Karena Chika

584 65 31
                                    

Banyak senyum yang ia umbar beberapa hari ini. Rasa bahagia atas apa yang terjadi tak bisa ia sembunyikan. Dia bukan orang yang ekspresif, tapi untuk kali ini, bahagianya terlalu kentara. Bahagia tak pernah ia pikirkan akan sebanyak ini.

Tepat seminggu yang lalu, dia dibuat gagu oleh jawaban Chika. Tepat seminggu yang lalu, dia dibuat linglung oleh perempuan itu. Perempuan yang kini sudah menjadi miliknya. Perempuan yang kini sudah berstatus sebagai pacarnya.

Ini pertama untuk Vio. Meskipun Chika bukan cinta pertamanya, tapi Chika, adalah orang yang mau menerima rasa sayangnya dengan tangan terbuka. Chika mau menerima dirinya di kehidupan perempuan yang kini sedang ia pandang dari jauh.

Hari ini, dia sedang menjemput Chika di gedung kuliah perempuan itu. Dia menunggu di gazebo samping parkiran jurusan Chika.

Dari tempatnya duduk, dia sudah bisa melihat Chika keluar ruangan bersama mahasiswa yang lain. Tidak sulit menemukan Chika di antara rombongan yang barusan keluar. Di matanya, Chika selalu terlihat istimewa, dibanding perempuan-perempuan cantik yang membersamai gadisnya itu ataupun perempuan cantik di luar sana.

Dia segera berdiri saat langkah Chika mulai mendekat ke arahnya. Ada senyum yang ia lempar untuk Chika. Ada lambaian tangan bahagia yang Vio angkat.

Namun, dari tempatnya berdiri, dia tak mendapatkan balasan apapun. Bahkan, muka Chika terlihat masam.

Semakin mendekat, semakin kentara muka tak bersahabat milik perempuan itu. Vio amati sejenak. Ada yang berbeda dari Chika. Mulai dari tatanan rambutnya, raut mukanya, sampai tatapan gadis itu, terlihat beda.

Seperti ada jiwa lain yang sedang bersemayam dalam tubuh perempuannya.

"Apa?" Tanya Chika ketus.

Pertanyaan yang membuat dirinya tersentak. Ia terkejut Chika tiba-tiba melempar tanya tak ramah.

"Kenapa merhatiin aku begitu? Aku jelek? Iya? Terus kenapa tadi kayanya natap intens banget ke temen aku? Mau godain mereka? Iya?!"

Pertanyaan beruntun dengan nada ketus bahkan terdengar ada kemarahan di sana, membuat dirinya benar-benar hanya sanggup diam dan terheran-heran. Sedang, orang-orang yang kebetulan melewati jalan samping gazebo, beberapa melirik mereka.

Vio bingung harus berbuat apa kali ini, sebab ita juga tak paham, kenapa Chika tiba-tiba kesal kepada dirinya.

"Ish! Ngeselin! Enggak usah jemput-jemput kalau cuma mau lihatin cewe-cewe. Emang ya, cowo semua sama aja!" Kesal Chika.

Vio semakin bingung saat perempuan itu mulai memukuli lengan atasnya dan mengabaikan, beberapa pasang mata yang mengamati mereka.

Dia terus memberikan anggukan kepada setiap orang yang melihatnya penuh dengan rasa penasaran. Anggukan tanda permintaan maaf, karena telah menimbulkan sedikit keributan yang mungkin mengganggu mereka.

Tanpa kata, Vio genggam lembut jemari Chika dan membawa gadis itu ke motornya yang ia parkir tak jauh dari sana. Setelah sampai di samping motornya, Vio kembali mengamati Chika yang terlihat kesal. Bahkan, perempuan itu menepis tangan Vio kasar saat ia berusaha meraih dagu Chika agar sang puan mau menatap dirinya.

Ada napas kasar yang Vio lepas. Lepasan napas yang membuat Chika menoleh dan menatapnya tajam.

Baru kali ini Vio mendapati tatap mata seperti itu dari Chika. Tatapan yang mampu membuat dirinya kesulitan menelan ludah.

"Aku enggak suka ya kak, kamu natap teman-teman aku sebegitunya. Sampai mata mau copot. Aku kurang apa coba?" Ucap Chika dengan suara bergetar pada akhir kalimat.

Vio tersentak saat Chika tiba-tiba sesenggukan. Perempuan itu menangis setelah mengatakan kalimat barusan. Kalimat-kalimat tuduhan yang tak sempat Vio balas dengan pembelaan.

KAPASITAS IKAN MIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang