[15] Padahal Hanya Teman

413 40 2
                                    

Fast Forward - Jeon Somi
00:00●━━━━━━━02:40
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻

Fast Forward - Jeon Somi00:00●━━━━━━━02:40⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Setelah merasa agak baikan Yoichi kembali ke kelas, di atas meja terdapat satu kotak susu pisang dan juga sebuah kertas bertuliskan; ‘untukmu’. Yoichi menoleh melihat Seishirou yang bertopang dagu dan memandanginya. “Apa kakimu sudah lebih baik?” tanya Seishirou dan Yoichi mengangguk sebagai jawaban.

Yoichi menyibukkan diri dengan membaca sebuah buku novel klasik yang ia bawa. Namun, meski ia membaca buku—fokusnya tetap teralihkan pada Seishirou yang masih dengan setia memandanginya di samping. Tanpa menoleh Yoichi berkata pelan, “Reo belum juga kembali?”

“Ya, dia belum kembali ... suasana hatinya sedang tidak baik, biarkan dia menenangkan diri sendiri.”

“Memang ada apa dengan Reo?”

Seishirou diam selama beberapa detik sebelum akhirnya menjawab, “Maaf, aku ... tidak bisa memberi tahumu, kau bisa tanyakan langsung pada Reo karena itu masalahnya.”

Meski tidak mendapat jawaban yang diinginkan tetapi Yoichi tetap mengangguk mengerti. Seishirou adalah lelaki yang menghargai Reo sangat tidak mungkin baginya untuk memberi tahu orang lain tentang masalah pribadi Reo—dia lelaki baik, tetapi lagi-lagi Yoichi selalu merasa bahwa jarak antara ia dengan mereka berdua semakin terlihat ... mereka tidak sedekat itu tetap masih telihat bahwa Yoichi hanyalah ank lelaki baru yang ikut tergabung dalam hubungan Seishirou dan Reo yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Tanpa sadar Yoichi menghela napas, menyandarkan wajahnya di atas meja tentu saja perilakunya menjadi bahan perhatian Seishirou. Setelah suasana tadi yang cukup canggung, Seishirou memberanikan diri untuk menepuk bahu Yoichi dan melangkah lebih dekat. “Apa kau masih sakit? Lebih baik pulang, aku akan mengantarkanmu.”

“Tidak apa-apa, aku hanya merasa lelah sedikit.”

Seishirou ingin kembali bertanya, tetapi ucapannya terhenti ketika melihat Reo telah kembali—lelaki itu tampak sedikit lebih baik daripada saat pagi hari jadi Seishirou mengangkat tangan menyapa Reo. “Sudah lebih baik?”

Reo mengangguk sebelum kembali duduk di bangkunya. Seishirou hanya bisa menggelengkan kepala melihat Reo dan Yoichi yang hari ini sedang tidak baik-baik saja. Jadi dengan semangat, Seishirou mengetuk-ngetuk pipinya dengan jari telunjuk memikirkan ide yang tepat untuk menghibur keduanya, melihat mereka berdua seperti sekarang membuat Seishirou juga merasa sedih.

Beruntung hari ini tidak ada jadwal kelas malam sehingga mereka bisa pulang lebih awal seperti minggu-minggu kemarin. Seishirou mengajak Reo dan Yoichi ke tempat karaoke tentu saja di antara ke tiga orang tersebut tidak ada yang pernah datang ke tempat seperti itu bahkan Reo bertanya, “Kenapa kita ke sini? Aku pikir kau akan mengajakku ke kafe.”

Sementara Yoichi melihat sekeliling; ruangan dipenuhi lampu kerlap-kerlip, di atas meja terdapat mic dan juga remote untuk memilih lagu, ada juga beberapa makanan ringan dan minuman kaleng. Ia melihat Seishirou yang mengetik sesuatu di ponselnya—menunjukkan sebuah artikel yang membahas tentang tempat-tempat yang cocok untuk berseneng-senang. “Di sini tertulis cocok dikunjungi jika suasana hati sedang tidak baik, dengan menyanyi setidaknya kalian dapat bersenang-senang dan melepas rasa kesal atau sedih di hati,” ujar Seishirou menjelaskan.

Tidak lama kemudian Reo sedikit tertawa lalu duduk di sofa dan meraih remote. “Kalau begitu siapa yang kau duluan bernyanyi? Pilih lagunya.”

“Aku tidak tahu banyak lagu, pilihkan saja secara acak,” kata Seishirou.

Yoichi mengerutkan bibir. “Aku tidak bisa bernyanyi, apa bisa aku tidak melakukannya?”

“Tidak bisa, kita harus bernyanyi.”

Setelah melakukan beberapa kali suit, urutan pertama bernyanyi adalah Seishirou. Lagu yang akan dinyanyikannya adalah sebuah lagu barat milik Taylor Swift yang berjudul Enchanted, meski dinyayikan oleh Seishirou tidak sesuai dengan lagu aslinya tetapi lelaki tetap percaya diri menyanyikannya sehingga membuat baik Reo mau pun Yoichi tertawa, tetapi beberapa kali Reo melirik mata lelaki berambut putih susu itu yang tidak pernah lepas dari Yoichi yang tertawa lepas di sampingnya. Sudut mulut Reo terangkat perlahan, menyaksikan sahabatnya yang sedang dalam masa jatuh cinta.

Tiba giliran Reo ia menyanyikan lagu New Rules milik Tomorrow x Together yang merupakan lagu yang sesuai dengan keadaannya saat ini; muak dengan semua aturan yang ada, ingin melewati batas dan pergi ke tempat yang lebih baik. Semakin pertengahan lagu—Reo menyanyikan ya dengan nada keras penuh penekanan menumpahkan semua rasa kesal. Apa yang dikatakan Seishirou tadi benar, setelah bernyanyi dengan puas sedikitnya membuat Reo tenang. Dengan peluh yang membasahi dahinya, ia kembali duduk lalu memberikan mic pada Yoichi yang terkesan tidak mau tetapi akhirnya terpaksa berdiri.

Karena lagu yang dipilih adalah lagu acak yang bahkan tidak diketatahui oleh Yoichi sehingga ketika bernyanyi ia tidak hapal nadanya seperti apa—kejar-kejaran dengan lirik yang terpampang jelas pada layar.

Semakin lama mereka menghabiskan waktu di tempat karaoke, mereka mampu bernyanyi lebih semangat tentu saja hal tersebut membuat Seishirou senang, idenya berhasil.

Reo pulang dijemput sopir pribadinya, sementara Yoichi bersama Seishirou pulang menggunakan kereta bawah tanah. Sesekali Seishirou waspada takut jika Yoichi terjatuh karena kaki lelaki berambut hitam tersebut belum sembuh, tetapi Yoichi berjalan dengan hati-hati sehingga tidak terjadi hal yang membahayakan. Saat duduk di dalam kereta, Yoichi berkata, “Terima kasih sudah mengajakku juga ke tempat karaoke.”

“Iya, jika kau ingin pergi ke sesuatu tempat yang menarik, aku bisa merekomendasikan beberapa meski mungkin aku juga belum pernah datang ke tempat tersebut tapi kita bisa menambah pengalam bersama-sama.”

Yoichi mengangguk pelan.

“Isagi, aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini tapi hari ini kau terlihat sedikit berbeda. Apa ada sesuatu hal yang terjadi? Jika kau punya masalah, kau bisa bisa berbicara padaku sebisa mungkin aku akan membantu.”

Kata-kata Seishirou sangat lembut, Yoichi tidak bisa mengabaikan hal itu bahkan ia sedikit gelisah, dadanya tidak begitu nyaman seperti terdapat letupan kecil yang perlahan-lahan akan meledak. “Itu ... tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja.”

“Kau tidak pandai berbohong,” ucap Seishirou menatap fokus pada kedua mata Yoichi.

“Sungguh aku baik-baik saja.”

“Jadi kau merasa bahwa aku bukanlah orang yang tepat untuk mendengar keluh kesahmu, begitu? Sehingga kau tidak mau menceritakannya padaku. Padahal aku tidak akan mengolok-ngolok ceritamu.”

Yoichi berbalik memandang Seishirou. “Sebegitu inginnya kau mendengar ceritaku?”

“Tentu saja. Isagi sudah kuanggap orang yang sangat penting dalam hidupku—aku ingin memperlakukanmu dengan baik.”

Dengan cepat Yoichi memakingkan wajahnya, terasa begitu panas dan ia juga merasa malu sehingga tidak berani untuk menatap kembali Seishirou. “Seberapa penting?” tanya Yoichi dengan suara pelan.

Namun, tidak ada jawaban dari Seishirou. Lelaki itu terdiam membisu bahkan sampai di pemberhentian Seshirou—dia tidak juga memberi jawaban pada Yoichi membuat Yoichi menundukkan kepala menatap kedua sepatu hitam yang digunakannya. Belum lama Yoichi merasa senang, ia sudah dijatuhkan kembali pada kenyataan bahwa keberadaannya tidak lebih dari seujung kuku ekpetasinya dalam kehidupan orang seperti Seishirou.

Padahal mereka hanya teman, tapi Yoichi bisa merasa sesedih itu hanya karena tidak mendapat jawaban yang diinginkan.

꒰꒰ 🐨 ˊˎ -

BERSAMBUNG

Seberapa pentingkah Yoichi Isagi untuk Seishirou Nagi?

The School Dairy | NagiSagi ✓Where stories live. Discover now