20

1.7K 230 29
                                    

Kenta meninggal karena bunuh diri,

Aku tahu setelah Wolf mengatakannya padaku.

Karena Wolf di nyatakan tidak bersalah, kebencian terhadap Kenta semakin menjadi-jadi. Terutamanya oleh teman sekelas mereka, bahkan satu sekolah mereka, mulai membenci sikap pengecut Kenta terhadap Wolf.

Tidak hanya menjebak Wolf, Kenta pun membuat Wolf menjadi pelaku karena kesaksian palsunya.

Tidak hanya di lingkungan sekolah,

Di lingkungan sekitar, para warga di kampung turut membenci Kenta dan keluarganya. Meski Kenta bukan lah pelaku, hanya saksi semata, tapi karena keterlibatannya di awal dan juga kebohongannya karena membela yang salah membuat Kenta turut menjadi penjahat di mata semua orang.

Tidak lama setelah kasus itu di tutup, Kenta dan keluarganya pindah dari kampung mereka.

Dan, tidak lama setelah Kenta pindah, muncul berita kalau Kenta bunuh diri di rumah barunya.

Sepertinya di lingkungan baru pun Kenta sulit beradaptasi, dan tentu saja, Sakti memanfaatkan itu dan menyebarkan kebohongan kalau Kenta di bunuh oleh Wolf.

Di sisi lain,

Meski Wolf tidak di nyatakan bersalah, kekuatan orang tua Sakti masih sangat kuat, sehingga orang tua Sakti memaksa kepala sekolah SMP mereka juga memberi hukuman pada Wolf, entah itu tidak meluluskannya di semester berjalan alias tinggal kelas...

...atau mengeluarkan Wolf sebagai akibat dari memukul Sakti, anak mereka.

Sakti duluan di keluarkan dari sekolah setelah di nyatakan bersalah oleh pihak kepolisian. Dan, dengan perasaan penuh dendam, orang tua Sakti berpikir Wolf juga pantas mendapatkan hukuman yang sama; sama seperti anak mereka, karena bagaimanapun lebam di wajah Sakti adalah hasil dari tinju Wolf.

Tidak hanya sampai di situ saja,

Paman Otto pun ikut di pecat dari pekerjaannya, juga karena kekuatan dan desakan dari orang tua Sakti. Usut punya usut orang tua Sakti tidak hanya puas mengeluarkan Wolf dari sekolah saja, jadi mereka memakai cara lain untuk menekan Wolf, agar Wolf mau meminta maaf pada Sakti.

Tentu saja, Paman Otto lebih memilih di pecat dibandingkan membuat anaknya menundukkan kepala terhadap orang yang seharusnya melakukan itu terhadap anaknya-

"Harga diri," jawab Paman Otto saat menjelaskan alasannya.

"Pekerjaan bisa di dapatkan lagi, tapi harga diri anak laki-lakiku akan sulit di bangun kembali, jika aku membiarkan Wolf melakukan keinginan mereka."

"Aku tidak ingin Wolf hidup dimana dia harus di injak oleh bedebah yang tidak tahu diri. Bagiku, seorang laki-laki harus punya harga diri, tidak ada yang salah jika dia benar atas tindakannya," jelas Paman Otto bangga, Bibi Juwita yang mendengarnya tersenyum simpul.

Apa yang mereka lakukan pada Wolf membuatku iri,

Paman Otto dan Bibi Juwita sangat menyayangi Wolf, mereka melakukan apa saja agar anak mereka bisa hidup dengan baik.

Pengorbanan mereka, kasih sayang mereka, membuatku terhenyuh, dan membuatku mengerti kenapa Wolf sangat menghargai kedua orang tuanya.

Orang tuanya yang mengantarnya untuk mendatangi rumah Pak Bakrie hari ini.

Hari ini kami datang berkunjung,

Kami itu; aku, Wolf, Paman Otto dan Bibi Juwita. Om Sasha di rumah bersama Happy dan Lucky. Awalnya aku juga tidak ingin ikut, tapi Bibi Juwita bilang lebih baik aku ikut, jadi jika Wolf masih enggan berbicara dengan kedua orang tuanya, masih ada aku yang bisa menegahi.

After Break UpWhere stories live. Discover now