Chapter 7: The Fool Liar

7 2 0
                                    

Ramuan pemancing merupakan alat yang sering digunakan para pemburu monster. Memiliki kasiat untuk membuat suatu objek menjadi pancingan untuk target yang diinginkan dengan hanya mencampurkan bagian tubuh dari target—biasanya beberapa bulu monster ataupun kulit ke dalam cairan itu.

Cukup efektif untuk mengincar banyak target namun, tidak dengan objek yang digunakan. Ramuan itu bersifat racun yang membuat objeknya perlahan mati dan mengurai setelah ditelan target. Maka tidak heran, Brow yang dijadikan objek pancingan terlihat sangat kesakitan akibat ramuan itu.

Walaupun begitu, mendengar siulan dari Masternya, Brow tetap menukik ke arah Adda dan mendarat di kepalanya. Kedua sayapnya direntangkan hingga dirinya terlihat seperti topi di atas tudung jubah Adda.

"Apa yang kamu lakukan, Bella?" teriak Howard yang memahami situasi.

"Apa lagi, tamu harus dilayani, bukan?" tanya balik Adda sambil mengikuti pandangan semua orang ke arah langit.

Seperti harapannya, Brow membawa beberapa monster ke area sekitar Adda. Suara teriakan ngeri bercampur pertahanan penjaga terdengar saling bersahutan. Tidak terkecuali Howard dan kawanannya. Mereka dengan panik berusaha untuk lari dari tempat itu. Sayang untuk yang memegang Adda, mereka meronta karena terbang bersama Adda.

Beruntung bagi Adda, jubah yang diberikan Howard memang memiliki sihir untuk menyamarkan identitas. Sehingga dia tidak perlu susah payah untuk menggunakan kemampuannya.

Sayap itu menggantikan posisi kedua tangan Adda. Sayap berukuran besar dan terlihat kuat. Memiliki warna biru kehitaman seperti langit malam nan cerah. Jika dilihat dari dekat, bulu sayapnya panjang dan berujung tajam.

Jadi wajar, kedua pengikut Howard yang mencengkeramnya tadi tampak sangat kesakitan memegang sayap Adda. Bisa dilihat darah mulai mengalir dari pegangan itu.

"Sial! Lepaskan kami!" teriak pengikut Howard yang berbadan besar.

Adda tersenyum meremehkan. "Dilihat malah kalian yang tidak ingin melepaskan diri. Sana kalau mau, paling kalian mati."

"Dasar Harpies sialan! Kamu memang mengkhianati kami!" teriak satunya yang ingin kembali memaki Adda lagi namun terhenti saat merasakan cairan licin di pegangannya.

"Playing victim. Kalian yang melanggar. Jika kalian mengikuti rencanaku, tidak akan ada yang mati seperti ini, bukan?"

"Apa maksudmu?!"

Adda menyeringai. "Karena kalian asyik diajak mengobrol, aku akan memberikan kalian kematian yang cepat tanpa sakit."

Belum sempat kedua orang itu membalas, mereka merasakan Adda menukik dengan tajam ke arah bawah. Menuju ke mulut monster berbentuk ular yang sedang menganga. Mereka tidak sempat berteriak dan hanya bisa melihat pandangan jijik Adda sebelum tertelan monster tersebut.

Gangguan belum berhenti sampai situ ketika Adda menyadari para monster sedang menuju ke arahnya karena mencium bau Brow. Para prajurit juga turut memberikan serangan karena itu, diikuti oleh beberapa pemburu monster lainnya dan juga Howard beserta kelompoknya yang pasti mengatakan bahwa ia biang keladinya.

Dengan bimbingan angin yang membantunya, Adda bergerak ke arah pohon besar di dekatnya. Ia mendarat di salah satu batang pohon yang tersembunyi dan segera membaringkan Brow di depannya.

Adda mengambil sebuah botol kecil, penawar dari racun ramuan pemancing. Berkat informasi dari No Name, mereka mempersiapkan hal tersebut.

Adda mengelus Brow dengan lembut. "Bertahanlah Brow, kamu akan baikan, " bisiknya melihat pet contract-nya yang mulai tenang dan tidak merintih. "Syukurlah," ucap Adda sambil melirik ke sekitarnya. Para monster mulai menjauhi pohon itu dan mengincar orang-orang di bawahnya.

Below The Sacred TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang