🐻Eps.7🦊

1.3K 74 1
                                    

                Renjun meneguk teh hangatnya, dia duduk di pinggiran sofa, menatap wajah cantik yang membuatnya tergila-gila.

Dia menyibak rambut panjang wanita yang menghabiskan malam bersamanya ini. Agar wajah wanita itu tidak terhalang apa pun.

Renjun mendegus geli.

"Pulas sekali," gumamnya.

Ada perasaan bangga dalam dirinya, karena saat melakukannya Renjun tidak mendapatkan penolakan. Desahan indah dan raut wajah kenikmatan yang Y/n berikan, Renjun seperti mendapatkan euphoria tersendiri.

"Nghh..."

Y/n menggeliat dalam tidurnya. Iris hazel itu perlahan terbuka, dan dia mengernyit selama beberapa saat ketika yang pertama dilihatnya adalah Renjun. Seperti sedang mencerna yang terjadi semalam.

Dan setelah beberapa menit, dia terkejut dan duduk dari posisi tidurnya. Y/n menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya.

"Kau sudah ingat yang kita lakuakn semalam?"

Y/n mengangguk kecil. Pandangan bingung dia tunjukan. Dia menjelaskan, "aku tidak ingat detailnya. Tapi aku tahu garis besarnya yang kita lakukan. Maafkan aku. Biasanya aku tak pernah lepas kendali ketika mabuk bersama Haechan. Mungkin karena patah hati aku jadi lebih banyak mengkonsumsi alcohol."

"Tidak perlu minta maaf," Renjun mengusap lembut punggung tangan Y/n, menenangkan perempuan ini, "aku juga salah karena lepas kendali. Aku memang tidak biasa minum alcohol."

Bohong.

Diantara Jaemin, Renjun dan Haechan. Renjun adalah yang paling kuat minum. Hanya dengan meminum setengah botol soju, tidak akan membuatnya mabuk, apalagi sampai lepas kendali.

"Kalau begitu kenapa kau mau menemaniku? Aku jadi semakin merasa bersalah."

"Kita 'kan teman. Aku juga tidak tahu kita akan berakhir menghabiskan malam bersama di ranjang," balas Renjun singkat, "dan kalau kau merasa bersalah denganku. Bagaimana jika kau menebusnya dengan sarapan bersamaku? Minum soju semalam tidak membuat kita kenyang bukan?"

"Tapi Renjun," Y/n menggenggam pelan pergelangan tangan Renjun, "kita lupakan saja ya yang semalam. Aku tidak ingin pertemanan kita rusak karena pernah tidur bersama."

Renjun diam selama beberapa saat. "Ya, baiklah kalau itu mau mu," lelaki itu mengulum senyum tipis, "aku juga akan melupakan yang semalam."

Lagi, Renjun kembali berbohong.

Tidak.

Mana mungkin dia melupakan kejadian yang semalam begitu saja? Malah Renjun kembali memikirkan ide gila yang lain agar kejadian semalam aku terulang kembali.

Dan apa tadi kata Y/n? Pertemanan mereka akan rusak? Renjun pastikan itu memang akan terjadi, sebab dalam hitungan jari, Renjun memastikan Y/n akan jadi kekasihnya.

Dan apa tadi kata Y/n? Pertemanan mereka akan rusak? Renjun pastikan itu memang akan terjadi, sebab dalam hitungan jari, Renjun memastikan Y/n akan jadi kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan menatap tak percaya lokasi keberadaan Y/n selama beberapa jam lalu.

Perempuan yang tidak mau dia akui sebagai mantan kekasihnya itu berada di club malam kemudian ke hotel yang berada di belakang club malam tersebut sampai pagi.

Dan yang lebih membuatnya frustasi bagaikan orang gila. Ketika Haechan menunggu perempuan itu keluar dari hotel. Ternyata Renjun ada di sebelahnya dan mereka mengenakan pakaian yang sama seperti yang terakhir Haechan lihat saat mereka di kampus.

Tak bisa lagi berpikir rasional. Sudah bisa dipastikan oleh mata kepalanya sendiri jika Renjun dan Y/n menghabiskan malam bersama.

"Kau mencariku, Haechan?" tanya Renjun yang baru datang ke gedung belakang fakultas psikologi.

