KANTIN

121 9 0
                                    

Alen melihat teman-teman cewek di kelasnya dengan girang memakan coklat yang dikasih oleh Alena. Alen tau betul, gadis-gadis itu tengah melahap coklat pemberian Nathan. Terus, coklat yang diberikan Alen untuk Alena ada di mana?

Alen diam-diam berdiri dari duduknya. Alen mengintip meja Alena yang terhalang oleh tubuh gadis di depannya. Secarik senyum terukir di bibir Alen. Coklat pemberiannya ternyata di simpan Alena di atas meja. Sementara Alena lagi sibuk mengerjakan soal-soal yang ada di bukunya.

"Na, coklat lo masih ada, gak? Gue juga dong," minta Yuna sang ketua kelas yang baru datang menghampiri Alena sembari tertawa cengir.

Alena berhenti mencakar di bukunya. Alena mengangkat wajahnya melihat Yuna. Lalu mengambil coklat-coklat kecil di atas mejanya. Alena melebarkan telapak tangannya di udara yang berisi coklat-coklat pemberian Alen.

"Coklat silverqueen udah abis, sih. Sisa yang ini doang. Mau?" tawar Alena dengan senang hati.

"Boleh," jawab Yuna. Saat hendak mengambil coklat-coklat itu, Alen dengan gesit nan cepat langsung menepis tangan Yuna.

"Eh, gak boleh. Itu coklat yang gue kasih khusus cuma buat my girlfriend. Lo mau, ya beli aja sendiri," tegas Alen dengan percaya diri. Alen menutup telapak tangan Alena dan menurunkannya.

"Khusus buat kamu aja. Jangan suka berbagi apa yang aku kasih."

Alena dan Yuna menatap Alen dengan datar. Alena kemudian meraih telapak tangan Yuna dan memberikan semua coklat pemberian Alen pada Yuna.

"Ambil aja, Yun. Itu coklat udah jadi milik gue. Bukan lagi milik Alen," papar Alena lalu kembali duduk.

"Makasih, Na," balas Yuna sangat bahagia. Yuna pun melangkah pergi. Namun, sebelum itu Yuna menampakkan muka jeleknya pada Alen sebagai ejekan.

Alen yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo di tempat. Alen kemudian duduk kembali di bangkunya dengan suasana hati yang mendung.

***

Jam istirahat kedua kembali berbunyi. Kali ini, perut Alena sudah terasa lapar. Alena merapikan buku-bukunya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kaki ke kantin.

"Cantik, kita putus aja, deh. Aku udah gak cinta lagi sama kamu," kata Alen yang berdiri tepat di samping Alena.

Alena menghela napas lelah mendengar omongan kosong Alen. Memangnya, sejak kapan mereka pacaran?

"Hm, terserah lo." Alena berdiri dari duduknya setelah peralatan belajarnya telah rapi. Alena melangkah melewati Alen begitu saja.

Saat Alena berada di ambang pintu, Alen berteriak, "Kali ini kita beneran putus, loh." Ini adalah usaha Alen untuk mencegat Alena. Namun sayangnya, sepertinya Alena tidak peduli. Gadis itu tetap melangkah pergi.

***

Baru lima menit Alena meninggalkan kelas, Alen si cowok over aktif itu kini berada di kantin dan duduk tepat di hadapan Alena. Intinya, Alen menyusul Alena di kantin.

Alena tidak menghiraukan keberadaan Alen yang ada di depannya. Alena menyibukkan diri pada ponselnya sembari menunggu pesanannya tiba.

"Cantik," panggil Alen, tetapi orang yang dipanggil tidak memberikan sahutan.

Semangat Alen tidak luntur walau dibegitukan oleh gadis di hadapannya. Malah semangat Alen semakin membesar untuk menaklukkan hati seorang Alena.

"Alena."

"My ex."

"My baby."

"My sweetie."

"My baby hani sweetie sekunci-kunci dunia," panggil Alen semakin menjadi-jadi. Alen akan terus berusaha sampai Alena menanggapinya.

Alena menelan salivanya susah payah, lalu menghela napas sangat berat. Alena mengangkat wajahnya menatap malas Alen. "Apaan, sih?" Nada suara Alena terdengar risih.

Alen tersenyum gembira. Ia diam sejenak menikmati wajah cantik Alena. "Em, kita gak jadi putus. Aku cancel ucapan ku pas di kelas tadi."

"Hm, terserah lo," jawab Alena tidak peduli. Alena asal mengiyakan saja omong kosong Alen agar dialog diantara mereka berdua tidak memanjang ke mana-mana. Tenaga Alena masih harus ia gunakan untuk belajar.

Dalam masa-masa menunggu pesanannya tiba, Alen dan Alena sama-sama diam. Alena yang sibuk pada ponselnya dan Alen yang hanya clingak-clinguk melihat aktivitas siswa-siswi di kantin.

***

Citra-teman kecil Alen sekaligus anak dari kelas unggulan, dari kejauhan memperhatikan keributan Alen dan Alena yang menjadi pusat perhatian siswa-siswi di kantin. Citra menggigit bibir bawahnya kesal. Pasalnya, selama mereka berteman, Alen tidak pernah se-excited itu ketika bersamanya. Jujur, Citra cemburu.

Citra memandang jus leci di tangannya dan Alena secara bergantian. Citra tersenyum tipis dan mulai berniat untuk menumpahkan minumannya ke seragam Alena. Bagi Citra, semua orang bakal percaya dirinya tidak sengaja melakukannya karena di sekolah ia dikenal sebagai cewek polos dan lugu.

Citra mulai melangkah untuk merealisasikan aksinya. Citra sengaja berjalan terburu-buru ke arah meja Alena dan langsung menjatuhkan tubuhnya ketika berada di dekat Alena.

Citra berpura-pura susah payah untuk membangkitkan tubuhnya. Citra menampakkan wajah cemasnya sebab jus lecinya tertumpah tepat di seragam putih Alena membuat pakaian dalam cewek itu terlihat jelas.

"A-Alena? Ma-maaf, aku gak sengaja."

PUTUS LIMA MENITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang