SANDIWARA YANG HANCUR

42 11 0
                                    

Plakkk!!!

Suara tamparan Yuna yang mengelus kasar pipi Chiko. Beberapa menit yang lalu Chiko menghampiri Yuna dan menyuruhnya untuk bersandiwara menamparnya agar perhatian semua orang langsung tertuju pada mereka.

Chiko sudah yakin sedari awal jika Alen mulai cemburu buta ketika anak sekolah sebelah mendatangi, melindungi, dan mengajak Alena berbicara. Chiko juga merasa kalau Alena sudah muak menjadi topik perbincangan yang dibuat Alen dengan mengikutsertakan gadis itu. Oleh karenanya, Chiko sedikit berkorban melindungi mereka dengan melakukan sandiwara bersama Yuna.

Chiko memegang pipinya yang terasa keram sembari menatap tak percaya pada Yuna. Chiko cuma tidak menyangka kalau tamparan Yuna bisa sekeras ini.

"Lo budek, ya dari kemarin? Gue bilang gak usah dekat-dekat, ya gak usah dekat-dekat." Yuna melanjutkan aktingnya dengan mulai berkoar-koar. Yuna harap cowok di depannya yang sama sekali tak dirinya kenal itu, bisa menyaimbangi drama yang dibuatnya.

Benar saja, seketika semua pandangan tertuju kepada mereka. Termasuk Alen dan Alena yang menatap tak percaya.

"Kenapa diam?" bentak Yuna. Sementara Chiko masih memegangi pipinya yang terasa perih.

"Kenapa? Sekarang lo bisu, ha? Gak bisa ngom ..." Kalimat Yuna terhenti saat tiba-tiba Citra menghampiri mereka dan langsung menumpahkan seluruh minumannya kepada Yuna.

Seketika suasana semakin memanas. Para siswa-siswi yang menyaksikan secara langsung mulai mengeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian itu.

Mulut Yuna terbuka setelah dirinya disiram oleh Citra. Yuna sesekali mencoba membersihkan wajahnya dari minuman yang masih menempel pada mukanya. Darah pitan Yuna perlahan-lahan naik ke ubun-ubun.

"Kamu punya hak apa ngegampar sahabat aku?" tanya Citra marah dengan nada suara yang begitu feminim. Citra memandang Yuna tidak suka.

Alen, Alena, dan Chiko sudah pasti membelalakkan kelopak matanya tidak percaya. Chiko menelan salivanya susah payah. Chiko melangkah mendekati Citra untuk mencoba menenangkan gadis itu.

"Cit, udah. Gue gapapa," bisik Chiko sambil memegangi kedua bahu Citra yang naik turun.

Yuna mengangkat wajahnya, lalu meniup poninya yang masih basah. Kemudian, Yuna tersenyum sinis bak iblis yang marah dan ingin membalas dendam. Yuna tertawa pelan. Yuna menatap Citra dengan remeh.

"Berani ya lo sama gue?"

"Aku gak pernah ..." Kali ini Yuna memanfaatkan waktu. Secepat kilat, Yuna menampar rahang Citra sekuat tenaga. Sepertinya, tamparan ini lebih keras dari tamparan yang diberikannya pada Chiko.

Tidak berhenti di situ. Sepersekian detik, Yuna melangkah maju dan menarik rambut panjang milik Citra.

Melihat itu, tentu Alen tidak tinggal diam. Namun, baru saja ia melangkah ingin membantu Citra, Chiko sudah berhasil menghentikan aksi Yuna.

Chiko mencengkram pergelangan Yuna dengan kuat membuat gadis itu tidak dapat menggerakkan tangannya. Yuna merintih kesakitan, kemudian Chiko menghamparkan tangan Yuna. Baru saja Yuna ingin mendekati Citra lagi, Chiko mendorong Yuna untuk menjauh. Sebab tenaga Chiko yang terlalu besar, Yuna sampai terhempas ke tanah. Sekali lagi, Yuna merintih kesakitan.

"Yuna!" teriak Alena yang langsung menghampiri Yuna. Alena membantu Yuna untuk bangun.

"Yun, kita ke UKS dulu, ya?" Yuna hanya mengangguk pelan.

Saat Chiko mendekati kedua gadis itu untuk menolong, Alena langsung membuang tatapan tajam pada Chiko.

"Gue bantu, ya? Gu-gue gak sengaja." Chiko jadi gagap sendiri akibat tatapan tidak suka dari Alena.

Alena tidak menggubris ucapan Chiko. Alena kembali memapah Yuna hingga saat mau melewati Alen, Alena sejenak berhenti melangkah. "Gue tau, dia sahabat lo. Ajarin tu sahabat lo cara ngehargain perempuan. Selagi dia gak bisa bersikap baik, kita selamanya gak usah saling ngomong," pesan Alena memberi peringatan tegas kepada Alen.

Alena kembali memapah Yuna. Alen ingin ikut untuk membantu Alena membawa Yuna ke UKS. Namun, saat melangkahkan kaki mendekati kedua gadis itu, Alena berkata, "Gak usah sok baik. Urusin aja tu yang bener sahabat lo!"

Tak jauh dari tempat kejadian, cowok yang tadi melindungi Alena dari bola basket, berlari mendekati Alena dan Yuna.

"Kalau gue yang bantu kalian, boleh gak?" Cowok itu menatap Alena.

"Kasian teman lo tu, kayaknya gak sanggup lagi buat jalan. Biar gue gendong di punggung gue aja, ya?" lanjut cowok itu menawarkan bantuan.

Alena diam, entah harus berbicara apa. Tanpa ada aba-aba atau persetujuan dari Alena dan Yuna, cowok itu langsung membungkuk memberikan punggungnya. Sebab tak ada reaksi yang diberikan dari Yuna, cowok itu dengan paksa langsung menggendong Yuna.

"Lo di depan, tunjukin gue arah UKS sekolah lo," pinta cowok itu pada Alena.

Alena hanya menghela napas pasrah, lalu kembali melangkahkan kakinya menuju UKS.

Sementara Alen yang menyaksikan itu hanya bisa mengepalkan tangannya sekuat tenaga. Alen memejamkan matanya sambil menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Kemudian, Alen menoleh pada Chiko dengan tatapan tidak habis pikir. Alen melangkah ke kedua sahabatnya.

"Udah, kita obatin juga dulu pipinya Citra," kata Alen.

...

Gas nulis dengan harapan ada yang baca dengan memberikan komen dan votenya untuk membangun cerita ini.

Ada yang kesal sama Chiko gak? Atau sama Citra? Berharapnya ada, ya. Soalnya aing ikut emosi pas nulisnya, hehehe.

Salam semangat ditiap hari!!!

See you di chapter selanjutnya!!!

Bye-bye.

Note: Ini update ketiga hari ini.

PUTUS LIMA MENITWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu