Sebuah permintaan

157 16 7
                                    

Seonghwa termenung, iris gelapnya menatap ke arah langit yang kini sedikit mendung. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Namun bukannya beranjak, pemuda itu malah semakin menyamankan letak duduknya. Hembusan asap dari vape yang dia hirup menyeruak menginfasi udara.

"Eh?"

Bola mata membesar dengan bahu yang sedikit terangkat. Respon biasa ketika seseorang terkejut. Seonghwa menatap jengah kepada sosok lelaki yang kini menidurkan kepala di pahanya

"Ngapain lo disini?" Tanya Seonghwa namun matanya tak menatap lelaki berseragam jurusan otomotif itu. Dia masih sibuk dengan arakan awan-awan hitam di langit.

Saat tangannya akan kembali menghirup vape, sebuah tangan menahannya. "Kalo lagi ngobrol sama orang itu tatep orangnya."

Bibir Seonghwa menyunggingkan senyum miring. Dia menaruh benda bernikotin itu kedalam tas yang sedari tadi dirinya bawa.

"Bolos lo?"

Lelaki tadi memicing. Dia berdiri lalu menoyor kepala Seonghwa, "lo juga sama aja, peak!"

Seonghwa tertawa begitupun dengan lelaki itu. "Kok bisa masuk sekolah ini, Juy?"

"Kayak baru kenal gue aja lo!" Juyeon tertawa. Dia mencubit pipi Seonghwa gemas. Entah kenapa itu reflek aja.

"Gemes, Ih! Dikasih makan apa sih sama mak bapaknya?" Katanya sambil terus menguyel-uyel pipi Seonghwa.

"Lwepash! Inwi gwue udwah kayak bwebwek ihhh!!" Tangan Seonghwa ngegeplak kepala Juyeon.

Juyeon makin ketawa kenceng. Dia bahkan sampe megangin perutnya yang keram gara-gara keasyikan ketawa.

"Anjir lo!"

Apalagi ngeliat pipi Seonghwa yang memerah gara-gara dia cubit-cibit gemes sambil di uyel-uyel.

Ngeliat itu Seonghwa manyun. Lelaki yang dulu sempat baku hantam dengan Sunwoo itu turun mood. Dia nendang kaki Juyeon sampe lelaki itu tersungkur ke bawah kursi.

"Heh! Brutal amat!" Juyeon mencak-mencak ngerasain sakit yang menjalar dari pantat sampai pinggang itu. Tapi nggak bisa dipungkiri ketawa nistanya masih lanjut walau sakit melanda.

"Bodo amat!"

Ngerasa hawa-hawa nggak enak, Juyeon ngeberhentiin tawanya. Dia berdiri, nepuk-nepuk celananya yang kotor akibat terjatuh tadi. Lalu duduk di kursi panjang yang juga diduduki oleh Seonghwa itu.

"Gimana anak itu? Masih berulah?" Juyeon nanya sambil ngubek-ngubek tasnya.

Mata Seonghwa memicing, "kalo ngomong tuh liat--"

Plup!

Juyeon nyengir, tangan kirinya membuat tanda damai. Melihat Seonghwa yang tidak berkutik dirinya bersyukur. Untung tadi dia mampir dulu ke kantin buat beli permen rasa strawberry kesukaan Seonghwa.

"Sejauh ini dia belum bertindak. Tapi gak tau juga sih, gue nggak terlalu merhatiin." Bahu Seonghwa terangkat. Tanda dia tidak terlalu memusingkan pertanyaan dari Juyeon tadi.

Kepala Juyeon mengangguk paham. "Gimana sama Yohan?"

Alis Seonghwa terangkat sebelah. Dia melepas kuluman permen di mulutnya. "Dia masih kayak biasa. Cuman akhir-akhir ini dia agak pendiem. Kayaknya ada masalah deh, atau——"

"Rubby."

Bibir Seonghwa langsung mengatup. Dia tak lanjut membicarakan tentang Yohan. Begitupun dengan Juyeon.

"Lo gak ada niat balas dendam gitu sama tuh anak?"

Pertanyaan Seonghwa barusan mendapat respon kekehan dari Juyeon.

EPHEMERALWhere stories live. Discover now