andra mengangguk.

"Keren banget dia sampai bisa dapet."

Maklum, itu adalah buku terbitan lama yang sudah tidak dicetak ulang. Dan bisa dibilang sudah jadi buku langka, karena sangat susah ditemukan di pasar buku maupun market place. Ebook-nya pun tak utuh. Padahal buku itu termasuk salah satu buku referensi penting.

"Gue aja sampai amazed. Nggak paham deh gue koneksinya Nadya sama siapa aja. Waktu gue tanya dia beli di mana, dia bilang dikasih sama temennya Tante Tere."

Hasben melongo, dibuat takjub. Semudah itu Nadya bisa mendapatkannya. Kayak tinggal bilang saja ke Tere apa-apa yang dia mau, lalu beberapa waktu kemudian permintaannya bisa terpenuhi.

"Gue pinjem juga dong, Ndra. Gantian."

"Bilang dulu ke yang punya."

"Iyaa, nanti gue bilang. Btw, Ndra, gue nitip ini dong buat Mas Teguh." Ben lalu mengeluarkan sebuah hoodie hitam dari dalam ranselnya.

2 3 4 + 1, Kami SaudaraWhere stories live. Discover now