🐻Eps.16🦊

652 60 1
                                    

                "Y/n, berhenti minum."

Haechan mengambil gelas berisi alcohol yang ada di tangan Y/n, yang diberikan oleh penduduk local.

Dia mengembalikan gelas tersebut pada wanita yang memberikannya ke Y/n. Dalam bahasa asing dia berbicara, bahwa Y/n sudah mabuk berat dan tak bisa minum alcohol dalam jumlah banyak. Wanita itu mengerti dan meminta maaf.

"Chagiya..." Y/n merengek memeluk lengan Haechan dengan manjanya, "bukankah ini malam terakhir kita di New Orleans? Ayolah, aku ingin minum yang banyak sebelum kita kembali kuliah."

Haechan tersentak awalnya, mendengar ucapan melantur Y/n. Sadar akan sesuatu dia pun tersenyum. "Kau sudah tidak bisa minum lagi. Mabuk mu sudah parah."

Saat sedang mabuk berat. Di alam bawah sadar, ternyata yang terpaten di ingatan wanita itu, Haechan masihlah kekasihnya.

Y/n mengerucutkan bibirnya, dia merajuk. "Sudahlah kau ke hotel duluan saja. Aku ingin di sini sampai pagi."

Saat Y/n melepaskan pelukannya pada lengan Haechan dan malah mendorong pria itu agar menjauh. Haechan dengan sigap menggendong Y/n dalam dekapannya.

"Hei turunkan aku!" Dia meronta, meski begitu tangannya tetap mengalung di leher Haechan.

"Tidak. Kalau aku menurunkan mu sekarang. Kau bisa-bisa hilang."

"Aku bukan anak kecil lagi. Kau percaya saja padaku ya?" Mata bulatnya menatap Haechan dengan pandangan seperti anak kucing yang minta dikasihani.

Terlihat menggemaskan sekali bagi Haechan. Membuat Haechan semakin yakin untuk tidak menuruti keinginan wanita itu ketika sedang mabuk.

"Ini sudah lewat jauh dari tengah malam. Kau harus istirahat, kita ke kamar sekarang."

"Aaa! Aku tidak mau!"

Haechan tidak mempedulikan rengekan Y/n, sepanjang jalan menuju kamar hotel berkali-kali dia meminta maaf pada orang yang dilewatinya karena mungkin tangisan Y/n mengganggu dan berkali-kali juga dia menjelaskan bahwa Y/n adalah kekasihnya yang sedang mabuk agar Haechan tidak mendapatkan prasangka buruk.

Beruntung lantai yang dia pesan adalah lantai 2 sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai ke kamar yang di tempati Y/n.

Dia membaringkan tubuh wanita itu di ranjang. Saat itu pula iris mata mereka beradu. Ketika Haechan hendak bangun, Y/n menarik tangan pria itu sehingga Haechan terjatuh di atas tubuhnya.

"Ada apa?" tanya Haechan pelan. Dia menyibakan helaian rambut Y/n yang menutupi wajah cantik itu agar tidak menghalangi pandangannya.

"Kau mau ke mana?" Y/n malah balik bertanya.

"Tentu saja ke kamarku."

"Boleh temani aku sampai aku tertidur?"

Haechan menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Bukannya kau paling takut jika aku melewati batas?"

Tangan Y/n terulur mengusap sisi wajah Haechan. "Padahal hampir setiap hari kita bertemu, tapi aku merasa sangat merindukanmu, seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu."

Haechan yang berusaha mati-matian mengontrol libidonya, sekarang ini dia harus puas dengan hanya mencium bibir Y/n.

"Aku tidak akan pergi selama bertahun-tahun lagi. Kau akan terus bertemu denganku sampai kau muak melihat wajahku."

"Mana mungkin aku muak melihat wajah pria yang aku cintai." Y/n tertawa geli, dia pun memberikan kecupan singkat di pipi Haechan.

"Bolehkah aku mendengarnya lagi?"

"Mendengar apa?"

"Aku ingin mendengar kau berkata, kau mencintaiku."

Y/n yang masih dalam keadaan mabuk, menuruti dengan mudahnya. "Aku mencintaimu, Haechan."

"Aku juga mencintaimu, Y/n. Sangat."

Cukup lama. Haechan berada di ranjang yang sama dengan Y/n, menatap lekat wajah pulas wanita itu. Haechan sampai lupa kapan terakhir kali melihat Y/n nyaman berada di dekatnya tanpa harus terbayang rasa takut dengan apa yang Haechan lakukan padanya.

Tak mungkin berada di ruangan yang sama sampai pagi. Haechan akhirnya meninggalkan Y/n tidur di ruangannya.

Dia kira malam ini akan berakhir dengan damai. Sampai ketika membuka pintu untuk keluar kamar, dia mendapati seorang pria yang memegang cutter seolah ingin menikamnya.

"Wah, coba lihat siapa yang mau membunuhku?" ucap Haechan seraya menutup pintu, tidak ingin membuat Y/n bangun dari tidurnya, "ah ternyata sahabatku sejak kecil yang merebut kekasihku. Hm? Kau tampaknya takut aku mengambil kembali Y/n, sampai menyusul ke New Orleans."

Tangan Renjun gemetar karena terlalu kuat menggenggam benda tajam itu. Dia menghela napas sebelum menurunkan tangannya. "Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau tidur dengan tunanganku."

"Kau tahu? Yang kau takutkan di sini seharusnya bukan aku yang akan tidur dengan Y/n." Haechan menepuk pelan pundak Renjun, dia melanjutkan ucapannya dengan berbisik, "tapi Y/n yang sadar jika sampai detik ini dia masih mencintaiku. Bukankah kau juga tau Renjun?"

***

"Kau sebenarnya minum berapa banyak alcohol?" Hanni memberikan minuman pereda mabuk.

Y/n mengucapkan terimakasih sebelum mengambilnya, dalam sekali teguk dia menghabiskannya. "Aku rasa tidak begitu banyak."

Ingatannya pada kejadian semalam hanya pada sampai di mana dia menerima alcohol dari penduduk local yang ikut menonton karnaval. Kenapa saat pagi hari dia bisa sampai di kamar pun, dia sama sekali tidak tahu.

Saat membuka mata pertama kali yang dia cek adalah pakaiannya, yang patut disyukuri masih utuh. Pikirannya sudah jelek saja karena malam itu bersama dengan Haechan.

Hanni menggeser bangkunya mendekati Y/n, dia berbisik pada teman kerjanya itu. "Ada yang melihat kau di gendong sajang-nim sampai kamar. Pagi ini gossipnya langsung menyebar di divisi kita."

Y/n yang mendengarnya membelalakan mata. Pasti tidak lama lagi dirinya akan di cap murahan karena mendekati presdir baru padahal sudah bertunangan dengan pemilik rumah sakit terbesar di Seoul.

Y/n pun berdalih dengan suara agak keras agar tak hanya Hanni yang mendengar, "semalam aku mabuk berat. Kebetulan saat di bar aku bertemu dengan sajang-nim, jadi kemungkinan kasian padaku yang tidak sadarkan diri karena mabuk, jadi dia membawaku ke kamar."

"Ah jadi begitu."

Y/n bernapas lega karena lancar sekali mengucapkan kebohongan.

"Permisi Nona," ucap seorang waitress dengan bahasa asing.

Waitress itu membawa cheese cake dan berkata, "ada titipan dari pria baju putih di sana."

Y/n mengikuti arah tunjuk waitress tersebut. Jantungnya terasa berhenti ketika mendapati Renjun duduk tak jauh darinya. Dan tunangannya itu memperhatikan tajam Haechan yang tengah melihat ke arahnya.

Hanni kembali berbisik. "Bukankah itu tunangan mu? Aku seperti melihat kisah cinta segitiga di sini."

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang