𝟎𝟏𝟑. 𝖲𝖾𝖻𝗎𝖺𝗁 𝖧𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇.

264 37 7
                                    

𝙋𝙀𝙉𝙔𝙀𝙎𝘼𝙇𝘼𝙉━━━

NYANYIAN DAN LANTUNAN musik menggema sepanjang aula.

Di sana, sebuah kapar pesiar mewah, VAN DER WIJCK.

"Allen dan Lorraine tersayang, selamat ulang tahun."

Miriam Beth Beaufort, Istri dari Jendral Astrope Saverus Beaufort sekaligus Ibu dari Allen dan Lorraine tersenyum sayang dihadapan kedua anak semata wayangnya, sembari mengelus-elus puncuk kepala mereka dengan lembut.

Maniknya menyipit, menampilkan iris biru laut miliknya yang indah.

Bibir yang di poles dengan lipstik merah cerah itu hendak terbuka, namun seseorang lebih dahulu memotong perkataan nya.

𝙏𝘼𝙆━━━

"Nyonya Beaufort."

Manik darah itu terlihat menatap dengan tajam seperti seorang pemburu, namun senyuman manis bak seorang malaikat tetap terlukis di wajahnya.

"Oh, Tuan Moriarty."

Miriam nampaknya sedikit terkejut dengan kedatangan salah satu saudara Moriarty, terlebih itu adalah sang Profesor Universitas terkenal di Durham.

"Selamat untuk kedua anak anda.."

William memberi tatapan ujung ekor matanya kepada kedua anak kecil itu, Lorraine terlihat ketakutan hingga bergetar, sementara Allen hanya mengerutkan dahinya tanda tak suka dengan cara William memandang ia dan adiknya.

"Terimakasih." balasan canggung itu berasal dari Miriam yang kebingungan akan situasi sekarang.

"Apakah anda melihat Nona Anneliese?"

Benar saja.

"Ah, soal itu saya kurang tahu Tuan. Seingatku ia pergi menyendiri tadi." balas Miriam.

William mengangguk, tanda tak puas dengan jawaban yang diberikan.

"Biar saya saja yang mencarinya."

Belum sempat Miriam melontarkan tanggapan kepada sang putra sulungnya, anak itu malah lebih dahulu pergi dengan cara berlari kearah lain.

"Astaga! maafkan tindakan lancang anak saya Tuan Moriarty." Miriam berkata kepada William dengan tak enak, sementara pria dihadapannya itu hanya terkekeh.

"Tak masalah,"

William tersenyum lebar, membuat matanya menyipit.

"Tingkahnya benar-benar mirip dengan Tuan Astrope 'benar? sangat pemberontak namun sangat menyayangi keluarganya."

Kalimat yang William keluarkan terasa seperti bisikan kecil di telinga Miriam, wanita itu melebarkan kedua matanya, kemudian menatap sang lelaki dengan tajam.

"Jangan bilang anda tahu..."














































































SOROT HIJAU SAFIR itu memandangi pantulan dirinya pada sebuah cermin dengan mata kosong.

"Sedikit lagi,"

𝙏𝙀𝙎━━━

Air mata turun bercucuran di pipir Anneliese, gadis itu merasakan perasaan yang campur aduk sekarang. Haru, senang, marah, semua itu tercurahkan dari tatapan miliknya yang seakan-akan muak dengan kekejaman status sosial yang terjadi.

𝗔𝗡𝗡𝗘𝗟𝗜𝗘𝗦𝗘 ━━ 𝗆𝗍𝗉.Where stories live. Discover now