🐻Eps.43🦊

522 44 19
                                    

                Y/n menghela napas berkali-kali, menyingkirkan air mata yang menggenang di bawah matanya dengan punggung tangannya.

Hari ini Renjun tengah banyak pekerjaan. Dengan dalih bosan sendirian di rumah, Y/n meminta iijin untuk keluar dari rumah dan menunggu Renjun pulang kerja di rumah keluarganya. Butuh perdebatan yang cukup lama lewat telepon agar Renjun mengijinkannya.

Lagi, berdalih rumah keluarga Y/n dekat dengan kediaman mereka. Y/n meminta agar dia pergi sendirian, mungkin Renjun malas berdebat untuk kedua kalinya sehingga pria itu langsung mengijinkan.

Y/n beruntung dalam beberapa hal untuk hari ini. Ponsel milik kakaknya mati, sehingga Renjun tidak bisa menanyakan apa Y/n sudah sampai ke sana atau tidak. Dan dia merasa bebas untuk sementara waktu.

Tapi keberuntungan itu diikuti oleh sesuatu –entah kesialan atau tidak- yang tidak pernah di sangkanya.

Dia hamil.

Tentu saja, siapa lagi kalau bukan anak dari Renjun?

Y/n merasa aneh dengan tubuhnya apalagi diikuti oleh haid yang tidak kunjung datang. Jadi dia memutuskan untuk memeriksa sendiri.

"Tidak apa-apa," ujar lembut pria di sampingnya.

Y/n mendongak mendapati Haechan yang tersenyum padanya.

Y/n membeli nomor baru digunakan sekali pakai, hanya untuk menghubungi Haechan, sengaja agar mereka bisa bertemu walau hanya sebentar, walau melakukannya diam-diam.

Mereka bertemu di tangga darurat rumah sakit yang berada di antara lantai delapan dan tujuh, pada bagian yang tidak tersorot CCTV.

Y/n meremas kertas berisi hasil USG yang dia dapatkan. Dia bergumam, "apa gugurkan saja?" Dia menoleh ke Haechan.

"Tidak," jawab Haechan tegas. Dia menangkup wajah wanita itu, memberikan kecupan ringan pada bibir ramun Y/n, "itu adalah anakmu, dan aku akan tetap menerimanya seakan anak itu benar-benar anakku sendiri. Aku tidak mau kau mengalami hal buruk atau menyesal karena pilihan yang kau buat dengan tergesa-gesa itu."

"Tapi aku tidak mau punya anak dari pria itu."

"Itu adalah anakku setelah kita kembali bersama. Percaya padaku kau juga akan menyayanginya. Apa pun yang terjadi tetap pertahankan anak itu ya."

Obrolan mereka terputus karena bunyi notifikasi telepon masuk dari ponsel Y/n. Tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Y/n sudah tahu itu adalah Renjun.

Y/n mengangkatnyaa. Dan tanpa sapaan sebelumnya, Renjun berkata di telepon. "Kau berbohong padaku, kau bilang ingin ke rumah keluarga mu, tapi aku cek gps ponselmu, kau sedang ada di rumah sakit."

Y/n sengaja menspeaker panggilan tersebut agar Haechan juga mendengarnya.

"Iya, maaf," jawab Y/n, dia mencoba tenang.

"Aku sudah sampai di rumah sakit yang kau datangi."

"Tunggu saja di lobby, aku akan ke sana."

"Tidak perlu, aku sebentar lagi sampai di titik tempat kau berada."

"Baiklah. Aku tutup teleponnya."

Y/n menutup panggilan sepihak.

Haechan mengusap lengannya sebelum berkata, "aku akan keluar lewat tangga darurat. Kita pasti akan bertemu dilain waktu. Sampai nanti kita bertemu kembali. Jaga dirimu baik-baik sayang."

"Iya, kau juga."

Haechan berjalan cepat ke tangga bawah, tepat sekali sebelum pintu darurat yang berada di samping Y/n terbuka.

Renjun berhasil menemukannya.

Lewat ujung matanya, Y/n melihat ada bayangan Haechan di tangga menuju lantai bawah. Pria itu berbohong, tidak langsung pergi, seperti ingin mendengar lebih dulu percakapan antara Renjun dan Y/n.

"Kenapa kau ke rumah sakit ini? Kenapa tidak ke rumah sakit ku saja? Apa kau sedang tidak enak badan? Kenapa kau tidak mau bilang apa pun padaku, sih, Y/n?"

Renjun meremas pundak kecil Y/n memberikan bertubi-tubi pertanyaan menyiratkan ke khawatirannya yang sejalan dengan sorot yang ditunjukkan pria itu.

Dari sekian banyaknya pertanyaan. Y/n hanya menjawab, "maaf, aku tahu kau sibuk, jadi aku tidak ingin mengganggumu."

Tanpa banyak kalimat pembuka mengenai alasan dirinya datang ke sini, Y/n langsung memberikan hasil kehamilannya ke Renjun.

Tak usah diterka-terka lagi.

Pria itu awalnya kaget, namun beberapa detik kemudian, senyum merekah di wajahnya. Dia memeluk wanita di depannya, mengucapkan kata terimakasih berkali-kali.

Wanita yang berada di pelukan itu. Memejamkan mata, hatinya meronta tidak terima.

Harusnya... dia bersama dengan Haechan merayakan moment kehamilan pertamanya.

***

"Selamat ya untuk anak pertama mu dan Y/n!"

Tzuyu dan Yeonjun datang ke rumah Renjun, setelah 3 hari pria itu mengambil cuti untuk menemani Y/n yang sedang tidak bisa ditinggal sendiri karena mengalami morning sick yang parah.

Bahkan hari ini, ketika keluarga Renjun dan Y/n datang berkunjung ke kediaman mereka. Y/n tidak bisa menemui di ruang depan karena mabuk yang parah.

Pun ketika kedua teman Renjun datang. Hanya Renjun yang menemui di ruang tamu.

Tzuyu membawa kotak besar dan kemudian diambil oleh salah satu pekerja rumah. Wanita itu menoleh ke lantai atas. "Apa Y/n sedang tidur? Aku ingin menemuinya," ujar Tzuyu.

"Dia baru saja bangun. Kau ke kamar saja."

Yeonjun diam sejak datang tadi. Menunggu wanita berisik itu tidak ada di sampingnya dan benar-benar melihat Tzuyu masuk ke salah satu kamar untuk bertemu dengan Y/n.

Pria itu baru membuka suaranya. "Pertama, selamat ya atas kehamilan Y/n."

Yeonjun mengambil ponselnya, pria itu terlihat mengotak-atik ponselnya sebelum memberikan satu rekaman pada Renjun.

"Seperti yang kau suruh. Aku minta rekaman lobby di rumah sakit yang Y/n datangi, tidak lama kemudian setelah Y/n datang, Haechan juga datang."

Renjun mengambil ponsel Yeonjun, dia tidak berkomentar banyak, malah menanggapi hal yang tidak ada kaitannya dengan rekaman tersebut. "Aku kagum dengan koneksimu yang banyak itu. Tapi, terimakasih ya sudah membantuku mendapatkan rekaman ini."

Yeonjun berdecak. Pria itu menoleh ke sekitar, seperti takut ada yang mendengar obrolan mereka. Saat dirasa aman, dia kembali melanjutkan, "dari apa yang aku lihat dulu mengenai Haechan dan Y/n, aku pun juga mengetahui hubungan mereka. Sebagai teman, aku khawatir denganmu. Takut kau sakit hati. Maksudku... kau yakin di sini Haechan yang membawa kabur Y/n? Bukannya mereka berdua yang memang ingin bersama?"

Renjun menunjukan raut wajah yang meyakinkan. "Kalau dia tidak dibawa kabur Haechan. Tidak mungkin dia kembali bersamaku."

Padahal faktanya dia yang memaksa Y/n kembali.

Yeonjun mengedikan bahu. "Renjun. Kau benar-benar yakin sudah memeriksa apa Y/n tidak hamil setelah kau berhasil menemukannya?"

"Iya."

"Jadi sudah kau pastikan Y/n hamil anakmu?"

"Itu adalah anak Y/n denganku. Bukan dengan Haechan."

Tidak mungkin itu bukan anaknya. Renjun tidak sebaik itu untuk membiarkan wanita yang dia cinta hamil anak pria lain. Bahkan jika pertama kali setelah kedatangan Y/n ke Korea, kemudian dokter kandungan mengatakan Y/n tengah hamil saat itu.

Renjun pasti akan mengambil tindakan untuk mengugurkan anak itu. 

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang