34

6.5K 176 20
                                    

Vote+Komen

Happy reading

Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




















***

"Aw aw aw, sakit yang." Ringis raja sembari memegangi telinganya yang memerah karna jeweran maut Luna.

"Jangan ngomong aneh-aneh," tegur Luna.

"Aneh-apa apa sih? Kan kenyataan yang," ujar raja.

"Iya-iya, udahlah, mas. Sana mandi kamu bau," Luna menutup hidungnya sembari mengendong heera menjauh.

Raja cemberut karena di Katai bau, selanjutnya ia berteriak kencang." Awas kamu nanti malam, yang, aku buat jerit-jerit, kamu." Lalu laki-laki itu tertawa lepas mendengar teriakan istrinya yang raja tebak perempuan itu misuh-misuh mendengar kata-katanya yang menjerumus kemana.

"Lucu bat, dah bini sama anak gue,"gumam laki-laki itu lalu ia berjalan keluar dari kamar heera untuk menyusul Luna dan istrinya.

***

Raja yang baru saja tiba di dapur memilih duduk dengan tenang memperhatikan heera tengah merecoki ibunya.

"Heera, jangan di sentuh, nanti tangan kamu luka."

Anak itu menatap ibunya polos

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Anak itu menatap ibunya polos. "Mau coba, mama." Tangan mungilnya baru saja ingin mengambil satu kue langsung di hentikan Luna.

"Iya, tunggu Mateng, dulu. Sabar ya, orang sabar di sayang ....? "

"Tuhan," lanjut heera bertepuk tangan setelah melihat ibunya mengangguk.

"Heela pintal, mama."ujar anak itu.

Luna menoleh setelah menyadari ada suaminya. "Mas, tolong ini anaknya di ambil dulu, aku mau beresin ini," tunjuk Luna pada pantry dapur yang berantakan karna bocil mereka. Alias heera.

"Tidak mau, mama. Heela mau belsama, mama." Ujar heera menolak. Ia malah memeluk ibunya itu dan tidak mau lepas walau ayahnya sudah membujuk.

"Yang, biar bi saron aja yang beresin." Ujar raja akhirnya. Luna menghela nafas ia sebenarnya ingin membersihkan sendiri tapi kasian heera juga.

"Yaudah sini, heera kamu kemana emangnya?" Tanya Luna setelah mengangkat heera ke gendongannya. Luna agak kesusahan karna berat badan heera cukup berat.

Melihat istrinya kesulitan raja segera mengambil alih tubuh anaknya untung anak itu tidak protes.

Karna merasa gemas raja langsung mencium pipi gembul anaknya. Membuat anak itu hampir menangis dengan muka memerah.

"Angan, papa, papa bau,"

Raja melotot tidak percaya dengan ucapan anaknya itu di tambah Luna tengah terbahak mendengarnya.

"Makanya mandi, udah aku bilangin tadi,"

Raja melepaskan heera membuat anak itu berlari kesenangan meninggalkan keduanya. Luna membiarkan karena Heera tidak akan jauh-jauh dari sana.

"Kan hari Minggu, yang," cemberut raja. Ia langsung mendekati Luna dan menelusupkan wajahnya di cekuk leher istrinya. Mengecup pelan di sana membuat Luna kegelian.

"Ah, jangan, geli."

Raja yang mendengar desisan Luna tersenyum miring bukannya berhenti ia malah terus-menerus melanjutkan kegiatannya. Bahkan ia tambahan dengan melumatnya sedikit hingga tanda biru sedikit keunguan muncul.

"Jangan apa?" Tanya raja pura-pura tidak tahu.

"Mas, jangan di buat tanda, malu."

"Dikit doang," raja melanjutkan kegiatannya.

"Dikit-dikit gundulmu," ujar Luna membuat raja kaget.

Kegiatan raja harus terhenti saat ponselnya di kantong celana yang ia gunakan bergetar. Ia memberikan sesapan terakhir mengecupnya lalu menghentikan karna ponselnya terus menerus berbunyi.

Ia mengernyit saat penelponnya adalah sang ibu. Tumben sang ibu menghubunginya? Bukannya ibunya tengah Marah Padanya karna ia lebih memilih Luna daripda ibunya. Padahal raja tidak ingin memilih tapi ibunya membuat semuanya susah.

Raja menegang saat mendengar sang penelpon.

"Dengan saudara raja khatulistiwa? Anak dari pemilik ponsel ini?"

"Ya, saya sendiri kenapa hp ibu saya berada pada anda?"

"Kami hanya ingin menyampaikan jika pemilik ponsel, mengalami kecelakaan di jalan tol ****, dan di nyatakan meninggal dunia."

Deg

Dunia raja seakan berhenti saat mendengar berita itu.

Tanpa sadar laki-laki itu menjatuhkan ponselnya ke lantai mengagetkan Luna.

Ia kaget melihat suaminya menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca. "Kenapa, kak?"

Laki-laki memeluk Luna. "Mama lun, mama.... " Raja mengantungkan ucapannya membuat Luna penasaran.

"Kenapa, kak? Jangan buat aku panik."

"Mama meninggal, lun," raja yang tidak pernah menangis di depan Luna kini menjatuhkan air matanya.

***

LUNA (on Going) Where stories live. Discover now