[12] Bagaimana Jika

455 58 8
                                    

Cake - Itzy
00:00●━━━━━━━02:46
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻

Cake - Itzy00:00●━━━━━━━02:46⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Kali ini Yoichi ingat untuk menghubungi Dosen William perihal Reo yang berniat untuk melakukan les privat, tetapi seperti biasa Dosen William sedang sibuk sehingga beliau meminta bertemu dengan Yoichi di akhir pekan. Mereka bertemu di kafe yang berada di pusat kota dekat sebuah taman hiburan yang baru dibuka.

Yoichi menyapa dan mempersilakan duduk ketika lelaki dewasa itu menghampirinya. Aura intelektual terpancar setiap kali Yoichi menatap wajah dosen tersebut. Meski tergolong masih muda tetapi Dosen William termasuk salah satu dosen terbaik di Tokyo. Sambil mengesap kopi yang telah di pesan, Dosen William berkata, “Apa ada sesuatu hal penting yang ingin kau tanyakan padaku?”

“Sebelumnya aku minta maaf telah menganggu waktumu. Iya, ada hal yang ingin kuberitahu—temanku Reo berniat melakukan les privat. Apakah bisa?”

“Apa dia Reo dari keluarga Mikage?”

Yoichi mengangguk cukup terkejut bahwa gurunya mengetahui keluarga Reo—ternyata benar yang dikatakan oleh Seishirou jika keluarga Reo adalah keluarga yang terkenal pantas saja banyak orang yang mengagumi lelaki berambut ungu itu.

Cukup lama terdiam hingga Yoichi menunggu apakah lelaki dewasa itu setuju atau tidak. Namun, jawaban yang didapatkannya hanya sebuah gelengan sehingga mau tidak mau Yoichi bertanya, “Kenapa?”

“Aku tidak berniat untuk melakukan les privat. Satu-satunya murid yang ku ajari secara pribadi hanya dirimu dan aku tidak berniat untuk menerima murid lagi. Pekerjaanku sebagai dosen sudah cukup banyak—akan sulit untuk mengatur waktu mengajari secara pribadi.”

Yoichi mengerti dengan alasan yang diberikan lelaki tersebut hanya saja, ia merasa tidak enak terhadap Reo yang telah meminta bantuan padanya. Reo adalah salah satu teman terbaik Yoichi dan sudah selalu sering membantu Yoichi tetapi kali ini ia tidak bisa membantu. Mau bagaimana lagi, Yoichi juga tidak bisa memaksa Dosen William untuk setuju atau setidaknya mencoba memberi kesempatan untuk mengajari Reo.

Keesokan hari Yoichi mengatakan hal tersebut pada Reo, dan seperti dugaannya jika Reo terlihat cukup kecewa tetapi tetap tersenyum dan bersikap ramah pada Yoichi seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa. Lelaki berambut ungu itu mengangguk. “Aku mengerti, kalau begitu aku akan mencari guru yang lain.”

“Semoga kau mendapatkan guru yang cocok denganmu.”

“Terima kasih, Isagi.”

Setiap pulang sekolah Yoichi, Reo dan Seishirou akan pergi ke perpustakaan kota untuk belajar kelompok menjelang ujian tengah semester yang sebentar lagi akan diadakan—bahkan Seishirou yang terbiasa bermalas-malas-an kini lebih serius bahkan ia juga ikut dalam diskusi antara Yoichi dan Reo dalam memecahkan soal baik itu sains atau sosial. Buku-buku tebal juga dibaca oleh Seishirou meski setelahnya ia akan kedapatan tertidur dan mendapat coretan pada wajahnya—maha karya lukisan yang dibuat oleh Yoichi dan Reo.

Reo menahan tawa lalu memberi kode pada Yoichi untuk segera membereskan buku dan alat tulis. “Ayo kita pulang! Tinggalkan saja Nagi di sini,” bisik Reo.

Sebetulnya Yoichi ragu dan merasa tidak tega untuk meninggalkan Seishirou yang tertidur di perpustakaan tetapi Reo sudah langsung menyeretnya keluar. Barulah setelah mereka keluar—Reo tertawa lepas. “Kau tidak perlu merasa khawatir. Nagi akan baik-baik saja. Ayo kita pulang! Biar aku yang mengantar kamu, sopir ku sudah datang.”

Sebuah mobil mewah terparkir tidak jauh dari perpustakaan kota. Ada sopir yang berdiri di luar mobil, memberi salam dan membukakan pintu mobil untuk Reo dan Yoichi. Reo telah memberi tahu alamat rumah Yoichi yang akan dituju. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sepanjang perjalanan Yoichi memandangi jalanan; melihat beberapa mobil berlalu lalang, gedung-gedung tinggi lalu ada beberapa orang berjalan bersama, ada juga yang sedang menunggu bus di halte.

Langit gelap diterangi beberapa bintik cahaya bintang dan satu cahaya bulan yang sangat terang, beberapa awan bergerak menghalangi cahaya. Malam yang sunyi tetapi Yoichi tidak pernah kesepian lagi seperti malam-malam dulu. Ia tersenyum memandangi Reo yang duduk di sampingnya.

“Ada apa?” tanya Reo yang menyadari tatapan tersebut.

“Tidak apa-apa, ini pertama kalinya aku pulang bersama denganmu. Terima kasih sudah mengantarkanku pulang.”

“Sama-sama, tidak perlu sungkan. Aku senang bisa pulang bersama denganmu.”

Reo berbalik menghadap Yoichi, memandangi lelaki itu lebih dekat sehingga Yoichi menatap bingung. “Aku ingin tahu apa yang membuatmu sangat istimewa sehingga bisa membuat Seishirou menyukaimu.”

“Kurasa kami sangat cocok menjadi teman, berbicara atau menghabiskan waktu dengan Seishirou sangat menyenangkan—dia memberiku banyak pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah aku alami,” jawab Yoichi yang tiba-tiba wajah Seishirou tergambar jelas di dalam pikirannya.

“Ya, kurasa juga begitu. Kau sangat jujur dan sangat menyenangkan, seperti yang selalu dikatakan Seishirou Isagi sangat lucu. Kepribadianmu yang baik membuat Seishirou merasa nyaman denganmu.”

Wajah Yoichi sudah bersemu merah karena malu dipuji oleh Reo. Namun meski begitu, Yoichi beberapa merasa gugup—percakapan Reo membuatnya sedikit tertekan, ia seakan telah merebut Seishirou dari Reo. Mereka berdua telah berteman sedari lama dan selalu ber sama-sama tetapi kini ia masuk dalam kehidupan mereka berdua yang bahkan lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Seishirou.

Reo kembali menjauh dan kembali berkata, “Jika Nagi menyukaimu dengan maksud lain, bagaimana menurutmu?”

“Aku tidak mengerti.”

“Suka layaknya pada lawan jenis, seperti itu.”

Reo tahu pertanyaan itu cukup berbahaya untuk ditanyakan, tidak hanya Yoichi yang terlihat gugup, bahkan sopir yang sedang menyetir juga terlihat cukup terkejut dengan hal itu. Namun, Reo hanya ingin memastikan apakah Yoichi adalah orang yang terbuka yang mungkin bisa memberi kesempatan pada Seishirou atau justru Yoichi adalah orang yang tertutup akan hal itu.

Yoichi dengan gugup menjawab, “T–tidak mungkin. Aku rasa Nagi bukan orang yang seperti itu—bahkan aku pernah melihat dia menghampiri seorang gadis dari kelas sebelah yang memberinya surat cinta. Jikalau Nagi menyukai laki-laki, dia pasti akan menyukai orang yang sangat hebat—bukan aku—aku benar-benar tidak layak.”

“Jadi jika kau tidak masalah jika Nagi menyukai laki-laki?”

“Ya, lagipula apa hakku untuk mengurusi seksualitas orang lain?”

Reo mengangguk, tapi kembali lagi mengajukan pertanyaan, “Lalu apa kau pernah terpikirkan untuk menyukai Nagi?”

Dengan cepat Yoichi menggelengkan kepala. “Saat ini aku tidak tertarik dengan percintaan. Aku menyukai Nagi sebagai teman, begitu juga denganmu, Reo.”

Meski Yoichi menolak dengan jelas tetapi Reo cukup puas dengan jawaban Yoichi—setidaknya lelaki itu tidak masalah jika Seishirou menyukai laki-laki, mungkin masih ada kesempatan bagi lelaki berambut putih susu itu di masa depan. Itulah yang dipikirkan oleh Reo sedangkan Yoichi masih merasa gugup dan tertekan, jantung bahkan berdenyut lebih cepat dari biasanya. Sesekali ia melirik Reo yang tampak puas dengan jawabannya barusan.

“Apa Reo menyukai Nagi?” tanya Yoichi di dalam hatinya. Ia sedikit menghela napas lalu berpikir untuk ke depannya—tidak menghalangi kedekatan mereka berdua.

***

BERSAMBUNG

Reo ingin menjadi mak comblang tetapi Yoichi justru menyangka Reo menyukai Seishirou xixi

Reo harus lebih gencar menyadarkan Yoichi~

The School Dairy | NagiSagi ✓Where stories live. Discover now