046. Kotor

12.3K 294 8
                                    

Elios mengerjapkan matanya ketika sebuah cahaya masuk ke dalam Indra penglihatannya.

“Kau sudah bangun?”

Suara familiar itu membuat Elios membuka matanya. Ia menatap Marcello yang menampilkan raut datar.

Elios menoleh, melihat ke sekelilingnya. Ini adalah kamarnya. Kenapa ia bisa berada di sini? Bukankah semalam ia berada di sebuah rumah kecil untuk menyelamatkan gadisnya? Tunggu, di mana gadisnya?

“Di mana gadisku?” Tanya Elios dengan terburu-buru.

Marcello mengerutkan dahinya. “Gadismu belum ditemukan, Elios. Aku ingin menanyakan suatu hal padamu. Bagaimana bisa dirimu pingsan di tempat itu?” Tanyanya.

Raut cemas kini terlihat jelas di kedua bola mata milik Elios. “Ada seseorang yang mengirimkan sebuah lokasi, dan orang itu mengirim pesan jika gadisku berada di sana, maka dari itu aku langsung ke sana untuk menyelamatkan gadisku. Tetapi, saat aku baru masuk untuk mencari Cahya, ada sesuatu yang begitu keras menghantam kepalaku dari belakang. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.”

Marcello terdiam memikirkan perkataan Elios barusan.
“Ku rasa kau tengah dipermainkan oleh mereka, Elios.”

“Ya, aku juga berpikir seperti itu. Tetapi untuk apa mereka memukulku?” Tanya Elios heran.

“Untuk itu aku tidak bisa memastikannya. Kau istirahatlah terlebih dahulu. Aku dan yang lain yang akan bergerak untuk mencari Cahya.”

Elios memilih mengangguk menuruti ucapan Marcello. Kepalanya juga kini masih terasa pusing.

'Sayang... Di mana pun kamu berada, aku harap kamu baik-baik saja.'

°°°°°

Di lain tempat, Cahya menggeliat ketika merasakan ada yang mengganggu di sekitaran tubuhnya.

Matanya mengerjap ketika cahaya dari balik tirai masuk ke Indra penglihatannya.

Eunghh,” Lenguhnya merasa geli.

Cahya menatap ke arah bawah sana. Matanya membulat terkejut melihat pemandangan dirinya yang kini sudah tidak mengenakan pakaian yang hanya menyisakan dalamannya saja. Dan yang membuat Cahya sangat-sangat terkejut adalah ketika menemukan pria yang sudah berumur tengah mengecup bagian sisi tubuhnya.

Mata gadis itu kini berkaca-kaca. Ia mencoba kembali menggerakkan tangannya yang masih saja terikat.

“Pergi!” Teriaknya membuat pria berumur itu menghentikan kegiatannya.

Pria bernama John itu menatap Cahya dengan tatapan menggoda.
“Kau sudah bangun, cantik?”

“Pergi! Ke mana baju Cahya?! Om jahat!” Ucap gadis itu disertai tangisan yang semakin kencang.

Cahya takut. Benar-benar takut.

Pria itu tersenyum miring menatap wajah ketakutan gadis yang berada di depannya. Ia merangkak mensejajarkan wajahnya pada wajah gadis itu. Tangan kasarnya membelai pipi mulus gadis itu yang sudah basah karena air mata gadis itu sendiri.

“Kau sangat cantik melebihi istriku.” Ucapnya menggoda. Yang ia ucapkan adalah sebuah kejujuran. Istrinya kini sudah sangat tua dan sakit-sakitan, hingga tidak bisa lagi memuaskan dirinya.

Cahya menggeleng berusaha menolak sentuhan pria itu. “Om jahat! Harusnya Om nggak boleh ngelakuin ini sama Cahya!”

“Kenapa tidak boleh? Kau hanya jalang kecil, jadi sesuka hatiku ingin memperlakukanmu seperti apa.” Ucap pria itu.

John menatap lapar pada dua gundukan gadis itu yang menyembul dari balik bra. Tangannya bergerak menangkup satu bulatan yang masih terbalut itu.

Cahya hanya bisa menangis ketika pria bernama John itu melihat dirinya yang hampir telanjang dan berani menyentuh asetnya. Cahya seperti merasa... Kotor.

Saat John ingin melumat bibir yang menurutnya sangat menggoda itu, pintu kamar sudah lebih dulu dibuka oleh seseorang, membuat keduanya mengalihkan atensinya ke pintu tersebut.

“Sudahi main-mainnya, John. Ada suatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu.” Ucap Dante dari ambang pintu.

John menghela napas kasar. Padahal dirinya sedang asik bermain dengan jalang kecilnya.

John mengecup pipi kanan Cahya sekilas. “Aku akan kembali dengan cepat, jalang kecil.” Ucap John. Kemudian menyusul Dante yang sudah pergi terlebih dahulu.

Cahya menatap pintu kamar yang kini sudah tertutup dengan terisak. Gadis itu menggosok pipi kanannya dengan pundaknya, menghilangkan jejak pria berumur tadi.

“Om itu jahat... Hiks... Semua orang jahat!” Gumamnya lirih.

Cahya jijik dengan pria tadi. Entah itu dari fisik mau pun sikapnya. Pria itu sudah benar-benar tua. Sekitaran berumur 60 tahun. Mengingat bagaimana tubuhnya disentuh dan dicium oleh pria itu membuat dirinya merasa mual. Elios saja tidak pernah sampai sejauh itu untuk mencium bagian tubuhnya yang hampir telanjang. Hanya melihat dan menyentuh sedikit saja saat waktu ia memintakan Elios untuk memandikan dirinya.

Teringat Elios, membuat Cahya kembali bersedih. Sebenarnya Cahya tidak mau mempercayai foto yang kemarin Dante tunjukkan padanya. Tetapi bukti foto itu benar-benar terlihat nyata jika Elios tengah berciuman dengan seorang perempuan. Mereka terlihat mesra di posisi yang sangat intim itu.

Cahya menangis memikirkan dirinya untuk ke depannya. Ia sangat ingin keluar dari tempat ini. Dua hari. Dua hari dirinya berada di sini dan hanya berdiam di kamar dengan posisi terikat.

Sama sekali belum ada tanda-tanda jika Elios, Casandra, mau pun Marcello akan datang untuk menyelamatkannya.

Cahya kembali berpikir. Apa Elios tidak mencari dirinya karena laki-laki itu sedang bersenang-senang dengan perempuan lain? Memikirkan itu membuat hati Cahya terasa sakit.

Mata sembabnya lagi-lagi membuat matanya seakan berat. Ia ingin tidur kembali. Tetapi ia takut jika pria tadi akan kembali menciumi tubuhnya.

“Takut... Kapan Aya bisa pergi dari sini?” Gumamnya. Tangan dan kakinya benar-benar terasa sakit akibat ikatan yang terlalu kuat itu.

°°°°°

“Bagaimana gadis tadi?” Tanya Dante pada Kakak-nya.

John tersenyum simpul.
“Lumayan. Dia sangat cantik dan juga sangat menggairahkan dengan dada yang cukup besar dan padat.”

Dante terkekeh. “Sudah aku bilang, jika aku akan mendapatkan yang sesuai dengan yang kau inginkan.”

“Aku belum menanyakan hal ini sebelumnya. Tujuanmu menculik gadis itu untuk apa?” Tanya John penasaran. Pasalnya, Adik-nya ini tidak memberitahukannya alasan mengapa Adik-nya itu menculik seorang gadis.

John sendiri juga tahu keberadaan gadis itu karena Dante yang memberikan gadis itu padanya untuk ia jadikan sebagai jalang pemuas nafsu. John yang penggila sex tentu saja mau menggunakan gadis itu.

TO BE COUNTINED.

Gantung nggak? Pasti nggak lah ya.

Kalau mau update cepet harus vote dan komen di cerita ini 😻

ig : @nanal0veyou
Yuk yang lagi pengen nambah followers langsung follow ke ig aku aja biar aku follback 😝💗

See u next part !

MY BABY [END] Where stories live. Discover now