Chapter 3

533 115 10
                                    

Pria itu lagi.

Pria itu berdiri di sana. Bersandar di mobilnya, dengan jari mengapit rokok. Belum pernah sebelumnya Edna mendapati semua itu. Dia tidak pernah mendapati frustrasinya pria yang selalu dipanggilnya Ezra. Kepulan asap rokok itu sudah bisa menjelaskan dengan baik bahwa Dean tidak baik-baik saja. Edna bisa melihat segalanya dari jendela kamarnya yang luas. Hari ini Edna merasa lega karena memutuskan untuk tidak keluar, mengamati sekitar dari balkon kamarnya. Dia sudah memutuskan hal yang benar untuk tak terlihat di pandangan Dean Ezra.

Edna tahu bahwa pria itu tidak akan cukup mengganggunya satu kali. Meski Edna sudah memberikan ultimatum agar pria itu tidak mendekatinya, Dean akan terus berada di sekitar tempat tinggal Edna. Sudah bisa Edna baca kemungkinan ini terjadi. Dean tidak akan pernah mundur begitu saja setelah mengetahui segalanya. Penyesalan pria itu tidak begitu berguna saat ini. Segalanya akan lebih rumit jika Dean menunjukkan diri sebagai pria yang sudah menodai Edna.

Seolah mengerti dengan kehadiran Edna, pria itu membuka jendela pintu mobilnya dan mengambil sesuatu dari sana. Sebuah buku gambar berukuran besar yang bisa Edna baca tulisan di atasnya. Dean mengangkat dengan cepat buku gambar tersebut agar Edna membacanya.

I WANT TO MEET HIM!

Edna menahan kernyitan di keningnya. Bagaimana pria itu bisa menyebut bayi di dalam perut Edna dengan kata ganti 'him'? Seolah pria itu tahu saja apa jenis kelaminnya. Diluar tebakan itu, Edna merasa kesal karena sejauh pemeriksaan bayinya dengan monitor tercanggih, bayi itu sengaja tidak menunjukkan jenis kelaminnya. Bagi Edna, baik itu laki-laki atau perempuan, dia hanya ingin bayinya sehat tanpa kekurangan satu apa pun.

Dean kembali menunjukkan tulisan lainnya, dan entah kenapa Edna tidak bisa langsung menutup jendelanya dengan tirai untuk mengabaikan pria itu.

WANT YOU TO DO THE CHECK UP WITH ME?

I REALLY WANT TO SEE HIM, EDNA.

Untuk kali ini Edna tidak ingin melanjutkan apa pun. Dia menutup jendelanya dengan tirai dan mengabaikan Dean sepenuhnya. Edna tidak ingin menambah kekacauan dengan seluruh tingkah Dean. Jika ada interaksi antara dirinya dan Dean, maka kemungkinan besar pihak lain akan semakin menggunakan itu sebagai alat untuk mengucilkan Edna. Berada di rumah besar ini saja sudah menyiksa Edna secara tak kasat mata. Bagaimana mungkin dia siap untuk membawa bayinya terpaksa pergi lebih jauh lagi?

"Mbak Edna—"

"Oh, ya ampun!" ucap Edna terkejut.

"Mbak Edna baik-baik saja? Maaf, Mbak."

"Kamu mengejutkan saya dengan berdiri di sana, Nura. Berapa lama kamu di depan pintu?"

Nura meringis ketika menjawab. "Cukup lama untuk melihat Mbak Edna yang nggak langsung menutup tirai jendelanya."

Yang bisa Edna lakukan saat ini adalah memejamkan matanya. Dia tahu Nura akan selalu berada di dekatnya. Namun, mendapati Nura yang turut mengamati tindakannya sungguh memalukan. Nura mungkin akan menyampaikan ini pada istri ayah Edna. Itu tidak mengherankan sama sekali. Jadi, sekarang yang harus Edna lakukan adalah berusaha menjauh dari Dean sekuat mungkin.

"Kamu mau menyampaikan apa, Nura?"

"Pria itu datang lagi, Mbak. Saya nggak tahu harus mengusirnya bagaimana lagi."

Edna tidak mau menoleh ke belakang lagi, dia akan semakin memberikan banyak informasi pada mama tirinya jika melakukan hal itu.

"Bisakah kamu menyampaikan ke orangtua saya nantinya, bahwa saya butuh penjaga di sini? Meskipun rumah ini jauh dari akses orang lain, tapi pria itu tahu saya di sini. Untuk membuatnya pergi, harus ada penjaga yang sebanding atau lebih unggul dari pria itu." 

Nura menatap anak majikannya itu dengan ragu. Dia tahu tugasnya di sini adalah untuk mengawasi Edna. Namun, sebagian hatinya merasa sangat kasihan pada wanita yang tengah mengandung itu.

"Apa memang harus mengusirnya, Mbak?"

Edna menatap Nura dengan bingung. "Apa maksudnya?"

"Mbak Edna mencintainya, dan begitu juga yang saya tangkap dari sikap pria itu. Ada perjuangan yang harus kalian lakukan. Dengan berjuang bersama, itu baru namanya cinta, Mbak."

Edna yang semula menatap datar Nura mengangkat sedikit garis bibirnya. Dalam 32 tahun hidup Edna, cinta itu tidak bisa benar-benar digapai. Cinta Edna pada ibu kandungnya harus terenggut oleh takdir di usia delapan tahun. Cinta Edna pada ayahnya harus terenggut dengan keberadaan istri baru dan anak-anaknya yang tampaknya lebih dipedulikan. Lalu, cinta Edna pada Dean Ezra juga terenggut dengan kejadian yang diputar balikkan. Terlalu banyak pihak yang ingin menarik cinta dalam hidup Edna hingga membuat wanita itu tidak bisa sepenuhnya memaknai bahagia.

"Berjuang demi cinta? Saya rasa tidak ada hal semacam itu, Nur. Saya berjuang, tapi pria yang ingin saya perjuangkan kalah sebelum peperangan. Saya anggap kamu nggak mengatakan apa pun. Sekarang, tolong sampaikan pada pria itu, bahwa saya nggak akan keluar dari rumah ini dengan alasan apa pun. Sampaikan padanya bahwa seluruh kebutuhan saya ada di rumah ini. Jadi, pria itu bisa pergi tanpa bertanya-tanya. Juga sampaikan padanya, jangan mencari kesempatan apa pun sebelum lebih banyak pihak yang tersakiti."

*** 

Saat pelayan kepercayaan Edna muncul, yang pertama kali Dean lakukan adalah membuang rokoknya dan menunggu kabar apa yang bisa dirinya dapatkan. Begitu mendengar apa saja yang Edna coba sampaikan melalui pelayannya, Dean kembali menatap ke atas, ke arah kamar wanita itu. Usia Edna terlalu dewasa untuk Dean yang tiga tahun di bawah sang wanita. Sebaik apa pun Dean berusaha tetap tenang, nyatanya ketenangan Edna lebih dari apa yang dimiliki orang lain.

Dean ingin sebentar saja bisa bersama Edna. Dipikirnya, jika dia menggunakan alasan ingin melihat bayi mereka, maka Edna akan luluh. Nyatanya, wanita itu semakin membangun pertahanan. Dean tidak tahu apa yang sedang Edna lakukan sekarang, tapi dia ingin pergi bersama memeriksakan kondisi kandungan wanita itu. Dean ingin merasakan menjadi seorang calon ayah yang bisa melihat keadaan bayi mereka di dalam perut Edna. Dean ingin merasakan bagaimana bayi itu menendang tangannya dari perut sang ibu. Dean ingin bisa bicara di depan perut Edna dan mengatakan pada bayinya bahwa dia sangat mencintai bayi itu dan sang ibu.

"Apa dokter terbaik yang datang untuk memeriksa Edna?" tanya Dean tak menyerah untuk tetap berada di sana.

"Tentu saja, Pak. Orangtua mbak Edna selalu memastikan segalanya adalah yang terbaik."

"Kapan Edna akan keluar?"

Nura tertegun. "Tidak pernah ada pembahasan seperti itu. Dari awal kedatangan mbak Edna di sini, tidak ada yang diizinkan membahas kepergian mbak Edna."

Dean berdecih. Orang-orang picik yang melakukan ini sungguh tak memiliki sisi kemanusiaan. Mereka menyembunyikan Edna tanpa memikirkan kondisi wanita itu yang mungkin tertekan selama masa kehamilannya.

"Apa yang Edna lakukan kalau tidak bisa pergi?"

"Melukis, Pak."

Dean percaya itu. Wanita yang luar biasa seperti Edna pasti bisa melakukan itu. Jiwanya selalu bebas melalui lukisan-lukisan yang bisa diciptakan melalui gerakan tangan indahnya.

"Berapa yang kamu inginkan untuk bisa membantu saya?" tanya Dean.

Nura menggelengkan kepala. "Saya sudah terlalu tak tega melihat mbak Edna. Saya memberikan seluruh informasi ini bukan untuk mendapatkan bayaran lebih. Saya hanya ingin Anda bisa menghargai keputusan yang dilakukan mbak Edna. Saya tidak mengenal adik mbak Edna yang Anda nikahi, tapi ini sungguh jahat. Tolong jangan membuat mbak Edna sebagai wanita buruk hanya karena Anda mencintainya dan justru menikahi adiknya."

Pelayan itu terlihat rendah di mata Dean, tapi ucapannya menusuk. Seketika saja Dean ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki banyak hal lebih dulu sebelum kembali melihat Edna nantinya. 

"Bisa kamu pastikan Edna akan baik-baik selama saya mengurus banyak hal di luar?" tanya Dean. 

"Saya sudah menyayangi mbak Edna. Jadi saya akan berusaha menjaganya apa pun alasannya."

Dean memberikan kartu nama pada Nura dan bersedia meninggalkan kediaman rahasia itu. Dia berjanji di dalam hati untuk menyelesaikan banyak hal sebelum kembali berhadapan dengan Edna. 

Aku akan kembali, Edna. Aku akan kembali. Aku akan memperjuangkanmu dan bayi milik kita. 

Why I Ain't Yours?Where stories live. Discover now