Bab 61

1.7K 174 65
                                    

Halooo, apa kabar? Baik, kan?
Iya, iya, maaf. Jangan marah, ya :(
Aku tahu update nya lamaaaa banget wkwk kaya kalian lagi sayang-sayangnya sama November malah ditinggal hiatus. 
Aku minta maaf yaa semua, tapi aku punya alasan buat gak nulis November dulu karena takut gak sesuai sama apa yang aku ceritakan di awal. Jujur, aku sempat ngalami writer's block saat nulis November, apalagi aku juga lagi garap AU di instagram jadi aku lebih milih buat fokus apa yang buat aku lebih enjoy dan nulis Beautiful Feeling membuatku cukup healing.


Semoga kedepannya aku makin rajin update November yaaa, soalnya bentar lagi menuju tamat, sih. Aku usahain untuk upadate seminggu sekali, ya!

***

"Kita mau pergi kemana?" 

November menatap Horizon yang tengah membantu memasang sabuk pengamannya. Horizon tersenyum kecil lalu mengecup pelipis November sekilas. Membuat gadis itu berjengkit kaget. Entah sejak kapan Horizon selalu mencuri kesempatan untuk menciumnya. Bukan risih, hanya saja terkadang November masih belum terbiasa dengan hal tersebut.

"Ke tempat yang lo mau," jawab Horizon seraya menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya keluar dari halaman rumah November. 

Kening November mengernyit. Memangnya ada tempat yang ia ingin datangi? Bahkan Horizon belum bertanya padanya sejak laki-laki itu datang ke rumah. Walau penasaran setengah mati, ia tidak mendesak Horizon untuk memberitahunya. Lagu yang berputar dari playlist, menemai perjalanan mereka menuju tempat rahasia yang akan menjadi kejutan tersendiri untuk November. 

Beberapa lama berkendara, mobil berhenti di depan sebuah bangunan sederhana yang nampak sedikit kumuh. November mengikuti Horizon yang turun dari mobil dan membuka bagasi belakang. Sepasang mata gadis itu terkesiap kala mendapati banyak banyak sekali bingkisan yang  dikumpulkan dalam beberapa kardus. November benar-benar tidak menduganya. 

"Kita mau ngapain, Kak? Kok, lo gak bilang mau ke panti asuhan?" tanya November.

Horizon yang tengah menurunkan muatan, tak langsung menjawab. "Bantuin dulu, Sayang," pintanya setelah meletakan dua kardus sekaligus.

"Kenapa gak ngasih tahu gue kita mau kesini?" gerutu November sedikit kesal, sambil ikut membantu membawa beberapa barang yang tidak terlalu berat.

"Surprise."

November berdecak. "Gue gak ulang tahun, ngapain dikasih surprise."

"Gue," timpal Horizon yang tersenyum tipis melihat kebingungan November. "Gue yang ulang tahun."

"Hah? Lo..., ulang tahun? Hari ini?" beo November terkejut.

Tanpa beban Horizon mengangguk. Tak menyadari November yang masih mode shock. Begitu semua bawaan selesai diturunkan, tak lama dua mobil lain datang.

November dirundung banyak pertanyaan, dan kembali dibuat kaget ketika Yuna dan Mila turun dari mobil. Pun dengan anggota wolfgang yang keluar dari mobil lain.

"Nobi...," panggil Yuna seraya melambaikan tangan riang.

"Yun, bantuin gue keluarin barang dulu di bagasi." Mila mencegah Yuna yang berniat menghampiri November. 

"Nobi, Aa Satrio dateng, nih." Dengan tengil Satrio menyapa November, lalu memeluk Horizon yang memasang wajah jijik. "Happy birthday, Pak ketua. Jangan tambah ganteng, ye, biar gue gak punya saingan lagi dapetin cewek-cewek."

"Ck, lepas, Sat." Horizon berdecak kesal seraya mendorong tubuh Satrio, membuat laki-laki merengut.

"Kalian udah dari tadi?" tanya Abimanyu yang datang dengan tangan penuh paperbag.

Goodbye, NovemberNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