Tanpa basa basi Haechan berkata, "pakaian mu sama seperti kemarin Renjun."

Renjun mendengus geli, "tentu saja," dia memperhatikan sesaat pakaiannya sendiri, "aku semalam tidak pulang ke rumah karena pergi ke club bersama Y/n," balasnya tanpa mempedulikan respon Haechan.

Tangannya mengepal kuat, namun masih dia tahan agar tinjunya tidak dilayangkan pada sahabatnya sejak kecil itu.

Tapi Renjun masih terus berbicara seolah sedang memancing emosi Haechan.

"Aku dan dia minum bersama. Dia mabuk karena banyak minum. Kau jangan salahkan dia, dia begitu karena sakit hati terhadapmu. Lalu setelah mabuk, aku membawanya ke kamar. Kau tahu tidak? Saat melakukannya denganmu, Y/n selalu menolak mu bahkan sampai menangis bukan? Anehnya, saat melakukannya denganku, Y/n malah dengan suka rela melakukannya."

"Cukup," balas Haechan dingin. Wajahnya memerah padam mendengar perkataan Renjun, yang ketika dia perhatikan sama sekali tak ada raut kebohongan yang Renjun tunjukan.

"Dia mendesahkan namaku dengan lembut, beberapa kali aku membuatnya klimaks dan dia menginginkan yang lebih. Lalu-"

Duagh!

Pukulan dari kepalan tangan yang Haechan berikan berhasil membuat Renjun diam karena tersungkur.

Bukan raut kesakitan yang Renjun tunjukan. Lelaki itu malah tersenyum seraya mengusap darah yang mengalir disudut bibirnya. "Bagaimana rasanya milikmu direbut oleh teman dekatmu sendiri?"

"Aku tidak pernah merebut milikmu!"

"Bicara apa kau sialan?" sarkas Renjun, "kau tidak mungkin tidak menyadarinya kalau akulah yang duluan menyukai Y/n! Tapi kau tiba-tiba datang mendekatinya dengan agresif sampai kalian punya hubungan."

Haechan terdiam.

Jujur saja. Dari awal, dia memang menyadari Renjun memiliki perasaan pada Y/n. Tapi yang Haechan lihat, Renjun tidak terlalu mendekati Y/n sehingga Renjun berpikir jika perasaan Renjun ke Y/n hanya cinta monyet biasa.

Dan setelah Haechan menjalin hubungan dengan Y/n, Renjun tampak tidak menunjukan keberatan sama sekali, malah mendukung hubungannya. Haechan jadi mengira, Renjun sudah melupakan perasaannya untuk Y/n.

"Kau tidak berani menjawabkan? Kau sadar sahabatmu ini menyukai Y/n tapi kau tetap saja maju merayunya. Yang merusak persahabatan kita ini bukan aku, tapi kau Haechan."

"Aku yang menyukainya lebih dulu dari pada kau. Bahkan aku menyukainya sebelum kau bertemu dengan Y/n," timpal Haechan, "kalau kau menyukainya juga, seharusnya kita bersaing secara sehat untuk mendapatkannya. Bukannya seperti sekarang, kau malah menyalahi ku karena menjalin hubungan dengannya. Kau saja yang pengecut karena tidak berani mengungkapkan perasaan padanya!"

Renjun terkekeh pelan. "Yang kita lakukan sekarang inikan sedang bersaing secara sehat, Haechan. Kau sudah putus dari Y/n, dan aku akan menghibur Y/n sampai membuat dia jatuh cinta padaku," balas Renjun, "Kau bilang aku pengecut? Itu sama sekali bukan karakterku, tentu saja setelah aku yakin Y/n benar-benar mencintaiku, aku akan menyatakan perasaan padanya. Malah di sini, yang pantas dibilang pengecut adalah kau Haechan. Kau memaksa Y/n untuk tidur dengannya."

"Diam kau brengsek. Aku melakukannya agar Y/n tidak diambil oleh lelaki seperti mu."

"Nyatanya, yang kau lakukan malah membuat Y/n pergi darimu," timpal Renjun, "tapi aku berterimakasih karena sikapmu itu, aku jadi bisa melangkah untuk bersama Y/n."

"Aku akan mengambil kembali yang awalnya sudah menjadi milikku."

Duagh!

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang