16. DTBY - Mungkinkah?

8 2 0
                                    

Rasa kesal masih menyelimuti hatiku mungkin berbicara dengan Alexa akan membuatku lebih tenang. Alexa telah menjadi pacarku selama 2 tahun. Kami bersekolah dibeda falkutas, semua orang mengatakan dia sangat menyukaiku selain itu orang tua kami berteman baik. Alexa adalah satu-satu temanku di Melboune, saat aku tidak mengenal siapapun. Akhirnya, aku menerima pernyataan cintanya. Dia wanita yang baik dan bisa membuatku nyaman.

"Ale-xa" sebut seseorang dengan nada kecewa, aku berbalik dan melihat Bu Ajeng berdiri dibelakanganku dengan segelas susu kedelai ditangannya.

"Siapa itu Alexa?" Tanya bu Ajeng padaku dengan nada tegas.

"Pacarku bun, nanti pasti Bintang kenalin." Jawab Adit membuat Ajeng marah.

Malam hari

Semua sudah bersiap dimeja makan. Sinta selalu duduk disamping Adit dan mengambilkan nasi untuknya. "Bunda, bunda" teriak Anna dari kejauhan sambil berlari menuju ruang makan. Anna datang dengan menggunakan baju tidur dan langsung berlari kearah Adit sambil memegang momo ditangan kanannya. "Bunda, Anna laper mau makan sini, boleh?" Tanya Anna sambil mengoyangkan bahu Bunda Ajeng.

"Boleh, sini duduk sini, disamping aku dan Sinta" ajak Adit sambil mengambil bangku kosong kemudian mengeser bangkunya.

Adit mengambilkan piring, peralatan makan, nasi putih serta ayam yang diletakan diatas nasi khusus untuk Anna. Melihat piring itu, Anna histeris dan melemparnya. Semua dibuat kaget oleh ulahnya termasuk Adit. "Bukan piring Anna, Anna mau piring Anna!!" Teriaknya lalu menangis. Anna lalu menurunkan kakinya begitu saja, beruntung Adit mencegahnya, "Anna jangan, bu piring Anna yang mana?" tanyanya sambil menahan kaki Anna. "Berhenti menangis" perintahnya.

"Anna duduk yang bener, kakinya jangan diturunin ya" Perintah Adit tegas, Adit lalu membersihkan pecahan piring itu dengan tangannya.

"Mas Adit, saya bantu bersihin sisa pecahannya" ucap Nina lalu mulai mengambil pecahan piring itu dan menyapunya. Adit tersenyum dan mengenalinya, "Hey, Nina baru keliatan. Terima kasih ya udah bantuin aku" ucapnya lalu mengelus rambut Nina. Senyum cassanovanya membuat jantung Nina berdegup kencang, sikap ramah Adit membuatnya jatuh hati. Adit lalu menghapus air mata Anna dengan sapu tangan peninggalan ibunya yang selalu dia bawa kemana-mana. Ada sulaman kupu-kupu disalah satu sisi sapu tangan itu. "Ini piring Anna?" Anna mengangguk. "Ok" balas Adit kemudian mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk Anna lalu melanjutkan makan malamnya.

Sinta dan Ditto sangat cemburu melihatnya. Sinta merebut satu-satunya tahu yang tersisa untuk Anna. "Sinta, jahat aku tahu, mau Anna" pinta Anna memelas namun Sinta tak mengubrisnya. "Anna masih ada tahunya Bintang, kita makan bareng ya" ucap Adit tambah membuat mereka geram. Makan malam selesai, Nina, Sinta, Gendis, dan Surti membereskan meja makan.

"Anna, makannya gak dihabisin? Ayamnya gak dimakan, gak suka ayamnya?" Adit lalu menarik piring Anna yang masih penuh dengan nasi dan lauk dengan sabar menyuapinya. "Ayam goreng ini enak, Bunda yang buat" ucapnya sambil menyuir ayam itu dan menaruhnya diatas sendok yang terisi oleh nasi. "Sekarang buka mulutnya" pinta Adit sambil mencubit lembut pipi Anna agar dia mengunyah makanan di dalam mulutnya. "Ayo makanannya dikunyah"

"Anna gak mau ayam." Ucapnya yang ingin mengeluarkan ayam dari mulutnya. Tak kehabisan akal, "Adit suka banget loh sama ayam goreng, Adit malah gak suka tahu." Mendengar Adit menyukai ayam goreng, Anna langsung mengambil ayam itu berusaha memakannya meskipun mulutnya sudah penuh. "Anna makannya pelan-pelan, sini Adit bantu." Adit tertawa dan membantu Anna menyuir ayamnya sambil menyuapinya dengan nasi.

"Anna, mau makan Bintang suka" ucap Anna.

"Ok, Good girl!" ucap Adit lalu mengelus rambut Anna.

Adit tersenyum dan begitu juga Anna. "Sekarang taruh piringnya, tapi gak boleh jatuh ya" suruh Adit tersenyum pada Anna. "Bu liat deh, Anna bisa ya, nurut banget sama Bintang?" tanya Gendis salah satu pekerja muda pada Sekar, "Udah jangan tanya terus lanjutin itu nyucinya, masih banyak" balas Sekar.

"Sekar" panggil Ajeng.

"Ada apa toh, jeng" suara medoknya mengarah pada Ajeng.

"Liat mereka, aku tidak pernah melihat Anna sebahagia itu. Apalagi dia mau makan bersama kita" curhatnya.

"Iyo, karena Bintang, toh yo" jawab Sekar. Suasana berubah menjadi haru, "Tapi, aku takut Sekar, tawanya takkan lama, aku takut dia menangis nantinya, Bintang sudah punya kekasih, orang yang selalu ditunggunya sudah punya yang lain." Ucap Ajeng lalu meninggalkan ruang makan. Sekar heran mendengarnya, "Ajeng!! Tau dari mana kamu?" Sekar mengejarnya sambil memegang kipas ditangannya.

"Bintang, main Anna" ajak Anna.

"Anna, Bintang punya ice cream untuk Anna" lalu menunjukkan ice cream itu dan memberikannya kepada Anna.

"Anna makannya jangan blepotan" ucap Adit.

"Hello, ini ada apa to yo, disini kayak pencuri aja, mindik-mindik gitu" seru Sekar.

Surti menarik Sekar, "Huttss, liat tuh den Bintang dan Anna" ucap Surti semangat. "Jarang-jarang bisa liat kayak gini, nihh. Biasanya kalau Anna kesini, pasti ada aja yang pecah. Lagian bisa ya den Bintang yang ganteng gitu mau sama Anna yang idiot."

"Surti!!! Berani kamu ya!!" melihat Sekar disebelahnya, Surti langsung menutup mulutnya dan kabur. Sementara yang lain masih serius melihatnya, terutama Sinta dan Nina yang terbakar cemburu pada Anna.

Sekar melihat Adit dan Anna, lalu tersenyum meninggalkan mereka. "Anna, jangan berantakan dong" Anna tidak menghiraukan Adit dan asik dengan Ice Creamnya. Adit lalu menarik bangku Anna mendekat padanya, mengarahkan badan Anna searah dengannya. Adit mendekatkan wajahnya pada Anna yang masih sibuk makan ice cream lalu ia mendekat dan mencicipi sedikit ice cream yang sama namun dari sisi yang lain. Wajah mereka begitu dekat. "Hmm ice creamnya enak ya padahal gak pake susu." ucap Adit lalu Anna menawarinya lagi.

Adit mengarahkan tangan Anna yang sedang memegang ice cream kearahnya dan memakannya. "Anna inget gak, dulu karena uang jajan kita sedikit. Kalau makan ice cream selalu dibagi dua." Adit tersenyum mengenangnya. "Anna, Bintang sayang Anna." sambil sesekali membersihkan mulut Anna. 

"Bintang, tinggal sini bareng Anna. Ya?" Ucapnya spontan membuat Adit tersenyum. "Iya, pasti... Besok, Bintang antar ke sekolah mau?" Tanya Bintang lagi.

Keesokannya, sekolah Anna menjadi gempar dengan kedatangan Bintang. Bintang turun dan mengambil tas Anna yang berada dibagasi belakang. "Anna, kamu harus belajar yang giat dan jangan berantem di sekolah." pesan Adit pada Anna. Ia juga memakaikan tas itu pada Anna, ia benar-benar telaten mengurus Anna seperti mengurus anak kecil. Bahkan guru juga histeris melihatnya. "Kamu, siapanya Anna.." Tanya salah seorang guru yang bekerja disana. Kebetulan, guru itu juga yang menangani Anna selama ini. "Bu, saya titip Anna..." Pesan Adit sebelum meninggalkan sekolah Anna dengan Pajeronya. 

"Bintang! jemput Anna lupa jangan!" Teriak Anna. 

"Iya pasti Anna." 

Destiny To Be YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang