bagian 31

40.2K 4.6K 1.5K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum semuanya, apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia ya. Sebelum baca jangan lupa vote dan spam koman 'hadir!'

Bantu Tandai juga kalau masih ada typo

Happy reading😉

***

Keesokan paginya, Arsyi turun kebawah, langkah kaki anak itu langsung menuju kearah dapur. Tempat dimana ia selalu menemukan uminya.

"Camat pagi umi!" Sapanya saat tiba disana. Sayangnya pagi ini gadis kecil itu tidak menemukan malaikat hatinya.

"Abah!" Panggil Arsyi sambil berlari menuju abahnya yang sedang membuatkan dia susu.

"Selamat pagi, Humaira nya, abah." Sapa Gus Ilham tersenyum tipis, ia berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan Arsyi.

Arsyi mengernyit bingung, menatap wajah abahnya yang terlihat sembab. "Napa mata abah makin kecil?"

Gus Ilham langsung bangkit, dia berpura-pura sibuk memasak. "Abah nggak apa-apa. Ini matanya di gigit semut, makanya jadi kecil." Ujarnya berbohong.

Sedangkan Arsyi masih sibuk menatap wajah abahnya. Entahlah apa yang anak itu pikiran melihat bagian mata abahnya ini sudah bengkak. Detik berikutnya, Arsyi menepuk jidatnya, ia baru ingat belum menemukan sang umi.

"Umi Aicah, mana, abah?" Tanya Arsyi kemudian memeluk kaki jenjang abahnya.

Tangan Gus Ilham berhenti bekerja saat Arsyi menanyakan hal itu. Apa yang harus dia katakan? Gus Ilham seakan tersiksa akan pertanyaan sederhana dari anaknya ini.

"Umi...umi pergi nak."

"Hiks..." Arsyi tiba-tiba terisak. Hal itu sontak membuat gus Ilham tertegun, karena baru kali ini putrinya menangis pelan dan terdengar begitu pilu

"Kenapa sayang?" Tanya Gus Ilham menunduk dihadapan anaknya.

"Aci nda mau di tinggal umi, lagi..." lirih gadis kecil itu, sambil menutup satu matanya menggunakan punggung tangannya.

Gus Ilham menghapus air mata malaikat kecil nya, dan membawanya duduk di kursi.

"Jangan nangis dong Humaira. Nanti cantiknya pergi dari kamu."

"Kenapa bica pergi abah?" Tanyanya sambil terus terisak.

"Karena yang cantik itu nggak suka nangis," ucap gus Ilham mencubit pipi Arsyi.

"Tapi Aci pengen umi...hiks!"

Gus Ilham menghembuskan nafas berat, jiwa anak dan ibu itu emang susah di pisahkan.  Sejauh apapun ibu, dan entah dimana tempatnya. Setiap pulang anak akan cenderung mencari ibunya.

"Arsyi berdoa ya, mudah-mudahan bisa ketemu umi lagi."

Arsyi mengangguk. "Memangnya kalau Aci nda doa, tetap nda bica ketemu umi ya?"

"Insya Allah." Ucap Gus Ilham sambil mengusap kepala Arsyi.

Gus Ilham kemudian memberikan sepiring roti dan segelas susu untuk Arsyi. Pekerjaan yang kemarin-kemarin dikerjakan oleh Aisyah, kini Gus Ilham lah yang langsung turun tangan mengerjakan semuanya, belum lagi ia harus segera berangkat kerja.

"Dimakan ya, serapannya, abah mau liat Arsya dulu."

Arsyi kembali cemberut. "Umi celalu temani Aci makan." Protes anak itu.

Aisyah Aqilah || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang