14. Jadi yang mana?

55 40 26
                                    

Elia ke kantin sendirian, semua teman-temannya sedang berada di kelas karena belum menyelesaikan ulangan harian. Karena Elia salah satu murid yang terkenal pintar di kelas jadilah dia selesai duluan.

Karena kejadian semalam Nathan marah sama Elia, padahal kalo di pikir Elia nggak salah. Ia hanya ingin menjaga jarak dengan cowok itu agar Nathan tidak perlu lagi repot-repot menghindar dari Elia saat bersama Fitri. 

"Udah jaga jarak sekarang di ambekin," keluh Elia dengan bahu merosot. "Gini amat nasib gue.. capek sendiri..."

"El,"

Elia menoleh kaget ke samping, melebarkan mata melihat orang yang mengantarnya pulang berdiri di sampingnya sambil tersenyum.

Pantas saja banyak teman angkatan yang selalu memuji ketampanan cowok ini, ternyata wajahnya emang enak diliat gitu. lebih ke kaya Cindo. Tubuhnya tinggi dan kurus, bahkan nggak kaya anak kelas 12. Elia juga sempat tertipu saat kelas 10 tahun lalu, cowok itu tampil theater saat pensi sekolah dan  menjadi pemeran utama yang terlibat cinta beda agama di mana Jefran berperan sebagai cowok non islam.

"Emang boleh ya Kak seganteng ini?" gurau Elia membuat Jefran berdesis.

"Lo tuh selalu frontal, tapi gue meragukan kejujurannya." balas Jefran seadanya.

"Elah Kak, gue tuh jujur gini lo masih nggak percaya." 

"Gantengan mana sama dua sahabat lo?" tanya Jefran kali ini beneran serius, dulu saat Elia kelas 10 Jefran menyukai gadis ini tapi sayangnya cinta bertepuk sebelah tangan. Elia hanya menganggap Jefran sebagai Kakak-nya saja di sekolah, alhasil teman-teman Jefran ramai saat itu menertawainya. 

Elia diam berpikir sebentar. "Ya jelas lah Kak, lo ganteng." balas Elia membuat Jefran tertawa pelan. 

"Gue emang se-ganteng itu sih, lo aja bego tolak gue waktu itu."

"Tapi tetep lebih ganteng dua sahabat gue.." lanjut Elia tertawa kencang melihat raut wajah Jefran yang merah padam.

"Sialan lo El!" geram Jefran melirik sini cewek mungil di sampingnya.

"Lo mau ke mana? kantin?" 

Elia mengangguk. "Gue minta temenin lo lah Kak, bosen sendiri." 

"Bener-bener kaga ada basa basi." Jefran jadi berdehem singkat. "Lain kali jangan seterus terang ini sama cowok, tunggu tuh cowok ajak lah." 

"Hah?" Elia menyergit tak paham. "Ngapain? Kelamaan."

Jefran tertawa heran, jadi menahan senyum gemas sendiri. "Yaudah buruan jalan, dari pada gue sendirian." ujar Jefran sambil berjalan mendahului Elia.

"Kak, gue pengen itu asli." pinta Elia saat Jefran baru saja melewati kantin Bu Halimah. 

"Ngantri El, yang lain." 

Elia tetap mengangguk mengikuti langkah Jefran, padahal biasanya ia suka beli mie ayam di sana enak banget.

"Lo emang lebih suka makanan gini?" tanyanya melihat pilihan menu cepat saji.

Jefran mengangguk. "Mau yang mana?"

"Meatball aja deh." 

"Mba katsu curry satu sama meatball satu." kata Jefran membuat Elia melirik sambil tersenyum geli. Kemudian Jefran mengambil dua box yang baru diberikan, lalu menyerahkan kartu pembayaran untuk kantin. Bentuknya hampir sama seperti kartu atm namun hanya bisa di pakai di sekolah saja.

Elia mengerjap, barusan di bayarin?

"Ganti nanti." 

"Oh, oke." katanya. Entah kenapa merasa lega, kayak aneh banget di bayarin sama cowok.

Swastamita di Cakrawala ( On Going )Where stories live. Discover now