Part 11

1.7K 239 1
                                    

"Huh."

Clarencia meregangkan tangannya yang sakit setelah meletakan karung penuh rumput itu bersama-sama dengan Issac di depan kandang. Setelahnya Issac bertugas menyeret karung itu masuk ke dalam tempat itu. Clarencia berkeliling menatap lima ekor kuda milik keluarga Atley, yang tak lain milik Henley dan Kenrich. Ya memang hanya mereka berdua, perempuan bangsawan dari dulu tidak diperkenankan menunggangi kuda. Jadi mereka bertiga bertugas mengurus kuda-kuda itu.

"Wahh kuda siapa ini?" tanyanya berbinar melihat jenis kuda hitam yang telah menarik minatnya. Tubuhnya yang kokoh dan menjulang tampak berbeda dari yang lain.

"Itu milik Tuan Duke." Issac menjawab sembari menuangkan rerumputan ke dalam kandang kuda putih kesayangan Henley.

Clarencia manggut-manggut dan lanjut melemparkan rerumputan itu ke dalam kandang seperti yang dilakukan Issac. Gadis itu menunggu beberapa saat. Tapi ia kemudian keheranan saat kuda hitam itu masih diam dan tak kunjung memakan rumput yang sudah ada di bawah kakinya. Clarencia menoleh, memperhatikan Issac yang sudah berpindah memberi makanan kuda yang lain. Anehnya, kuda-kuda itu begitu antusias menyambut makanan mereka. Beda lagi dengan kuda hitam ini.

"Issac, apa kuda ini sedang sakit perut?" Clarencia bertanya setelah mencari-cari alasan di baliknya. Suara langsung menyita perhatian Issac yang kini langsung menatapnya. Saat itu juga, lelaki itu menepuk keningnya. Issac segera meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Clarencia.

"Ah ya, aku lupa memberitahukan padamu. Kuda ini tidak mau makan jika tidak disodorkan langsung ke mulutnya." Issac berseru sambil menatap kuda hitam yang tidak bergeming.

Clarencia dibuat tak percaya.
"Manjanya." selorohnya.

"Mau apa?" Issac bertanya saat Clarencia melompati pagar kandang dan masuk ke dalam kandang kuda milik Duke.

Clarencia balik menatap Issac tak mengerti.
"Apa lagi? Katamu kuda ini tidak mau makan tanpa disodorkan." gadis itu berjongkok memungut segenggam rumput lalu menyodorkannya ke depan kuda itu. Clarencia menunggu beberapa saat sebelum gadis itu keheranan. Ia balik menatap Issac yang masih berada di tempatnya. Namun bedanya ada Paman Jephire di samping pemuda itu.

"Kuda ini tidak mau memakan makanannya jika bukan Paman yang memberinya makan." Paman Jephire berkata sembari ikut masuk ke dalam kandang. Pria itu mengambil alih rumput di tangan Clarencia lalu menyodorkannya pada kuda jantan itu.

Clarencia seperti orang bodoh saja saat menyaksikan betapa lahapnya kuda hitam itu, mengunyah rumput sodoran Paman Jephire. Gadis itu kembali memungut rumput di bawah kakinya lalu mencoba menyodorkannya pada kuda itu. Tapi apa yang bisa diharapkan, hewan satu itu menolak pemberiannya dan lanjut memakan pemberian Paman Jephire. Clarencia merenggut kesal, ternyata kuda dan pemiliknya sama saja. Sama-sama menyebalkan.

"Hei jangan kecewa teman! Kau bisa membantuku membersihkan kotoran mereka sekarang." Issac tanpa diduga sudah merangkul bahu gadis itu sembari memegang sebuah ember dan alat sekop. Clarencia mendelik dan dengan malas-malasan ia menerima ember itu beserta sekopnya.

Issac tertawa kecil dan mengelus kepala Clarencia.
"Kau sangat imut ketika kesal." tuturnya dengan jujur yang mendapat balasan delikan tajam dari sang empunya.

"Berhentilah berbicara. Sekarang beri tahu aku bagaimana mengapakan kotoran-kotoran ini." dengus gadis itu.

Issac berdehem kemudian memperbaiki topinya.
"Baiklah, pertama-tama kamu campur kotoran ini dengan sekam. Pastikan menempel semua. Cara ini digunakan agar semua kotorannya lepas dan tidak menempel di lantai ataupun ember. Setelah itu angkat dengan sekopnya lalu masukan ke dalam ember seperti ini." Issac memberi tutor sembari mencontohkannya langsung untuk Clarencia. Tanpa disuruh lagi, gadis itu pun segera melakukan seperti yang dikatakan pemuda itu.

Hai, Duke! Onde histórias criam vida. Descubra agora