17.| Sesuatu yang Istimewa

512 99 11
                                    

MERDEKA!🇮🇩

"MBAK, Naina?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MBAK, Naina?"

Naina menggeliat begitu mendengar suara dari sang ibu. Netranya masih terpejam. Ia tampak tertidur pulas di atas ranjang.

Mina yang baru memasuki kamar anak gadisnya pun menghela napas. "Mbak, bangun. Udah jam tujuh ini." Dengan penuh kasih sayang, Mina menggoyangkan tubuh Naina.

"Tiga menit, Bu." Naina berucap menggunam. Netranya masih terpejam.

Mina berkacak pinggang. "Cepat bangun Mbak. Anak gadis nggak boleh malas. Nanti jodohnya digondol pitik lho."

"Mana ada jodoh diambil ayam. Yang ada itu rezeki yang dipatok ayam," gumam Naina setengah mengigau.

Ibu Naina berdecak. "Lima menit kamu nggak bangun, ibu siram pakai air comberan. Cepat mandi, ingat nanti kita kedatangan tamu penting. Awas aja kalau kamu masih molor," tegas Mina lantas keluar dari kamar putri sulungnya.

Bersamaan dengan itu, Naina bergegas bangkit dari tempat tidur. "Oh, iya, hari ini 'kan teman Pak Lingga mau datang. Aku harus lakuin sesuatu," gumamnya. Dengan mata yang sedikit diselimuti kantuk. Naina tampak memikirkan sesuatu.

Tangan Naina kini terulur mengambil gawai di meja tepi ranjang. Menggeser layar, jemari gadis itu mulai mengirimkan pesan pada seseorang. Setelah tanda centang berubah menjadi biru, gadis itu meletakkan kembali gawainya di meja seraya berjalan mendekati lemari. Mengambil kemeja hitam dengan celana kulot berwarna senada, ia meninggalkan kamar.

Lenggang mengorak menarik hati serentak
Hei-hei, siapa dia?
Wajah sembunyi di balik payung fantasi
Hei-hei, siapa dia?

Naina bersenandung kecil seiring melangkah menuju kamar mandi. Wajahnya terlihat bahagia sekali. Mina yang sedang sibuk di dapur sontak tersenyum melihat perubahan sang putri.

"Semoga pertemuan Naina sama teman Pak Lingga hari ini berjalan lancar," gumam Mina penuh harap. Ia melirik sekilas pintu kamar mandi yang tertutup lantas melanjutkan aktivitasnya merapikan meja makan.

Lima belas menit berlalu sejak Naina memasuki kamar mandi. Gadis itu kini keluar kamar mandi dengan sudah berganti baju dengan outfit serba hitam.

Siapa gerangan tuan
Cenderawasih dari bulan
Ataukah si bintang siang
Pembawa pelipur rasa bahagia

"Aduh-aduh, senangnya yang mau ketemu calon."

Langkah Naina terhenti. Ia tersenyum sekilas ke arah sang ibu. "Oh, iya, Bu. Naina mau minta izin. Abis ini ada kerja kelompok di taman dekat sekolah. Nggak sampai sore kok. Paling jam sebelas nanti pulang."

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang