𝐿𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚

1.3K 105 3
                                    

"Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Jangan lupa belajar di rumah," ucap Bu Elly sambil meraih buku-bukunya di atas meja.

Wanita itu hendak beranjak pergi namun salah satu siswa mengangkat sebelah tangannya.

"Bu, Kemarin ada PR," ucap Bobby.

Bu Elly reflek menepuk pelan keningnya sendiri, dia kembali meletakkan bukunya ke meja, "Baiklah anak-anak silahkan kumpulkan buku kalian ke depan!"

Seluruh siswa tampak menghela napas kasar, walaupun begitu mereka tetap mengumpulkan buku tugasnya. Bu Elly pun mulai menghitung buku-buku itu.

"Ada yang tidak mengumpulkan?" tanyanya ketika buku yang dihitungnya kurang. Wanita itu mengedarkan pandangan ke seisi kelas, dia beralih membuka buku absen dan mencentang siswa yang mengumpulkan buku.

"Saga, Galang, Rangga dan Bian maju ke depan!"

Saga berdecak sebal. Dia melirik ke arah Bobby yang terus menunduk menghindari tatapannya. Cowok itu bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan kelas disusul ketiga temannya yang lain.

"Kalian berempat, kenapa tidak mengerjakan PR?"

Mereka terdiam. Tatapan mereka terus tertuju ke arah Bobby. Bu Elly menarik napas panjang ketika tak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaannya.

"Istirahat nanti kalian harus membersihkan lab kimia." Bu Elly kembali membereskan buku-bukunya,"Kalo kalian kabur hukumannya akan bertambah. Oke, mungkin itu saja untuk hari ini."

Bu Elly beranjak keluar kelas. Disusul para siswa yang juga ikut berdiri dari kursi mereka masing-masing.

Saga terdiam di depan kelas. Pandangannya tetap lurus ke arah Bobby.

"Heh!" panggilnya ketika Bobby lewat di hadapannya, Saga tersenyum miring menatap Bobby, "Ikut gue ke lab, kalo lo nggak mau mati."

Bobby mendongak menatap Saga dan ketiga teman sekelasnya yang lain. Cowok itu meneguk ludah dengan susah payah lalu mengangguk perlahan.

Saga melirik ketiga teman di belakangnya. Cowok itu tersenyum kecil lalu beranjak keluar dari kelas disusul ketiga temannya itu, Bobby menatap punggung mereka dengan sendu. Kedua tangannya mengepal kuat.

***

Bobby membuka pintu lab kimia dengan pelan. Dia kembali meneguk ludah dengan susah payah lalu mendongak menatap Saga, Galang, Rangga dan Bian tengah duduk di kursi lab sambil memainkan ponsel mereka masing-masing.

"Weee udah dateng nih si bos!" teriak Bian ketika melihat Bobby di ambang pintu. Saga, Galang dan Rangga kompak mendongak menatap lurus ke arah Bobby.

Saga bangkit dari kursi lalu menghampiri Bobby, tangannya naik merangkul bahu cowok berkacamata bulat itu.

"Lo keren banget sih tadi," ucap Saga sambil tertawa kecil, " 'Bi kimirin idi PR...' Sumpah! Gue dengernya eneg banget Bob!"

Bobby hanya menunduk menatap sepasang sepatu miliknya. Dia berusaha menyembunyikan tangannya yang mulai bergetar.

"Sok banget lo jadi orang," Saga mendorong tubuh Bobby, membuat tubuh cowok itu membentur beberapa kursi ruang lab.

"Bersihin ruang lab ini! Sekarang!" sentak Galang. Cowok itu juga melempar bungkus permen karetnya ke lantai, "Noh! Gue tambahin kerjaan lo!"

"Heh! Budeg ya? Mau gue tusuk dulu kupingnya biar denger?" tanya Rangga sambil menundukkan badan menatap Bobby, "Bersihin, goblok!" Rangga membenturkan lututnya ke kepala Bobby.

"I--ini kan hukuman kalian ...."

Saga menaikkan sebelah alis mendengar ucapan Bobby, "Kita juga nggak bakalan dihukum kalo mulut lo diem," Saga menarik senyum tipis, "Kita cuma minta lo buat bersihin lab ini, tapi susah banget kayaknya ya? Apa perlu kita patahin dulu lengan lo, baru lo mau nurutin kita?"

Welcome Home, Saga! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang