42. Kejutan!

268 23 8
                                    

"Hati-hati keseleo sama typo!"












































***

Di hari minggu yang cerah ini, Thea bangun lebih awal daripada biasanya. Soalnya dia mau ke gereja buat misa pagi. Hari ini dia misa barengan sama Deri dan Lucas. Kenapa nggak sama pak Tio? Karena pak Tio nya lagi nggak enak badan, jadi untuk kali ini Thea misa sama temen-temennya, kayak yang udah udah.

Habis dari gereja mereka bertiga makan bareng, udah lama juga mereka nggak ngelakuin moment itu. Seafood emperan di area Jalan Merdeka menjadi pilihan mereka siang itu. Mereka pesen beda-beda menu biar bisa cobain satu sama lain.

"Mahen sama Ajun kenapa coba nggak diajak?"

"Ya elahh te, mereka belum selesai ibadah jam segini."

"Oh iya, bener juga."

"Omong-omong, gimana hubungan lo sama pak Tio te?" tanya Lucas. Tuh laki berusaha belah cangkang kepiting biar bisa nikmatin dagingnya. "Gue liat-liat makin lancar jaya."

"Ya begitulah, sejauh ini masih aman-aman aja." Thea nyomot daging kepiting yang udah dipisahin Deri dari cangkangnnya, sampe bikin tuh cowok melotot nggak terima. Thea malah nyengir nggak berdosa. "Malahan nanti sore gue disuruh mamanya main ke sana."

"Kemana tuh?"

"Rumah mamanya pak Tio."

"Waduh makin deket aja nih. Ada acara apaan?"

"Makan-makan, mamanya masak karena hari ini pak Tio ultah."

"Sering ye lo kesana. Kemarin pas adeknya ultah juga kan lo diundang."

"Maklum lah, calon mantu idaman nih."

"Prettt," bales Deri.

"Dasar manusia sirik," Thea nggak mau kalah sambil nyenggol badan Deri dengan sikunya. "Oh iya, info kado buat cowok lah woi."

Lucas dan Deri sama-sama diam, lagi mikir.

"Ngen—

"Mulut lo," potong Thea sambil natap Lucas tajem. "No delapan belas coret pliss, yang serius."

"Ya gimana ya, gue dikasi apapun juga nggak nolak."

Ucapan Lucas diacungi jempol sama Deri. Thea menghela napas ngeliatnya.

"Sebenernya sih te, kalo gue nih ya sebagai cowok," Deri kayaknya mau ngomong serius nih, jadi Thea dengerin bener-bener. "Nggak terlalu gimana kalo soal hadiah, kalo gue, nggak tau cowok lain gimana. Ada yang inget ultah gue aja udah seneng, urusan hadiah mah terakhiran lah. Dikasi baju juga, gue udah punya. Dikasi jam tangan, palingan jarang dipake. Dikasi sepatu, ya apalagi? Syukur-syukur itu pas dikaki gue, kalo nggak? Ujung-ujungnya nggak kepake, jadi pajangan dah. Sekali lagi, kalo gue mah ada yang inget aja udah syukur, apalagi tuh orang ngomong begini, wehh selamat ultah yee, pilih dah mau makan apa, entar gue bayar, begituu."

"Masuk diakal," komentar Lucas, "gua setuju. Apalagi ini, laki lo yang ultah, pak Tio bray? Bayangin dah, apa sih yang tuh laki nggak punya? Umurnya juga udah mateng, kayaknya sebatas hadiah udah nggak berarti lagi dah buat dia, kecuali dari orang yang dia sayang lah ya? Kan kita juga kagak tau nih. Menurut gue mah te, lo bawa tangan kosong aja ke hadapan beliau, dia bakal senyum selebar mungkin, udah bahagia dah itu, yakin gue."

"Betul," bales Deri. "Lo mau tau nggak Cas hadiah apa yang paling bikin pak Tio bahagia beribu kali lipat?"

"Apa tuh?"

𝑺𝒊𝒂𝒏𝒊𝒅𝒂 [𝑳𝒆𝒆 𝑻𝒂𝒆𝒚𝒐𝒏𝒈]Where stories live. Discover now