5

1.4K 226 13
                                    

Aku sama sekali tidak berniat menganggu hidup ibu kandungku,

Alasan aku masuk ke sekolah yang sama dengan anak tirinya, sesederhana karena aku penasaran dengan anak suaminya yang tinggal serumah dengannya.

Niat awalku, aku hanya ingin melihat Nicholas dari jauh, sama sekali tidak ingin mendekat, sama sekali tidak ingin menganggu.

Sekali lagi, aku hanya penasaran.

Sama halnya ketika aku kelas 2 SMP, pertama kalinya aku menstruasi, dan tidak punya sosok wanita dewasa di sampingku (saat itu Bibi Juwita belum pindah ke sebelah rumah kami), aku pun mulai penasaran dengan ibuku, ibuku yang juga pasti menstruasi sepertiku dan hamil diriku di saat dia masih duduk di kelas 3 SMA.

Iya, orang tua ku hamil di luar nikah.

Ayah ibuku masih duduk di bangku sekolah ketika mereka terpaksa menikah karena keberadaanku di perut ibuku. Jadi bisa di maklumi kenapa hak asuhku sepenuhnya berada di tangan orang tua ayahku, alias kakek dan nenekku yang telah tiada.

Berbeda dari orang tua ayahku yang mau menerimaku, orang tua ibuku sama sekali tidak mau melihatku, aku tahu karena aku tidak sengaja mendengarkan keluhan kakek dan nenek saat aku kecil;

"Mereka menyuruhku menyembunyikan Harim rapat-rapat,"

"Bagi mereka Harim adalah aib dan tidak sepantasnya Harim menghalangi masa depan anak mereka," ucap Nenek waktu itu, melapor ke Kakek ketika tidak sengaja bertemu dengan salah satu orang tua ibuku.

"Mereka benar-benar manusia rendah, bagaimanapun Harim adalah darah daging mereka juga!!! Cucu ku bukanlah aib, mereka lah yang aib," ucap Kakek emosi, tidak terima kalau aku di hina.

Beruntung,

Kakek, Nenek dan Om Sasha tidak membuangku seperti kedua orang tuaku, dan orang tua ibuku membuangku.

Meski Kakek meninggal sebulan kemudian, nenek menyusul seminggu setelahnya. Aku tidak bisa melupakan satu pun percakapan itu, aku terluka, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu.

Saat aku mulai tumbuh besar, rasa penasaran lah yang membuatku menelusuri ibuku, aku mencari tahu diam-diam dan tanpa sadar menemukan segala informasi tentangnya.

Setelah resmi bercerai dari ayahku, ibuku di bawa orang tuanya pindah ke luar negeri sampai lulus kuliah. Setelah kuliah dia sempat bekerja beberapa tahun di sebuah perusahaan asing, kemudian berhenti saat dia menikah. Ibuku menikahi seorang duda anak satu yang di tinggal istrinya meninggal karena sakit,

Dan, sekarang, dengan Nicholas, ibuku adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak.

Kalau bilang aku tidak sedih, tentu saja itu bohong.

Perasaanku lebih ke campur aduk.

Aku tidak ingin menyalahkan ibuku atas pilihan hidupnya, tapi nyatanya aku tetap ingin menyalahkannya.

Bodoh, bukan?

Ah~ aku menarik nafas panjang, tidak menyadari vas bunga di tanganku sudah di penuhi air dari tadi,

"Ada apa?" tanya Wolf yang membantuku menutup keran di wastafel, aku terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini, dan semua karena pertemuanku secara tidak sengaja dengan Nicholas.

"Tidak," aku menjawab seadanya, tidak begitu berkosentrasi hari ini.

Saat aku mengangkat vas di tanganku, tanganku tergelincir dan nyaris menjatuhkan vas itu....

Akh,

....Wolf dengan sigap menangkap vasnya, "Apanya yang tidak," ucapnya setengah kesal, ah~ ada apa denganku? aku benar-benar...

After Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang