33.| Pierre dan Masa Lalu

456 87 2
                                    

"SUDAH kembali?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SUDAH kembali?"

Pierre menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan Xaverius. Pemuda itu tersenyum sekilas disertai anggukan. "Aku permisi."

Xaverius hanya mengangguk. Ia tampak memperhatikan Pierre yang terlihat tidak bersemangat memasuki kamar asramanya.

Di dalam kamar, Pierre tampak memasang piringan hitam pada gramofon lantas menyalakannya.

Bunga anggrek mulai timbul
Aku ingat padamu
Waktu kita berkumpul
Kududuk di sampingku

Pierre terlihat menikmati irama lagu. Pemuda itu kembali duduk di sofa. Begitu banyak hal berkecamuk di otaknya.

"Kamu Pierre 'kan?"

Pierre mendongak. Melepaskan earphone yang menyumpal telinga, ia mengangguk.

Gadis berambut panjang itu duduk di kursi berhadapan dengan Pierre. Ia mengulurkan tangan. "Kenalin, aku Kayla. Senja Kayla Shakeera, XII IPA 1."

"Pierre," ujar Pierre singkat.

Kayla tersenyum. Diliriknya buku yang sedang dibaca Pierre. "Ini ... buku sejarah 'kan? Kamu suka sejarah?"

Pierre hanya berdehem. Tidak berniat memberi jawaban.

"Kamu 'kan anak IPA. Aneh rasanya kalau suka sejarah." Kayla masih menampilkan senyum di wajahnya. "Tapi kamu termasuk orang yang unik, sih. Aku dengar dari anak-anak, ayah kamu dokter. Ibumu juga apoteker 'kan? Rasanya agak aneh sih kalau anaknya malah suka sejarah."

Pierre mendongak. Fokusnya menjadi terpecah. Ia terlihat tidak suka dengan perkataan Kayla.

"E-eh, bukannya apa-apa. Artinya kamu unik, beda dari yang lain gitu. Itu bagus, hehe," ujar Kayla lagi meralat perkataannya. Ia menggaruk tengkuk tidak gatal.

"Kalau gitu aku balik ke kelas dulu, ya. Ada ulangan biologi abis ini. Selamat belajar, Pierre." Kayla tersenyum manis. Bangkit dari tempat duduk, ia pun melangkah di antara rak buku. Di tempatnya Pierre hanya menatap punggung Kayla yang semakin menjauh.

"Perempuan aneh," gumamnya.

Engkau cinta kepadaku
Bulan menjadi saksi
Engkau telah berjanji
Sehidup dan semati

"Pierre, kenalkan dia Kayla. Dia anak Tante Anita. Kamu kenal 'kan? Dia pernah datang ke ulang tahun pernikahan Tante sama Oom kamu."

Perempuan bersama Hanin itu setia dengan senyumannya. "Kita udah kenal kok, Tan. Kenal banget malah. Ya, kan, Pierre?"

Pierre mengangguk.

Hanin tersenyum. "Bagus deh. Asal kamu tahu, Pierre. Kayla ini setelah lulus pengen jadi dokter. Cocok deh kalian kalau pacaran. Kamu setelah ini 'kan pengen jadi tentara. Nanti kalau udah sama-sama sukses, bisa itu menikah. Tentara 'kan cocoknya emang sama dokter."

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang