9

1.3K 231 16
                                    

Wolf ngambek,

Lebih tepatnya dia ngambek padaku.

Padahal aku dan dia piket hari ini, jadi bisa kalian bayangkan betapa tersiksanya aku bersama Wolf seharian, dimana dia sama sekali tidak mau bicara padaku.

Dia memang melaksanakan piketnya seperti biasa, membersihkan papan tulis sebelum guru berikutnya masuk mengajar, mengganti air di vas bunga di meja guru yang ada di kelas kami, ataupun membawakan perlengkapan belajar untuk mata pelajaran tertentu.

Tapi,

Dia melakukannya dengan mulut tertutup, dia bahkan tidak membiarkanku bicara lebih dari dua kata dengannya, "Wolf, kau-" aku baru mengucapkan itu, tapi dia sudah pergi mengumpulkan tugas teman-teman sekelas sebagai murid petugas piket.

"Biar saya-" dan dia sudah pergi menemui Bu Martha ketika Bu Martha mencari siapa yang piket.

Melihat Wolf pergi meninggalkanku dalam keheningan, mau tidak mau aku jadi kesal dong.

Arghtt!!

Jika dia punya masalah denganku harusnya dia bilang, tidak menghindariku seperti ini, dan begitu waktunya pulang, kini giliranku membalasnya.

Aku membereskan barang-barangku cepat, sebelum dia muncul.

Setelah pulang sekolah, aku ada latihan drama di kelas, sementara di ada lapangan depan, dia juga ada latihan futsal, dan biasanya setelah aku selesai aku akan menghampirinya lebih dulu atau sebaliknya,

Tapi, kali ini, aku memutuskan untuk tidak menunggunya ataupun menemuinya, aku berjalan cepat-cepat melewati lapangan depan, melewati parkiran, dan menuju pekarangan sekolah.

Wolf tentu saja melihatku, dia dengan segera menghentikan kakinya menggiring bola, keluar dari lapangan dan menyusulku-

"Kau mau kemana?" dia menghalangi langkahku,

Cih.

Aku menyipitkan mataku, berbelok dikit untuk menghindarinya, tidak memperdulikan pertanyaannya, jika dia bisa mendiamiku maka aku pun juga bisa melakukannya, "Hei, Harim!" aku terus berjalan, tidak peduli sama sekali.

Srettt-

Dia menarik tas selempangku, "Kau mau kemana?" dia mengulang pertanyaannya, aku berusaha memberontak, tapi dia lebih ahli, "Harim, aku bicara padamu-"

"Oh, apakah pada akhirnya kau mau bicara padaku? setelah SEHARIAN kau mendiamiku, sungguh mulia sekali." ucapku sarkastik, aku melipat tanganku di dada. Ini hari ulang tahunku tapi kenapa Wolf malah bersikap menyebalkan seharian, mana tadi pas aku mentraktir bakso satu kelas dengan uang pemberian Om Sasha, dia sengaja menghindar, menghilang begitu saja.

Wolf akhirnya sadar kenapa aku menghindarinya kali ini, "Apa kau marah?" tanyanya, aku tidak menjawabnya.

Aku kembali menghindarinya, tapi sebelum aku melangkah lebih jauh-

DIA MENGANGKATKU!?

Dengan mudahnya dia menaruh tubuhku di bahunya, memangnya aku barang? "TURUNKAN AKU!!!" astaga aku tahu dia kuat, tapi aku tuh berat, mana tadi aku habis makan dua mangkok bakso karena emosi padanya.

Dan, lagi kami pasti terlihat sangat konyol saat ini, orang-orang di sekitar kami pun mulai melihat kami dengan pandangan penasaran mereka.

Arghtt!!

Wolt tidak memperdulikan pandangan orang lain, apalagi memperdulikan protesku, dia melangkah dengan posisi kuli yang membawa karung pasir, "Kau akan melarikan diri jika ku lepaskan," jelasnya, menyamakanku dengan hewan peliharaan yang harus pakai di awasi agar tidak kabur.

After Break UpWhere stories live. Discover now