4. Tawaran Sagara

1.4K 36 0
                                    

Dengan langkah cepat, Sagara terus mencekal lengan Nadhira untuk pergi ke ruangannya.

Sagara memang punya ruangan khusus. Selama Sagara tidak ada, ruangan itu di kunci dan tidak berpenghuni.

"pelan-pelan Pak sopir, saya nanti jatoh" celetuk Nadhira dengan santai.

Namun Sagara tidak menghiraukannya, ia tetap berjalan dengan langkah seperti biasanya tanpa memperdulikan Nadhira.

Sagara memang tinggi, kakinya sangat panjang, lebih panjang dari Nadhira. Tinggi Sagara mencapai 185 cm. Sementara, tinggi Nadhira hanya berkisar 160 cm saja.

"Pak pelan-pelan dong, nanti kalo saya jadi keseret beneran gimana??"

"saya gak peduli"

"hiks, teganya hati Bapak" ucap Nadhira sok dramatis.

Sagara hanya geleng-geleng kepala saja melihat Nadhira yang begitu berani padanya. Padahal sebelumnya, semua orang takut padanya.

Akhirnya mereka telah sampai di ruangan Sagara. Ruangan bernuansa coklat susu dengan beberapa pajangan berupa tanaman hias, dan juga beberapa bingkai foto miliknya. Ruangan ini juga terdapat AC yang membuat Nadhira bersyukur karena telah di bawa kesini oleh Sagara.

"duduk" titah Sagara.

Lalu Nadhira pun langsung duduk begitu saja. Tidak, bukan di kursi. Melainkan ia duduk di lantai.

Sagara yang melihatnya hanya bisa menghela nafas berat. "dosa apa gue bisa ngajar anak berkebutuhan khusus kayak dia" batin Sagara dengan sedikit tertekan.

"saya bilang duduk"

"lah, kan ini udah duduk" jawab Nadhira dengan tak tahu malu.

"duduk di kursi" ucap Sagara berusaha untuk tetap sabar.

"oalah, bilang dong daritadi!"

Lalu Nadhira pun duduk di atas kursi sesuai dengan apa yang di perintahkan Sagara.

Sagara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak didik barunya.

"Nadhira Nasheera Aulia absen 21, betul?"

Nadhira mengangguk, "iya Pak, kenapa emang?"

"saya lihat, nilai matematika kamu sangat tidak memuaskan" jawab Sagara seraya membuka beberapa dokumen yang berisi nilai murid.

"nilai hanya angka Pak"

"tapi angka itu yang akan membawa kamu ke kehidupan yang kamu impikan"

Nadhira mendengus kesal. Tidak Sagara, tidak Bundanya, sama saja!!

"saya di perintahkan oleh Bu Ajeng untuk membuat nilai kamu naik"

Brakkk..

"parah banget Bu Ajeng!!!" ketus Nadhira sambil menggebrak meja.

"diam!" sentak Sagara.

Mendengar itu, Nadhira pun mengunci mulutnya rapat-rapat.

Sagara menghela nafas berat. "saya hanya diberi perintah. Kalau kamu tidak ingin memperbaiki nilaimu, saya tidak masalah"

Nadhira hanya diam menyimak saja tanpa ada niatan membalas ucapan Sagara.

"sebetulnya saya malas berurusan dengan bocah seperti kamu. Tapi, saya memberi kamu pilihan. Ingin menyimak dengan baik di jam pelajaran saya dan mendapatkan nilai sempurna, atau les private bersama saya"  lanjut Sagara dengan sedikit tidak meyakinkan.

"saya sibuk!" balas Nadhira dengan ketus..

"bocah seperti kamu bisa sibuk? saya pikir, bocah seperti kamu hanya bisa keluyuran berfoya-foya atau mungkin kerjaannya hanya bermain game saja"

"wah kacau nih guru" geram Nadhira dengan menggulung lengan bajunya.

"ingin lakukan apa, hm?" tanya Sagara dengan nada menantang.

Dengan kesal, Nadhira menggebrak meja di hadapannya.

Brakk..

"tau ah, saya males!!!" ketus Nadhira dengan bersedekap dada.

Sagara menghela nafas berat. "Cepat pilih"

Nadhira terdiam sejenak memikirkan tawaran yang dibuat oleh Sagara.

Nadhira menghela nafas panjang. "yaudah saya les private sama Bapak"

"tapi dengan satu syarat" lanjut Nadhira.

Sagara menaikkan sebelah alisnya.

"saya mau les nya cuma hari Sabtu dan Minggu aja" ucap Nadhira dengan santai.

Sagara terkejut mendengar jawaban Nadhira yang sangat diluar Nayla. Bagaimana bisa belajar hanya 2 kali dalam seminggu sementara nilainya betul-betul tidak bisa di deskripsikan?!

"tidak bisa seperti itu. Kapan pintarnya kalau kamu hanya belajar dua hari"

"ya udah kalau gitu saya gak mau!" ketus Nadhira dengan bersedekap dada.

Sagara mulai terdiam memikirkan jawaban Nadhira. Apakah ia harus setuju, atau tidak?

"oke, tapi kamu harus nurut apa kata saya" jawab Sagara dengan mantap.

"oke"

Lalu setelah mereka berbincang-bincang mengenai les private yang akan diadakan oleh Sagara..

"udah bel, saya balik kelas dulu"

Sagara mengangguk.

Kemudian Nadhira mulai pergi meninggalkan ruangan Sagara dengan perasaan yang sulit di deskripsikan.

Sepanjang jalan menuju kelas, Nadhira terus termenung memikirkan itu.

"berarti gue harus minta kelonggaran sama Pak bos.. Dan itu berarti, gaji gue bakal dipotong"  batin Nadhira.

"apa gue masih bisa makan enak?"






NASA [END]Where stories live. Discover now