𝐷𝑒𝑙𝑡𝑎 𝐴𝑔ℎ𝑎𝑡𝑎

1.2K 103 1
                                    

Saga memasuki kelas. Dia melempar tasnya ke meja lalu menjadikan benda itu sandaran kepalanya. Cowok itu memejamkan mata. Suasana pagi yang sepi dan hanya sedikit siswa membuat tidurnya terasa lebih nikmat.

Perlahan suara-suara disekitarnya mulai lenyap, berganti dengan ketenangan.

Drtttt!

Saga menghela napas kasar. Dia membuka sedikit matanya. Terlihat Aghata yang kini menarik kursi dengan keras.

"Pelan-pelan nariknya! Udah tau ada orang tidur!"

Aghata berdecak kecil mendengar ucapan Saga, "Emang sekarang waktunya tidur?" tanyanya sambil meletakkan tasnya dengan keras ke atas meja, membuat Saga sedikit tersentak.

"Lo sengaja berisik ya? Biar apa coba?"

"Ini sekolah bukan rumah. Kalo mau tidur ya jangan disini! Kalo nggak punya rumah, tidur aja tuh di kamar mayat."

Saga membulatkan mata. Dia mengangkat kepalanya seketika.

Aghata memutar malas kedua bola matanya. Dia duduk di kursi lalu mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya.

"Mulut lo itu remnya blong ya? Lemes banget kalo ngomong!"

"Lah kenyataan kan? Lagian tidur pagi itu rawan kena diabetes, sakit jantung, pikun. Apalagi kalo remaja jompo kayak lo. Rawan banget pasti itu."

Saga menatap frustasi ke arah cewek itu. Padahal Saga tidak akan memperpanjangnya jika cewek itu langsung meminta maaf.

"Lo cocok deh jadi dukun."

Aghata menatap tajam ke arah Saga. Cowok itu tertawa kecil melihat ekspresi cewek disampingnya ini.

"Sorry. Dokter maksudnya," ralat Saga sambil terus tertawa kecil.

Aghata mengangguk lalu tersenyum kecil, "Makasih. Lo juga cocok kok jadi pengangguran."

Saga menggeram kesal. Cewek bernama Aghata ini benar-benar  menguji iman dan kesabarannya. Ingin sekali dia mencongkel bola mata cewek yang menyebalkan itu.

Sesaat kemudian, Pak Ikhwan, guru biologi kelas science A membuka pintu. Semua siswa kompak kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Saga menghela napas kasar lalu menghadap ke depan dengan wajah datar. Entah kapan dia bisa bebas dengan kata sekolah.

Pak Ikhwan mulai menerangkan pelajaran biologi yang sama sekali tidak didengar Saga. Cowok itu sangat bosan berada di dalam kelas. Saga menunduk lalu menyandarkan kepalanya ke meja.

Selang beberapa saat, guru biologi itu mulai menuliskan beberapa soal di papan. Semua siswa dikelas itu langsung mengerjakan soal yang diberikan Pak Ikhwan. Ya semua. Kecuali Saga tentunya.

"Anak-anak tugas ini dikumpulkan sekarang ya."

Saga sontak mendongak. Dia menoleh menatap buku Aghata yang kini sudah penuh dengan jawaban. Cowok itu langsung membuka bukunya.

"Aghata," panggil Saga, cewek itu menoleh. Ini adalah pertama kalinya Saga memanggil namanya.

"Em?"

"Gue mau nyalin jawaban lo!"

"Nggak mau," ucap Aghata dengan cepat lalu menutup bukunya.

Enteng sekali cowok di sampingnya ini. Nada bicara cowok itu pun mirip preman pasar yang tengah menagih setoran.

"Ck! Pelit amat lo jadi orang! Sempit ntar kuburan lo!"

"Ngaca mas! Gue pengen nebeng aja kemarin lo nggak mau!"

Welcome Home, Saga! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang