Yang selalu ada

143 16 4
                                    

Younghoon galau.

Dia dari tadi cuman bengong sambil ngelapin gelas-gelas di kafe. Bahkan panggilan Seokmin selaku partner kerjanya hari ini pun nggak dia hirauin.

Pikirannya bercabang. Selain pusing sama tugas, dia juga pusing mikirin permintaan papahnya yang minta dia jadi penerus perusahaannya.

"Younghoon! Hoy!" Suara melengking itu nyadarin Younghoon dari lamunannya.

Dia mendengkus lalu melempar lap tangan itu pada oknum yang tadi berteriak.

"Jancok!" Umpat orang itu kesal. "Lo mah! Muka gue udah kece gini malah ditimpuk lap."

"Berisik, Jacob!"

Orang yang di panggil Jacob manyun. Matanya sibuk merhatiin temennya itu yang kayak manusia lagi kehilangan harapan. Biasanya Younghoon full senyum. Lah sekarang? nggak ada senyum-senyumnya. Malah keliatannya kayak yang pusing banget, banyak pikiran. Padahal setau Jacob tugas kemaren nggak puyeng-puyeng amat.

"Liatin apa lo, ha? Cepet mau pesen apa?"

Ngerasa kepergok, Jacob nyengir. "Gausah tanya lagi elah. Lo udah tau kan?"

"Y."

"Dih, nih anak!"

Tanpa menunggu lebih lama minuman yang biasa Jacob pesan datang. Younghoon langsung kasihin. "Nih."

"Senyum kek! Yang ada pelanggan pada mabur lagi kalo asem kaya gitu mukanya." Kata Jacob sambil nyedot minumannya.

Si abang langsung senyum. "Udah?"

"Heheh. Betewe, shif lo bentar lagi abis kan? Gue tungguin yah."

"Halah! Bilang aja lo mau nebeng sama gue!"

"Pertamanya sih nggak, tapi karena lo nawarin gue yaudah, gass!" Setelah mengatakan itu Jacob pergi menuju meja di luar ruangan.

"Dih, gue gak nawarin yah!"

Beberapa menit berlalu. Younghoon sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Dia pertamanya mau lewat pintu belakang aja buat keluar, tapi dia inget masih ada Jacob yang minta tumpangan di depan. Ujungnya dia nyamperin Jacob yang sekarang masih fokus sama buku catatannya. Di depannya ada beberapa buku paket matematika kelas sebelas.

"Hoy!"

"Oh? Dah kelar?" Tanya Jacob tanpa mengalihkan pandangannya.

Younghoon menghela nafas. Kemudian dia mendudukan tubuhnya di kursi. Bola matanya meperhatikan Jacob yang sangat serius membolak-balikan kertas lalu dia catat materi yang penting. Jengah melihat hal yang di lakukan berulang, Younghoon menarik kaca mata Jacob.

"Udah, mata lo udah capek."

"Siniin! Gue besok ada jadwal ngajar!"

"Gak. Lo kalo mau nebeng kudu nurut sama gue!"

Kemudian Jacob menuruti perintah Younghoon. Dia menutup buku paket di depannya beserta buku catatannya. Merapihkannya lalu di masukkan ke dalam tas berwarna mencolok yang selalu dia bawa ke mana-mana.

"Siniin kaca matanya!" Tangan Jacob menadah. Meminta benda dengan rangka berwarna hitam itu kembali dan Younghoon memberikannya.

Setelah memasangkannya kembali, Jacob menatap Younghoon sengit. "Nyebelin!"

"Heh! Di kasihanin juga!" Jari Younghoon menyentil dahi Jacob. "Lagian, udah tau capek tuh istirahat. Ini mah malah nambah-nambahin beban."

Younghoon tau, mahasiswa rajin seperti Jacob tuh jadwalnya padet banget. Seminggu emang mereka cuman 3 hari buat belajar di kampus, tapi Jacob gunain 3 hari lainnya buat ngajar di sekolah menengah atas dan satu harinya buat kumpulan sama anak organisasi di kampusnya. Capek? Jelas. Younghoon satu-satunya temen yang suka di jadiin tempat curhat sama Jacob.

EPHEMERALWhere stories live. Discover now