2

8K 196 0
                                    

Agar sopan kamu jangan lupa vote komen share juga ya cerita ini thanks,maaf untuk segala kesalahannya.

.

.

.

.

Jadilah seperti Bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada orang yang telah merusaknya

_Ali bin Abi Thalib _


Malam ini entah kenapa Alina merasakan hawa yang berbeda di hotel yang sedang ia inap ini. Angin dingin yang berhembus dari jendela yang sengaja Alina buka, dan juga suara hujan deras yang cocok sekali untuk tidur.

Tapi Alina memilih untuk membaca beberapa buku novel novelnya. Sendirian, karena sahabat nya aura izin pulang duluan, karena ada acara keluarga, akan menolak karena ia ditinggal sendiri tapi Alina tak tega jadi dia biarkan sahabatnya untuk pulang. Lagian toh sahabatnya sudah janji jika besok dia akan kembali lagi.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Alina terlonjak kaget, saat pintu kamar hotelnya di ketuk dengan kencang. Dia menutup bukunya, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu itu pasti aura tapi kok tumben sudah pulang?

Apa acaranya di batalkan? Setelah sampai dia langsung membuka pintu bercat coklat itu .

" Acaranya gak jadi yah? Kok lang--eh? Siapa kamu?!" Ucap alina ketika melihat bukan aura yang ada di hadapannya melainkan seorang pemuda dengan pakaian urakan dan juga bau alkohol dari tubuhnya yang menyengat.

" Berisik! Biarin gue masuk!" Ucap pemuda itu dengan mendorong Alina dan langsung tiduran di atas ranjang Alina.

Gadis itu terkejut sekaligus panik, bagaimana? Di kamarnya ada seorang lelaki aznabi yang masuk begitu saja? Ia takut menjadi fitnah .

"Mas, Saya mohon tolong keluar! Ini kamar saya! Anda salah kamar!' dengan sedikit ragu Alina menggoyangkan tubuh pemuda yang sudah terlelap tidur itu.

Dia semakin kahwatir takut ada yang melihat dan menjadi fitnah besar baginya.

Tak lama suara bass nan serak masuk ke dalam indra pendengaran Alina. Sontak gadis bercadar itu melirik pada pemuda yang menatapnya dengan tatapan liar pemuda itu.

Alina mengerti langsung akan menjauh, namun tangannya di cekal oleh pemuda itu.

" Lo harus puasin gue! Sini Lo!!"

Tuk !

" Awsss... " Alina meringis kala pemuda itu membanting tubuhnya ke ranjang dengan agak kuat. Tubuhnya sudah panas dingin takut sesuatu hal yang aneh aneh di lakukan oleh pemuda yang sekarang malah menindihnya.

" Lepas!saya mohon lepas!" Teriak Alina namun tak di hiraukan oleh sang empu. Tangan pemuda itu malah merambat naik untuk melepaskan cadar yang ia pakai.

Gadis itu menggoyangkan kepalanya ke kanan-kiri agar cadarnya tak lepas, tapi naas cadarnya terlepas dan memperlihatkan wajahnya walaupun hanya setengah.

Tttt!!!

Lampu mati, alina bersyukur itu bisa membuat pemuda itu lengah namun, saat dia memberontak pemuda itu malah makin mengungkung nya.

" Lo gak akan bisa lepas dari gue,baby."

Hari ini adalah hari dimana sesuatu yang Alina jaga dan pelihara untuk suaminya yang halal nanti di rebut paksa oleh seorang pemuda yang tak ia kenal. Sesuatu yang harusnya ia jaga, tapi ia gagal dalam melakukan itu.

Suara ringisan pelan, alina menangis dia tak percaya dengan apa yang sedang dia alami ini. Kenapa harus dia? Kenapa. Dia bahkan tak mengenali pemuda ini, kenapa harus menjadi seperti ini? Liburan yang seharusnya meringankan pikirannya malah menambah pikiran dan masalah hidupnya

Ingatlah,Alina tak akan melupakan wajah lelaki ini,Tidak akan!

Air matanya turun dengan deras membasahi pipi gembul nya, dengan kesadarannya yang sudah tipis Alina memasrahkan semuanya kepada Allah, semoga ini mimpi hanya mimpi.

" Bun,Yah.Maafin Alina, Alina gagal menjaga mahkota berharga Alina. maaf yah,Bun. maaf, Ya Allah maafkan saya ya Allah.karena saya sudah lalai menjaga kehormatan diri saya. Tolong hamba mu ya Allah tolong..."

.

.

.

.

.

" Eurggghhh... di mana gue?" Gumam Keenan saat pertama kali di suguhkan dengan kamar bernuansa putih.

Kepalanya sangat pusing, dia melirik pada selimutnya, dan dia membelalakkan matanya, Aat tak ada sehelai benangpun menutupi seluruh tubuhnya. Hanya di tutupi oleh selimut berwarna putih dengan ada beberapa bercak darah.

Dia melirik pada samping tempat tidurnya, yang sudah tak ada siapa siapa dan menyisakan sebuah jam tangan perempuan berwarna hitam merah, mungkin saja itu jam tangan perempuan yang ia tiduri tadi malam.

" Sial! Apa yang gue lakuin? Bagaimana ini? Dahlah bodo! Entar gue cari tuh cewe sekarang gue mandi aja ini dah terlambat sekolah gue!"


.


Alina berjalan dengan sedikit menahan rasa sakit di bagian sensitifnya. Di balik cadarnya dia terus menangis tak tahu harus bagaimana.

Ternyata malam tadi bukan mimpi, itu adalah nyata dan Alina tak tahu harus bagaimana, satu satunya dia hanya harus menikah dengan pemuda yang baru saja menodai dirinya.

" A-assalamualaikum,Bun yah.. buka pintu nya." Ucap Alina sedikit menahan rasa sakitnya.

Tak lama pintu terbuka menampakan seorang wanita paruh baya berbaju ungu dengan hijab hitamnya.

Hati Alina terkikis dan tertusuk ribuan belati saat bundanya tersenyum kepadanya. Apakah setelah tahu semua nya ibunya masih akan tersenyum padanya? Atau akan membencinya ?

Dipaksakan Alina tersenyum di balik cadarnya, menyalimi dan menciumi pipi kanan dan kirinya bundanya dalam hati ia merasa sangat hancur.

" Maaf,maaf, dan maaf... ya Allah ujian apa ini ? Hamba takut tak bisa menerimanya ya Allah, tolong hamba."

" Gimana sayang? Seru gak liburan nya? Pasti seru ya kan,ayo masuk dulu... eumm, tapi katanya kamu mau pulang besok kok sekarang?"

Alina mengangguk.

" Iya, awalnya tapi ternyata alin gak betah Bun jadi pulang cepetan."

" Yaudah kalo gitu, Ayo masuk bunda dah masak , kita makan sama sama."

" Makasih bun."

Alina berusaha mati Matian menahan air matanya agar tak terjatuh di hadapan orang tuanya. Rasanya dia tak nafsu makan makanan di hadapannya.

Dia menatap kedua orang tuanya yang sedang menikmati makanan mereka, hatinya terasa sangat sakit ketika senyuman manis selalu ibunya ukir di wajahnya.

" Maafkan Alina." Batin gadis itu , tangannya mengambil sendok dan menyuapkan sesendok nasi kepada mulutnya itupun dengan sedikit paksaan.

" Kamu kenapa sayang? Bunda perhatian wajah kamu pucat." cemas bundanya.

" Eh? Gak papa Bun, Alin kecapean aja." Bohong nya padahal dia ingin sekali menceritakan apa yang telah menimpa nya pada bundanya.

" Bener?" Tanya bundanya dengan penuh curiga.

" Iya, bunda kuh tersayang." gemas Alina. Mereka pun makan dengan khidmat tapi Alina tampak tak berselera.


























Btw Alina kasian banget ya? Apa enggak? Konfliknya kurang rame? Apa kurang seru? Hahaha

Tim konflik berat

Atau ringan nichh?

Komen ya.. aku up deh! In syaa Allah

My husband is ketua geng motor (End Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang