22 ❇ Mengukir Prestasi

28 19 0
                                    

Menjadikan diri lebih baik dari hari yang lalu merupakan sebuah prestasi. Sama halnya seperti meraih kemenangan dalam sebuah kompetisi.

❇❇❇

Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Kontes Mobil Hemat Energi atau KMHE yang di selenggarakan oleh Puspresnas akan berlangsung hari ini.

Kontes tersebut berlokasi di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta yang merupakan tuan rumah dari acara kontes tersebut.

Satu persatu tim mempresentasikan hasil dari inovasi dan kreativitas mereka tentang rancangan kendaraan yang paling hemat energi yang dibuat sesuai dengan dasar keilmuan yang benar.

Saat melihat hasil karya tim-tim yang telah tampil lebih dulu, aku jadi merasa minder dengan karya timku sendiri. Sebab karya-karya mereka menurutku jauh lebih sempurna dan lebih menarik. Namun aku segera menepis segala perasaan minder dan tidak percaya diri ini, aku berusaha yakin bahwa karyaku dan rekan-rekan pun tak kalah bagus dari mereka semua, yang paling penting kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan mengerahkan segala kemampuan yang kami bisa. Sebab, bisa mencapai di tahap ini pun bukan lah perkara yang mudah.

Giliran timku mulai semakin dekat, dadaku mulai berdebar, apalagi aku adalah orang yang diamanahkan oleh rekan-rekan sebagai presentator dari perwakilan tim.

Kulafalkan doa di dalam hati agar saat presentasi nanti lisanku dapat berucap dengan lancar tanpa sedikit pun tersendat oleh gugup. Tak lupa juga kubaca potongan Surah Toha ayat 25-28 sebagai doa agar diberikan kelapangan, kemudahan segala urusan dan kemudahan segala ucapan.

Giliranku pun akhirnya tiba, panitia mempersilahkanku untuk mempresentasikan jenis kendaraan yang telah timku rancang. Pada kontes kali ini tim kami mengambil kategori Urban Concept, yakni kendaraan roda empat yang tampilannya mirip seperti mobil pada umumnya yang tentunya tetap irit, aman, dan ramah lingkungan.

Kupaparkan semua materi presentasi yang telah kupersiapkan sedemikian rupa dengan dada yang kadang berdebar kala melihat tatapan mata para dewan juri beserta para penonton yang hadir. Hingga 15 menit berlalu, presentasi telah kuselesaikan, 10 menit waktu tambahan untuk sesi tanya jawab pun telah berhasil kulewati dengan lancar tanpa hambatan. Perasaanku benar-benar sangat lega, rekan timku pun terlihat sangat bahagia dan merasa puas dengan pemaparanku kali ini. Semoga saja dewan juri pun demikian.

Setelah semua peserta telah mendapatkan gilirannya untuk tampil, kontes hari ini pun berakhir dan akan dilanjut besok hingga dua hari ke depan. Karena dalam kontes ini melibatkan cukup banyak peserta serta kategori yang dilombakan bukan hanya satu, maka dari itu kontes ini berlangsung hingga empat hari berturut-turut.

❇❇❇

Hari ini seharusnya aku berangkat ke tempat kontes bersama rekan tim untuk melihat pengumuman juara KMHE yang telah kuikuti lima hari yang lalu. Namun, aku terpaksa tidak ikut ke sana karena hari ini aku memiliki jadwal kuliah yang cukup padat. Akhirnya aku hanya bisa menunggu kabar hasilnya saja dari rekan tim yang berangkat ke sana.

Setelah seluruh mata kuliah selesai, aku bergegas pulang, tapi di tengah perjalanan pulang, HP-ku berdering, satu panggilan video masuk di ponselku. Ternyata itu dari Affan, salah satu rekan timku. Segera kuangkat panggilan itu dengan antusias.

Aku sedikit terkejut ketika yang pertama kali muncul di layar HP-ku bukan wajah Affan melainkan sebuah tropi berwarna emas berkaki jenjang.

"Bagaimana, Dil, apa kamu puas?"
Suara Affan terdengar kemudian disusul dengan gambar wajahnya yang hampir memenuhi seisi layar ponselku.

"Hey, Fan, itu tropi milik siapa?"
tanyaku penasaran.

"Ya milik kita semua lah. Tim kita berhasil merebut juara pertama di kategori Urban Concept," ujarnya penuh semangat sembari mengarahkan kamera ke arah rekan-rekan timku yang lain yang saat ini terlihat seperti tengah berebut untuk menggendong tropi itu.

"Serius, kamu gak becanda kan?"
tanyaku seakan masih tidak percaya.

"Ya serius lah. Kalo gak percaya tanya Pak Andi."

Aku tercekat, rasa bahagia seketika membuncah di dada hingga membuatku hanya bisa diam tak sanggup berkata-kata. Seakan masih belum percaya dengan kabar mengejutkan ini, rasanya ini benar-benar seperti mimpi. Jangankan merebut posisi ke satu, menjadi yang terbaik di sepuluh besar saja menurutku tidak akan mungkin. Namun ternyata Allah berkendah lain, Allah memberikan kenyataan yang jauh lebih indah dari ekspektasiku sebelumnya.

Aku mengucapkan ribuan syukur di dalam hati atas keberhasilan ini. Pengorbanan waktu, tenaga dan dana untuk mengikuti kontes ini akhirnya terbayar dengan hasil yang memuaskan.
Aku jadi semakin percaya bahwa apapun yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan doa serta usaha pasti akan beroleh hasil yang memuaskan.

Semoga keberhasilan kali ini tak lantas membuatku semakin buta akan dunia hingga terus-terusan mengejar prestasi dunia. Melainkan menjadi motivasi untukku untuk semakin dekat sang Maha Pendengar Doa. Sebab pada hakikatnya semua kemenangan yang ada di dunia ini tidak jauh lebih penting dibanding kemenangan yang didamba oleh setiap muslim yakni ridho-Nya, khusnul qotimah dan jannah-Nya. 

Sejak keberhasilan kami hari itu, seketika saja kami menuai banyak pujian karena berhasil mengharumkan nama kampus di kancah nasional. Organisasi kami yang dulu sempat dipandang sebelah mata hanya karena beranggotan segelintir mahasiswa saja kini berubah menjadi organisasi yang terpandang di kampus. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, seketika saja banyak sekali mahasiswa dari semester bawah yang kemudian meminta untuk bergabung di organisasi otomotif. Tidak cukup sampai di situ, kami satu tim juga mendapatkan penghargaan dari kampus berupa uang pembinaan dan juga bebas biaya UKT satu semester ke depan. Untuk segala kenikmatan ini, aku sungguh sangat bersyukur.

Di tengah uforia merayakan keberhasilan ini, aku tiba-tiba teringat peristiwa beberapa bulan yang lalu saat aku dianggap sebagai pencoreng nama baik kampus karena dituduh telah melakukan kekerasan pada Yasmin.

Kala itu, banyak sekali orang yang mencibirku tidak punya prestasi tapi malah menjatuhkan nama baik kampus. Saat itu, aku berdoa agar suatu hari nanti aku bisa memberikan satu prestasi membanggakan untuk kampus ini.

Maka, hari ini semua doaku pun terjawab. Aku jadi semakin yakin bahwa doa orang yang terzalimi itu memang sangat mustajab.

"Thanks, ya, Dil, karena kerja keras kamu yang sungguh-sungguh luar biasa, tim kita akhirnya berhasil menang. Aku yang sebenarnya cuma sedikit kasih kontribusi jadi ikutan-ikutan dapet untung bahkan banjir pujian. Padahal 80% keberhasilan kita ini hasil kerja keras kamu. Dari mulai ide, pengurus administrasi dan berkas-berkas pendafataran, laporan desain kendaraan, presentator bahkan yang montang-manting cari dosen pembimbing, itu semua kerja keras kamu," ujar Affan dengan pelan.

"Kamu ini ngomong apa sih, Fan. Tanpa dukungan dari kalian, aku bisa apa? Bagaimana pun juga ini kerja keras kita bersama dan keberhasilan ini pun milik kita bersama, jadi mari kita nikmati semua ini bersama-sama."

"Tapi jangan lupa ya, jadikan keberhasilan kita kali ini sebagai motivasi kita untuk terus berkarya. Jangan sampai pujian-pujian yang sedang kita terima saat ini malah menjadikan kita berpuas hati apalagi sampai tinggi hati hingga merasa diri paling hebat. Keberhasilan kita kali ini, adalah langkah awal kita untuk terus bersemangat dalam meraih prestasi," sambungku.

"Siap Pak Bos," pekiknya penuh semangat, aku pun tersenyum.

❇❇❇

See You Next Part

Journey Of My LifeWhere stories live. Discover now