Part 7 : Siapakah Dia? (Bag. 2)

1.3K 108 10
                                    

"Lah, aku berangkat dulu ya," Joko berseru sambil merapikan kemeja hitam yang dikenakannya.

"Abang serius mau kesana?" Romlah yang muncul dari arah dapur bertanya.

"Iya. Tak enak kalau abang tak kesana. Biar bagaimanapun Pak Darsa itu kan tetangga kita. Dan dia sedang ditimpa musibah. Semua warga desa saat ini juga pasti datang kesana untuk berbelasungkawa. Apa kata orang nanti kalau abang tak datang Lah?"

"Perasaanku tak enak Bang," Romlah melangkah pelan mendekat ke arah sang suami.

"Kamu masih kepikiran dengan omongan para warga desa itu?" Tanya Joko.

"Iya Bang. Tega sekali mereka menuduh kita sekeji itu."

"Sudahlah. Tak perlu terlalu kaupikirkan. Sudah biasa kan, warga disini memang paling suka bergunjing. Toh apa yang mereka tuduhkan itu tak terbukti, karena kita memang tak pernah melakukan apa yang telah mereka tuduhlan itu. Jadi kenapa harus takut?"

"Aku tau Bang. Tapi Wulan? Jika anak itu sampai tahu ...."

"Lah, percayalah pada suamimu ini. Semua pasti akan baik baik saja. Soal Wulan, biar nanti abang yang bicara dengannya."

"Tapi Bang ...."

Kalimat Romlah tertahan, saat terdengar suara deru mesin mobil yang memasuki halaman pondok mereka. Dua orang berseragam turun begitu mobil telah berhenti. Diikuti oleh Pak Jagabaya, perangkat desa yang bertanggung jawab atas keamanan desa.

"Selamat siang. Benar dengan saudara Joko?" Sapa salah seorang pria berseragam itu.

"Iya, saya sendiri Pak," Joko menjawab ramah, sambil mempersilahkan tamu tamunya itu untuk masuk.

"Maaf kalau mengganggu waktu sampeyan. Tapi kami butuh sedikit informasi dan keterangan dari Mas Joko. Ini menyangkut soal ..., emmm, kematian Pak Darsa sekeluarga," kata petugas yang satunya lagi.

"Oh, iya Pak. Saya mengerti. Kalau memang ada yang bisa saya bantu, dengan senang hati saya akan membantu," ujar Joko.

"Kalau begitu, bisa ikut kami ke kantor sekarang?"

"Tunggu!" Wulan yang sedari tadi nampak asyik bermain di sudut teras tiba tiba berdiri dan menghampiri petugas itu.

"Mau kalian bawa kemana bapakku?!" Sentak anak itu ketus. Kedua matanya melebar galak, dengan wajah mendongak menatap ke arah si petugas. Kedua tangannya berkacak pinggang, seolah menantang orang orang yang telah berani mengusik sang bapak.

Salah seorang petugas itu balas melotot. Seumur umur dia belum pernah disentak oleh anak sekecil itu. Namun satu petugas lain justru tersenyum.

"Anak sampeyan?" Bisik petugas itu pada Joko. Joko hanya mengangguk.

"Anak manis," petugas itu mendekat dan sedikit membungkuk di hadapan Wulan. "Siapa namamu Nak?"

"Bapakku mau dibawa kemana?" Bukannya menjawab pertanyaan si petugas, Wulan justru balik bertanya dengan nada yang masih ketus.

"Om pinjam bapaknya sebentar ya. Om butuh bantuan dari bapakmu. Nanti kalau sudah selesai, Om janji, Om akan mengantar bapakmu pulang kembali," bujuk petugas itu.

Wulan menatap ke arah sang ayah. Joko mengangguk dan tersenyum.

"Wulan pegang janji Om!" Tegas Wulan pada petugas itu.

"Terimakasih cantik," si petugas tersenyum dan mengusap lembut rambut Wulan.

"Baiklah kalau begitu. Kami pamit dulu ya Bu," petugas itu mengangguk ke arah Romlah yang masih tertegun di depan pintu. Apa yang ia khawatirkan, akhirnya terjadi juga. Perempuan itu menghela nafas panjang, sambil menatap kepergian sang suami bersama si petugas.

WULAN [Dendam Kesumat Dari Masa Silam]Where stories live. Discover now