09 || Cinta yang Salah

159 10 1
                                    

¤ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ¤

¤ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ ¤

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."

"Karena ketika aku menikah, pengabdianku akan berganti pada suami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Karena ketika aku menikah, pengabdianku akan berganti pada suami. Dan, aku ingin mengabdi kepada imam yang tahu arah jalan untuk membawaku ke surganya Allah."

- Imara Alhudaibiyyah Az-Zahra -

¶¶¶

"Assalamu'alaikum ..."

Gadis itu menoleh ke samping kanan ketika mendengar suara dari seseorang. Terlihat seorang lelaki berkulit sawo matang dengan baju casual berdiri tidak jauh darinya sedang melempar senyum singkat padanya.

"Mau ketemu sama Zalia dan Layla, ya, Ra?" tanya lelaki yang berstatus anak dari pemilik kost kedua sahabatnya itu.

"Wa'alaikumussalam, iya."

"Udah hampir dua minggu ini nggak pernah main ke sini, Imara sehat-sehat aja 'kan?"

"Alhamdulillah sehat. Yaudah, saya mau ketemu temen saya dulu, saya permisi. Assalamu'alaikum."

"Kok buru-buru, Ra? Kita belum juga ngobrol."

Namun ucapan itu diabaikan oleh Imara dengan tetap angkat kaki meninggalkannya. Kalau lah saja ia tetap berada di tempat itu dan meladeni lelaki tersebut, sama saja dengan dia membuka celah untuk Agam masuk. Dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Sementara Agam yang ditinggalkan, hanya lantas menghela napas lesu ketika usaha mendekati Imara selalu berakhir sama. Tak pernah mendapat sambutan hangat dan selalu diabaikan.

"Wa'alaikumussalam ..." lirih lelaki itu akhirnya. "Susah banget cuma mau ngedapetin kamu aja, Ra," kata Agam memelas.

"Dicegat sama Agam lagi?" pertanyaan itu Layla lemparkan ketika Imara baru saja duduk di ruang tamu kost mereka.

Sementara Imara hanya menjawab dengan deheman kecil.

"Dia sering banget nanyain kamu tahu, sampe-sampe terkadang aku sama Zalia capek sendiri ngejawabnya."

"Nggak perlu dijawab, nggak penting."

"Kalo nggak dijawab, dia rewel banget. Kayak bayi yang maksa minta susu."

PEMUDA MUALLAFWhere stories live. Discover now