36 | Tiga Puluh Enam

19 2 0
                                    

Seperti yang bisa Andra, Hasben, dan Nadya kira, berita terkuaknya sandiwara mereka langsung saja tersebar ke segala penjuru kampus. Tidak sampai satu jam setelah Utha secara beruntung memergoki percakapan Andra dan Nadya, ponsel ketiganya dibombardir oleh puluhan pesan berantai dengan beragam komentar serta pertanyaan yang menyertainya.

Jalan terbaik yang mereka pilih sementara ini tentu saja dengan bersikap acuh. Tidak ada yang perlu diklarifikasi. Karena ya memang benar mereka sudah melakukan kebohongan publik.

"Terus sekarang lo mau gimana, Ben?"

"Gue ngikut rencananya Andra aja, Gi."

Pagi itu, Hasben ikut numpang sarapan bareng Andra dan Agi. Pemandangan yang cukup lumrah terlihat di rumah Imelda sejak dulu. Anak tetangga sebelah yang suka tiba-tiba datang dan minta makan. Entah itu pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun. Hal ini cuma berlaku buat Ben. Soalnya Dika cukup tahu diri untuk tidak menambah kerepotan tetangganya.

"Rencana gue yang mana? Gue aja belum kepikiran ide apapun," balas Andra sembari memotong kulit pinggiran roti tawar yang sudah diolesi selai cokelat. Setelahnya, dia menggeser piring berisi roti tawar isi selai cokelat itu ke hadapan Agi.

 Setelahnya, dia menggeser piring berisi roti tawar isi selai cokelat itu ke hadapan Agi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Agi tidak suka kulit pinggiran roti tawar. Dan sudah jadi suatu kebiasaan di rumah itu, entah Angga, Rega, atau Andra yang akan mengambil alih tugas memotong kulit pinggiran roti tawar yang mau Agi makan.

Dalam sekali suap, separuh bagian roti berhasil masuk ke dalam mulut Agi.

"Kalian nggak bisa seterusnya cuek gitu aja, lho." Agi mengingatkan, setelah menelan habis roti yang dikunyahnya. Dia sudah tahu awal mula ceritanya dari Andra. "Kak Nadya kan cewek, pasti nggak nyaman karena jadi bahan omongan. Apalagi dengan narasi berita yang tersebar sekarang, orang-orang tahunya dia yang manfaatin Ben."

Gosip yang beredar, Nadya lah yang memaksa Hasben untuk pura-pura pacaran demi popularitas kampus. Status Ben sebagai aktifis kampus yang supel, bikin cowok itu dikenal baik hingga ke fakultas lain. Koneksinya jelas bisa ke mana-mana.

"Padahal yang terjadi sekarang malah Ben beneran suka sama Nadya."

"Lah? Masa sih, Mas?" Agi yang kaget hampir saja tersedak. Kemudian dia berpaling ke Ben. "Beneran, Ben, lo jadinya suka sama Kak Nadya?"

"Apaan sih lo, Ndra? Ah, elah." Ben rada sewot, merasa dikhianati karena Andra membocorkan rahasianya.

"Kan emang bener gitu. Iya atau iya?"

"Tahu, ah! Dasar ember banget emang mulutnya si Utha. Cowok kok kelakuannya nyebelin kayak gitu."

Ben melampiaskan kekesalannya dengan melahap cepat sisa makanan di piring. Pipinya sampai menggembung karena penuh terisi.

"Susah sih ya kalo mau nutup mulutnya orang-orang. Emang paling bener kita yang tutup kuping sendiri, terus berlagak cuek," kata Andra.

"Padahal kepikirannya itu, lho, sampai setengah mati," timpal Ben.

2 3 4 + 1, Kami SaudaraWhere stories live. Discover now