29

531 131 10
                                    

I, i, ini... dimana?

Aku tersesat setelah pergi ke toilet, andai saja aku tahu, aku akan meminta Kak Putri menungguku selesai, jadinya aku tidak akan tersesat di rumah Kak Nicholas seperti ini.

Aku tahu dari awal Kak Nicholas itu kaya, tapi aku tidak tahu akan se kaya ini....

Maksudku rumah macam apa yang punya toilet umum untuk tamu? toilet mah toilet aja, mana toiletnya seperti toilet di hotel bintang lima, yang ada pembagian laki-laki perempuannya, yang dimana satu toilet berisi 3 bilik dengan westafel mewah, tak lupa hairdryer yang bebas di gunakan, sabun yang wanginya semerbak, juga kebersihan yang luar biasa, aku tidak heran jika rumah ini punya OB khusus toilet.

Setelah lima detik panik, aku mulai memberanikan diri kembali melangkah, yang dimana aku yakin aku semakin jauh dari tempat yang aku tuju.

Aduh, mana aku meninggalkan ponselku di tas pula.

Mana daritadi aku tidak bertemu seorang pun-

"Harim," ada suara memanggilku,

Dan,

Meski pada akhirnya aku bertemu seseorang setelah hampir 30 menit tersesat, aku tidak bahagia sama sekali.

Aku tidak bahagia karena aku tahu itu ibuku,

"Apa sekarang kau ingin menganggu Freya, setelah belum puas dengan Nicholas?" tanyanya.

Dia bicara apa sih,

Aku berpaling sebentar dan ternyata aku berada di depan pintu yang memiliki tulisan 'Freya' yang terbuat dari kayu, yang tergantung di depannya. Oh, mungkin ini maksudnya?

"Padahal aku hanya meminta hal yang sederhana darimu, tapi sepertinya begitu sulit kau lakukan." ucap ibuku lagi, berakting seolah semua adalah salahku, masalahnya adalah aku tidak tahu apakah itu benar-benar salahku atau tidak?

"Maaf telah menyela anda, tapi sepertinya ada kesalahpahaman disini." aku tidak tahu kenapa dia begitu sinis padaku, apa karena kedatanganku hari ini? apa karena aku tidak jadi menjauh dari Kak Nicholas?

Toh, aku hanya berjanji untuk tidak mengatakan apapun ke Kak Nicholas dan aku sudah memenuhi janjiku itu, buktinya kan sampai sekarang Kak Nicholas sama sekali tidak tahu kalau aku adalah adik tirinya.

"Salah paham?" ucapnya, begitu meremehkanku.

Aku kesal, amat sangat kesal.

Tidak perlu memakai istilah ibuku, istilah 'wanita ini' lebih baik.

Wanita di depanku mendelik, dia tidak percaya apa yang aku katakan, "Semakin aku melihatmu semakin aku benci melihat wajahmu yang mirip Dennis itu "

Deg,

A, apa dia bilang?

"Apa kau marah karena selama ini aku tidak pernah memperdulikanmu? apa kau ingin balas dendam padaku dengan mendekati Nicholas? KATAKAN APA MAUMU, kau mau uang kan? Dennis, ayahmu, selalu memerasku dengan alasan butuh uang, kau juga pasti begitu, kau-"

Langkahnya mendekat,

Aku tidak tahu apa yang terjadi, terlalu banyak yang terjadi, aku tidak tahu kenapa dia berpikir seburuk itu tentangku, aku bahkan selalu berusaha menerima kalau dia tidak mau menjadi ibuku untuk menjadi ibu orang lain, aku memaafkannya tapi dia malah menyalahkanku?

PLAK!

Yap, dia menamparku.

Tamparan yang cukup keras yang mampu membuatku mengeluarkan air mata, aku tidak tahu aku menangis karena sakitnya tamparan yang aku terima atau sakitnya tuduhan yang aku terima.

After Break UpOù les histoires vivent. Découvrez maintenant