PERMINTAAN KAKEK & NENEK

70 10 0
                                    

Alen baru saja selesai mandi. Alen keluar dari kamar dan turun melewati beberapa anak tangga. Alen berniat untuk membantu Kakek dan Neneknya menyiapkan pesanan orang-orang di bawah.

Disclaimer, Alen tinggal di rumah bertingkat dua. Di satu ruangan di lantai dua adalah kamar Alen, Nenek dan juga Kakek. Sedangkan di lantai satu atau lantai dasar dijadikan sebagai rumah makan.

Alen berdiri di samping Nenek yang lagi menyiapkan pesanan sambil memasang celemek di tubuhnya.

"Masih ada pesanan yang belum disiapkan gak, Nek?" tanya Alen sembari memakai sarung tangannya.

Nenek yang lagi menuangkan kuah pangsit di mangkuk-mangkuk yang telah terisi oleh mie pangsit dan beberapa bahan penyedap rasa menjawab, "Iya, Len. Kamu bisa bantu Nenek buatin adonan pangsitnya, nda?"

"Itu doang, Nek? Ah, bagi Alen mah itu kecil. Tunggu, ya Alen bakal ngebuatinnya dengan cepat. Kekuatan Alennn." Alen kemudian mulai membuat adonan untuk mie pangsit. Sedangkan Nenek hanya tertawa pelan seraya geleng-geleng karena tingkah random cucu semata wayangnya itu.

Empat puluh lima menit pun berlalu. Alen menyeka keringat di pelipis dan juga lehernya menggunakan lengan kanannya. Akhirnya, seluruh pesanan tadi sudah terselesaikan. Alen memandang ke depan. Kursi-kursi masih penuh oleh pelanggan-pelanggan yang sedang menyantap makanan mereka.

"Alen, sini," panggil Kakek agak sedikit berteriak dengan raut wajah antusiasnya yang lagi berada di kasir. Nenek sudah ada di sana memperhatikan layar ponsel di genggamannya menggunakan kacamata rabunnya. Alen pun berjalan santai ke arah mereka dengan bingung.

Alen duduk tepat di samping Nenek. "Kenapa, Kek?"

"Ini loh, Len. Si Chiko ngirimin foto kamu lagi ngerangkul cewek ke Kakek. Mana kamu gak pake baju lagi. Dia pacar kamu, ya Len?"

Alen tertegun sejenak mendengar ucapan Kakek. Lalu dengan cepat Alen melihat layar ponsel di genggaman Nenek. Benar saja, ini foto kejadian di kantin siang tadi.

Gila si Chiko! Ngapain pake ngirim ini ke Kakek segala?!

Alen menatap wajah Kakek dan Nenek yang berbinar bahagia. "Di-dia ... Calon pacar Alen." Setelahnya, Alen tertawa canggung. Alen bingung harus memasang raut wajah seperti apa.

"Owalah, gitu toh. Tapi selera kamu bagus juga, Len. Dia cantik. Kenapa kamu gak sekalian coba kenalin ke Kakek dan Nenek?"

Alen terdiam sambil menelan salivanya susah payah. Alen cuma bisa memasang senyuman kaku di wajahnya.

Gimana Alen mau ngenalin ke Kakek dan Nenek, kalau Alena aja masih sering nolak buat ngobrol sama Alen.

"Bisa gak, Len besok kamu bawa dia ke sini?" sahut Nenek membuat Alen makin tidak bisa berkutik.

Alen manggut-manggut dengan pikiran yang kosong. "Ah, iya. A-Alen usahain buat dia datang besok," jawab Alen yang paling tidak bisa menolak permintaan sang Nenek.

Gimana caranya bawa Alena ke sini?

***

Jam istirahat pertama sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kelas sudah kosong, menyisakan Alen dan Alena di dalam. Alena masih fokus mengerjakan soal-soal matematika, sementara Alen masih mengumpulkan keberanian untuk mengajak Alena ke rumahnya.

Alen menelan salivanya susah payah. Alen berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya maju, berhenti tepat di samping bangku Alena. "Cantik," panggil Alen.

Alena tidak berkutik dari tempatnya. Alena hanya memberhentikan aktivitasnya dalam mengerjakan soal-soal matematika.

"Kita boleh bicara bentar aja, gak?"

Alena merenung sejenak. Alena menghela napasnya sekali, lalu mengangkat wajahnya memandang Alen yang berdiri di sampingnya. "Boleh, tiga menit gue kasih waktu."

Setelah itu, Alena memasang stopwatch di ponselnya. "Mau ngomong apa?" tanya Alena.

"Itu ... Kamu ada waktu gak, pulang sekolah bentar?"

"Gak ada waktu. Jam segitu gue gunain buat istirahat."

"Kalau ... Kalau sore?"

"Gue ada kursus."

Alen terdiam sejenak. Alen sudah menduga kalau ujungnya akan berakhir pada penolakan.

"Udah? Itu doang yang mau lo omongin?"

"Anu ... Itu sebenarnya, Kakek dan Nenek aku pengen banget ketemu sama kamu. Mereka tau kamu dari foto kita karna insiden di kantin kemarin. Sumpah, bukan aku yang ngasih liat ke mereka," jelas Alen panjang lebar. Alen takut Alena nanti bakal membenci dirinya karena merepotkannya.

"Tapi tenang aja. Aku bakal ngejelasin ke Kakek Nenek aku, kalau kamu lagi sibuk," lanjut Alen.

Alena terdiam sejenak. Alena mulai mempertimbangkan permintaan Alen barusan. Alena tertunduk menatap lembaran-lembaran cakarannya di atas meja.

Ketemu Kakek Neneknya, ya?

"Pulang kurus gue bisa," putus Alena menerima tawaran Alen.

Alen yang mendengar itu, seketika membelalakkan matanya tidak percaya. Hati Alen begitu senang bahkan seharian ini hatinya yang gundah langsung penuh semangat seratus persen.

"Beneran bisa?" Alen mencoba memastikan bahwa yang didengarnya tidaklah salah.

"Iya," balas Alena sekenanya.

"Oke, nanti abis pulang kursus, kamu langsung ngirimin aku tempat kursus kamu. Biar aku yang jemput, ya?

"Iya."

Yes!!! Aku bisa ngabawa Alena buat ngenalin ke Kakek dan Nenek. Yuhu!!!

...

Ternyata seharian bisa 4 chapter, hehehe. Walau gak ada yang baca, aing harus tetap nulis aja.

Semoga bisa sampai tamat. Amin, paling serius.

PUTUS LIMA MENITWhere stories live. Discover now