SEPULUH

209 17 13
                                    

Enjoy ya gais!!!

Vote+Komen

Happy reading to all

******

"Fen, Fen, ada-ada aja sih lo masa ngasih jaket ke cewek tapi gak tau sama namanya." celetuk Fajri meledek.

Sedangkan yang di ledek hanya menampilkan wajah datar cenderung kesar kearah adiknya itu.

"Gue kan lupa nanya, Ji." Ucap Fenly kesal.

Fajri terkekeh melihat wajah cemberut abangnya yang terlihat begitu lucu.

"Makanya Ko, sebelum lo kasih sesuatu ke cewek kenalan dulu kali biar gak susah kayak gini." Saran Fajri yang terdengar seperti ledekan.

"Emang harus gitu?" Tanya Fenly tidak yakin.

Fajri menghentikan langkahnya kemudian menatap Fenly serius. Kedua tangannya menyentuh pundak anak ketiga itu sembari berujar.

"Ya harus dong! Kayaknya lo harus belajar deh buat deketin cewek."

Fenly mendengus melirik tajam Fajri.

"Gue bukan buaya kayak Gilang dan bukan Playboy cap kapak juga kaya lo ya, Ji." Timpal Fenly membuat Fajri tidak terima.

"Waisss gue bukan playboy asal lo tau, Fen. Gue cowok baik-baik yang setia sama satu cewek."

Fenly terkekeh. "Setia. Setiap tikungan ada!"

"Daripada elo, sok-sokan cuek ke cewek padahal Peta." Balas Fajri tidak kalah.

Kedua alis Fenly menyergit bingung, "PETA?"

Melihat abang yang hanya berjarak dua tahun darinya kebingungan dengan tampang polos membuat Fajri merasa gemas. Fajri maju mendekatkan bibirnya ke telinga Fenly.

"Pencinta wanita." Setelah membisikan itu sambil terkikik geli Fajri melangkah meninggalkan Fenly yang masih ngelag.

Beberapa saat kemudian Fenly tersadar dan hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Fajri. Kadang ia bingung kata orang Fajri itu cuek, dingin dan terkesan tidak peduli. Tapi setiap bersama dengan Fenly, Fajri berubah menjadi anak aneh yang hiperaktif.

Fenly melangkah menyusul Fajri. Saat ini mereka berdua menuju kantin kampus untuk makan siang. Kebetulan kelas Fajri dan kelas Fenly break nya bersamaan jadi mereka berdua bisa bersama ke kantin, berbeda dengan Zweitson dan Fiki yang masih ada satu kelas tambahan lagi.

"Gimana, masih mau nyari jaket lo?" Tanya Fajri yang datang membawa semangkok batagor dan bakso pesanan Fenly.

"Masih lah, Ji." Jawab pemuda itu.

"Udahlah, Kovel. Ikhlasin aja jaketnya. Lo kan masih punya banyak jaket." Ucap Fajri menyarankan.

Ah, Fenly menghela napasnya. Ini bukan soal ia yang banyak memilik jaket ia tidak masalah jika jaket miliknya tidak kembali lagi tapi bukan dengan jaket yang ia berikan pada gadis malam itu. Jaket itu begitu spesial bagi Fenly bahkan itu jaket kesayangan miliknya.

"Gue bukannya pelit atau gimana ya, Ji. Kalau aja jaket lain gue gak masalah mau itu jaket gak di balikin lagi. Tapi jaket yang ini itu pemberian kak Shan." Jelas Fenly.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ABOUT BROTHER'S || UN1TYWhere stories live. Discover now