Chapter 7

546 35 0
                                    


Setelah Mark mengakhiri panggilan, mata Haechan kehilangan kantuknya dia perlahan duduk ditempat tidur dengan ekspresi serius diwajahnya.

"Sialan, kapan ini akan berakhir? Idiot ini sangat protektif pada adiknya. Jisung tidak akan membunuh adikmu, brengsek. " Haechan bergumam pada dirinya sendiri, tapi didalam hatinya dia tidak bisa menahan rasa panik memikirkan saat mereka akan bertemu.

"Mandi dulu." kata Haechan pada dirinya sendiri, karena Haechan masih telanjang seperti saat Mark pergi dari Apartemennya.

Sosok ramping Haechan perlahan turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kenapa aku gemetar?" Haechan mengutuk kakinya dengan marah.

Dia merasa Mark membuatnya gila setiap hari karena dia harus sendirian dan berbicara seperti itu. Haechan memaksakan dirinya untuk mandi di air panas karena itu bisa mengendorkan ototnya.

Haechan mengulurkan tangannya untuk mengambil telpon yang juga ada diruangan itu, takut jika Mark menelponnya dan dia tidak menjawab, dia akan menekannya sesuai dengan jumlah panggilan yang tidak terjawab, karena Mark benar-benar menindak lanjuti ancamannya. Haechan menekan nomor telpon Jisung melakukan panggilan. Tapi tidak dapat terhubung. Haechan berhenti menelpon, setelah selesai mandi dia keluar kemudian berganti pakaian.

Drrttt... Drrttt... Drrrtttt....

Telpon Haechan berbunyi sebuah tangan kurus segera meraihnya dan melihat siapa yang menelponnya, Haechan lega ternyata itu bukan Mark.

"Ada apa Renjun?" Haechan menjawab telpon itu karena tahu dari temannya.

("Apakah kamu ada dirumah")

"Aku tidak ada disana, aku sedang melakukan beberapa pekerjaan," Haechan berbohong.

("Wow, kamu dimana? Aku bosan. Jadi, aku akan mencari sesuatu untuk dimakan di Siam, maukah kamu ikut denganku? Aku akan menjemputmu, apakah kamu sudah selesai dengan tugasmu?") Tanya Renjun.

Haechan sedikit ragu sebelum menyadari bahwa sudah waktunya bagi Mark untuk mengurus Chenle, dia sering tidur dirumahnya dan sangat jarang tidur di Kondominium. Dan bahkan sekarang dia punya masalah seperti ini, Haechan yakin dia sedang mengurus adiknya.

"Oke, ayo jemput aku di depan apartemen temanku. Aku akan turun dan menunggumu." Katanya, sambil memberikan arah ke kondominium Mark, jadi temannya tidak akan bertanya lagi.

Haechan punya banyak teman. Haechan sudah siap mengambil barang-barangnya dan turun menemui Renjun. Haechan berjalan perlahan karena masih merasakan sakit yang tajam di pantatnya, sosok Haechan yang kurus berhenti dan menunggu temannya.

Renjun sampai, lalu Haechan membuka pintu mobilnya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Renjun bertanya, sebelum menjalankan mobil.

"Aku datang untuk mencari teman. Tapi, sekarang aku ingin mencari makan, aku lapar." Dia mengubah topik pembicaraan sebelum temannya bertanya lebih banyak.

"Apa yang ingin kamu makan?" Tanya Renjun.

"Aku ingin makan makanan Jepang," katanya, karena hari ini dia tidak ingin makan makanan yang terlalu pedas.

"Nah, ayo makan di Paragon, sebaiknya aku menyipitkan mata ke gadis-gadis itu," kata Renjun menoleh untuk menatap temannya.

"Hei, Haechan. Apakah kamu bertengkar dengan seorang gadis lagi? Lehermu penuh bercak merah, ugh, pasti gadis itu dangat sadis," kata Renjun bercanda, namun mengejutkan Haechan. Dia langsung menutupi lehernya.

"Ah....sangat sadis dan sangat Horny," jawabnya, Renjun mengernyit sedikit sebelum

"Begitu ya," kata Renjun sebelum tertawa kecil. Dan Haechan memilih untuk diam.

Aku Mencintaimu Sangat... Sangat Brutal 1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang