DELAPAN

203 25 7
                                    


Happy reading and enjoy!!!

Vote, komen dan bagikan yaa gesss

Thanks for 1k reading hehe

*******

"Saya sudah bilang, berhenti ke tempat seperti itu." Suara bariton itu terdengar sangat tegas di telinga Fenly.

"Tidak ada gunanya kamu bermain-main dengan anak jalanan seperti mereka, Fenly. Mereka hanya akan memanfaatkan kamu saja." Lanjut Radika.

Fenly mengangkat kepalanya setelah laki-laki tua itu menyelesaikan kalimat yang di ucapkannya. Di tatapnya Radika dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan namun jika seseorang berada di posisinya akan mengerti.

"Anak-anak itu baik dan lucu. Mereka tulus kek mau berteman sama Fen. Tidak seperti teman-teman Fenly lainnya." Seru Fenly membuka suara.

"Tau apa kamu soal ketulusan, Fenly? Setiap kali kamu bermain kesana mereka pasti meminta apapun untuk kamu belikan, lihat? Apakah mereka tidak memorotimu?"

Fenly menghela napasnya, jujur ia begitu lelah berdebat dengan Radika. Karena mau sampai kapanpun pemenangnya tetaplah kakek tua itu.

"Mereka tidak memoroti Fenly, Kek. Mereka juga tidak meminta banyak dari Fen, " helaan napas kembali terdengar saat Fenly menjeda ucapannya.

"Fenly yang suka kalau berbagi dengan mereka, kek." Lanjut lelaki itu.

"Kakek tidak mau tau, pokoknya berhenti kamu berurusan dengan anak-anak penghuni jalanan itu!" Sentak Radika membuat Fenly mulai kesal.

"Fenly tidak akan berhenti itu membantu anak-anak itu." Putus Fenly.

Sesabar apapun dia. Jika di perlakukan seperti ini Fenly tetap akan kesal dan marah. Ayolah, Fenly sudah dewasa dia tau mana yang baik untuknya dan mana yang buruk. Bukan dirinya tidak ingin di perhatikan oleh kakeknya sendiri, hanya saja sikap Radika kepada cucu-cucunya ini berlebihan.

Mungkin berada di antara Kakek dan Fenly yang tengah beradu argumen membuat seorang pemuda yang tadinya hanya sibuk dengan game di tangannya mendengus karena terganggu.

"Kalian bisa berhenti berdebat gak sih?" Seru Fiki membuat kedua laki-laki beda generasi itu kompak menoleh kearahnya.

"Fiki?" Beo Fenly.

Entah sejak kapan Fiki berada disana atau memang Fenly yang tidak menyadari keberadaan si bungsu.

"Sejak kapan kamu disitu, Fik?" Tanya Radika bingung.

Fiki bangkit berdiri menghampiri Fenly, tentu saja dia akan di pihak abangnya.

"Kalian terlalu sibuk berdebat sampai salam Fiki terabaikan." Jelas Fiki.

Masih belum mengerti membuat Fenly menatap adiknya itu meminta penjelasan. Fiki tersenyum kemudian merangkul Fenly hangat.

"Kakek sudahlah, berhenti berdebat dengan Bang Fen. Apa yang di lakukan Bang Fenly itu tidak salah kek." Ucap Fiki dengan nada suara lembutnya.

Radika hanya bisa manarik napas panjang kemudian memandang kearah Fiki, cucu kasayangannya.

"Kamu tidak mengerti, Fiki-"

ABOUT BROTHER'S || UN1TYWhere stories live. Discover now