EMPAT

338 21 4
                                    


Jangan lupa vote sama komen yaa!!

Happy reading

******

-Fenly

Entah apa yang sudah terjadi di rumah sejak aku dan Kak Shandy pergi ke suatu tempat dan meninggalkan tiga adik bungsuku saja di sana. Sebelum aku pergi semua tampak baik-baik saja, Fajri yang sedang menonton televisi bersama Fiki yang sibuk memakan cemilan dan Zweitson yang ku lihat sedang membaca sebuah buku.

Kini aku sudah berada di sebuah caffe milik Bang Lang. Memeriksa semua laporan keuangan dan stok makanan, memang sejak Mama dan Papa pergi Bang Gilang menyerahkan semua tanggung jawab di caffe kepadaku dan dia lebih fokus mengurus perusahaan Papa bersama Kak Shandy.

Ku lirik Kak Shandy yang baru saja masuk ke ruanganku dengan nafas yang tak beraturan. Wajahnya pun terlihat sangat panik.

"Kak Shandy- " belum selesai aku berbicara dia langsung memotong.

"Kita pulang sekarang, Fen. Soni di hukum Kakek." ucap Kak Shandy.

Tampa banyak bicara aku segera bangkit lalu memasang jaket dan berjalan dengan tergesa bersama Kak Shandy. Entah apa yang adik-adikku lakukan hingga Kakek menghukum Zweitson.

Hujan yang mengguyur kota Jakarta sama sekali tak aku hiraukan. Ku semakin menambah lagi kecepatan laju motorku tidak peduli dengan kondisi jalanan yang sangat licin saat ini.

"Hati-hati, Fen." bisik Kak Shandy mengingatkan.

"Kak Shan percaya kan sama Fen?" ku lihat laki-laki di belakangku tampak mengangguk ragu.

Tangan kiriku terlepas dari setang motor lalu ku raih tangan Kak Shandy meletakkannya di pinggangku.

"Pegangan ya, Kak. Fen bakalan lebih ngebut lagi. Untuk saat ini Soni perlu Kakak." ucapku lalu mulai menancapkan gas.

Ku lihat Kak Shandy dari spion motorku, laki-laki itu terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan Zweitson.

Entah secepat apa aku menjalankan motor sampai sekitar lima belas menit sekarang kami tiba di rumah. Kak Shandy langsung turun dari motor dan berlari masuk ke dalam.

Aku mengikutinya dari belakang, pandangan mataku mengedar ke penjuru rumah, sunyi. Ah mungkin sedang di lapangan.

Setibanya aku dan Kak Shandy di lapangan, mataku melebar melihat Zweitson yang berlari di depan sana. Wajahnya pucat serta pakaian yang basah kuyup.

"SONI BERHENTI!!" teriak Kak Shandy membuat seorang pria di depan ku menoleh.

Zweitson mungkin tidak mendengar teriakan Kak Shandy karena hujan yang cukup deras.

"ZWEITSON HENTIKAN!!" kini giliranku yang berteriak.

Ku lihat dari sana Zweitson menghentikan langkahnya lalu berdiam diri tanpa berniat meneduh.

"Kakek apa-apaan sih, kenapa lakuin ini sama Zweitson." sekilas aku mendengar Kak Shandy mulai mengeluarkan suara.

"Karena di melakukan kesalahan. Sudahlah, Shandy. Kamu gak usah ikut campur." ucap Kakek sangat santai.

ABOUT BROTHER'S || UN1TYOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz