Bab 55

1.5K 195 28
                                    

Haiii guys, maaf banget kemarin mau update malah lupa 🙏😭

Padahal draf udah beres, dan baru inget pas jam 11 malem. Jadi aku putusin buat update hari ini. Maaf yaaa T__T

🍃

Tepat ketika bel pulang sekolah berbunyi, Mila dan Yuna sepakat untuk pergi ke rumah sakit guna menjenguk November. Sebenarnya sudah sejak hari pertama November absen, mereka ingin menengoknya tetapi dilarang. Baru semalam November menyuruh mereka datang karena ada sesuatu yang harus dikatakan.

"Kira-kira November mau ngomong apa ya, Mil?" tanya Yuna sambil memperhatikan Mila yang masih memasukan buku-bukunya ke dalam tas. 

"Gue juga gak tahu. Yang pasti, Nobi punya rahasia. Lo tau, kan, dari dulu Nobi emang gak terlalu terbuka sama kita. Dari dia yang pergi ke London mendadak dan balik lagi ke sini tanpa ngabarin." 

"Bener, sih. Jujur, gue dulu ngerasa kalau kita ternyata gak sedeket itu sama Nobi. Kita kaya cuma sekedar teman main. Cuma sebatas kenal dan tahu Nobi sama keluarganya. Selebihnya kita kaya orang dongo yang gak tahu apapun," tukas Yuna dengan mimik sedih.

"Tapi, Mil, kita juga gitu, gak, sih? Lo dan gue pasti punya rahasia yang gak dibagi ke siapapun, kan?" 

Mila terdiam sebentar, lantas mengangguk. "Iya. Kita semua pasti punya." 

"Yaah..., seenggaknya Nobi masih anggap kita temen. Dia juga baik dan peduli sama kita, meski kadang pake cara yang nyebelin," imbuh Mila jujur.

"Tapi gue seneng bisa temenan sama Nobi, Mil," ucap Yuna tulus, membuat Mila tersenyum. 

"Gue juga." 

"Ayo, pergi. Nanti takut kesorean, jam besuknya keburu habis," ajak Yuna sembari melihat jam di pergelangan tangannya.

Lalu keduanya keluar dari kelas, menuju tempat parkir sambil terus berbincang. Membicarakan banyak hal yang berkaitan dengan kegiatan dan rencana mereka hari ini ataupun yang akan datang. Begitu sampai di parkiran sekolah, mereka mendapati Selatan sudah berdiri di samping mobil Mila. 

Melihat kedatangan sepasang sahabat itu, punggung Selatan menegak dengan senyuman canggung. "Kalian mau jenguk Nobi, kan? Gue ikut. Boleh?" pintanya penuh harap.

Mila dan Yuna saling melirik. Bingung. Pasalnya, mereka tidak tahu apakah November akan mengizinkan atau tidak. Namun di sisi lain, keduanya juga tidak punya hak melarang Selatan untuk menjenguk gadis itu. Siapapun pasti boleh datang, kan? Terlebih Selatan bukan orang asing bagi November. 

Bisa Mila lihat raut kecemasan di wajah Selatan yang nampak tirus, bahkan ada beberapa lebam biru yang samar tercetak di bagian tulang pipi. Sepertinya, sejak kepindahan Malika, hari-hari Selatan tidak langsung membaik begitu saja. 

"Please. Gue cuma mau lihat keadaannya Nobi," mohon Selatan yang tentu saja membuat Mila tak tega untuk menolaknya. 

Akhirnya mereka pergi ke rumah sakit bersama-sama. Selatan menunggangi kuda besinya mengikuti mobil Mila dari belakang. Sama seperti mereka, Selatan sangat ingin tahu bagaimana keadaan November sekarang, apalagi gadis itu sudah absen hampir seminggu tanpa kabar yang akurat. 

Wali kelas memang memberitahunya bahwa November sedang sakit, tetapi ketika Selatan bertanya apa penyakit yang membuat November tidak bisa ke sekolah selama itu, sang guru enggan menjawabnya. 

Perjalanan singkat yang hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam, tiga orang yang masih memakai atribut siswa itu sampai di rumah sakit tempat November di rawat. November sudah memberitahu Mila nomor kamarnya lewat group chat semalam, sehingga mereka tidak kebingungan. 

Goodbye, NovemberWhere stories live. Discover now