Ekstra part bagian 2

50K 4K 1.7K
                                    


Kita dewasa secara terpaksa demi keadaan." Arsyi.

2 tahun kemudian...

"Anak itu berubah ya?" Ucap Hilya  pada suaminya. Ia menatap ke arah Arsyi yang sedang menyuap adiknya makan.

Anak itu sudah berusia sepuluh tahun. Masih memakai seragam sekolah, belum sempat ia ganti sepulang sekolah, karena harus memberi makan Aqilah.

Anak kecil yang sudah berusia lima tahun, yang tak mau makan jika bukan kakaknya yang memberi makan.

"Lebih banyak diam." Ucap Gus Iksan. Kakak kandung dari Gus Ilham. "Setelah Ilham pergi,"

"Bukan diam, dia belajar dewasa."

Hilya, sebagai seorang ibu, hati nurani nya sangat kasihan pada kedua anak ini. Mereka benar-benar dipaksa ikhlas oleh keadaan. Dimana umur yang masih kecil mereka harus merasakan kehilangan, kehilangan kedua orang tua.

Hilya berdiri dan pergi menghampiri kedua anak itu. "Arsyi?"

Arsyi tersenyum. " tante,"

"Kamu ganti baju aja, biar tante yang suap Qila,"

Arsyi menatap Aqilah, anak itu langsung memeluk tubuh Arsyi. "Qila mau makan sama kakak, nda mau cama tante."

Arsyi menatap Hilya seraya tersenyum. "Nggak apa-apa tante, dua sendok lagi juga udah habis."

"Kamu udah makan, nak?"

Arsyi menggeleng. "Habis kasih makan Qila baru Arsyi makan."

Hilya mengangguk, ia mengusap kepala Arsyi yang berbalut kerudung. "Udah besar kamu Arsyi."

"Oh iya, Arsya mana?"

"Arsya masih sama kakek." Kata Arsyi. Anak itu kemudian memberi air untuk Aqilah setelah makanan di piring nya habis.

"Assalamualaikum!" Salam itu berasal dari Abi Syakir dan Arsya yang baru saja pulang dari pesantren.

"Abuya!" Aqilah berlari, menghampiri keduanya.

Abi Syakir sengaja menyuruh ketiga cucunya Ini dengan sebutan abuya.

"Abang!" Sapa Aqilah.

"Abuya bawa apa?" Tanya anak itu melihat kantong plastik dibawa Abi Syakir.

"Abuyq bawa—"

Prang!

Suara pecahan kaca itu, berasal dari arah dapur. Hilya bangkit, beranjak ke dapur. Tak lama kemudian terdengar suara teriakan.

"Umi!"

"Mas, tolong umi!"

"Umi!" Gus Iksan berlari ke dapur disusul abi Syakir dan yang lainnya.

"Maryam!"

****

"Dengan berat hati, kami sampaikan ibu Maryam mengalami stroke sedang."

Kedua bahu Abi Syakir merosot lemah. Ia menghela nafas berat.

"Untuk waktu yang belum bisa di tentukan, ibu Maryam juga mengalami kelumpuhan."

"Apa ada cara biar ibu saya bisa sembuh dok?"

"Ada pak, pasti ada. Cukup jaga kesehatan dan asupan beliau. Juga jangan di buat stres. Untuk pengobatan medis, bisa di lakukan kemoterapi."

Gus Iksan menghela nafas berat.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Nanti saya tulis resep obatnya."

Aisyah Aqilah || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang